BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan
belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Guru yang
menciptakan lingkungan kegiatan belajar
dan juga mengajar. Perpaduan dari kedua unsur edukasi ini lahirlah interaksi dengan
memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Disana semua komponen pengajaran
diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
sebelum pengajaran dilaksanakan.
Sebagai guru sudah menyadari apa
yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat
mengantarkan anak didik ketujuan. Di sini tentu saja tugas guru berusaha
menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak
didik. Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak
didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang
harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing.
Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan
pengajaran.
Agar efektif dalam kegiatan belajar mengajar,
guru sebagai pengelola harus mempunyai beberapa pendekatan seperti pembelajaran
efektif, perencanaan pembelajaran, strategi pembelajaran, guru yang efektif,
kompetensi esensial guru, teacher-directed instruction, student
centered teaching. Ketujuh aspek ini dibahas dalam pembahasan selanjutnya
sebagai seorang pendidik wajib mengetahui, memahami dan menerapkannya guna
menunjang kegiatan belajar dan mengajar.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan apa yang kita sampaikan sebelumnya bahwa
makalah ini akan membahas tentang Prinsip Belajar dan Pembelajaran, maka
rumusan masalahnya adalah:
1.
Apa Pengertian Pembelajaran Efektif ?
2.
Apa Pengertian Perencanaan Pembelajaran?
3.
Apa Pengertian Strategi Pembelajaran?
4.
Apa dan bagaimana Guru yang Efektif?
5.
Apa saja Kompetensi Esensial Guru?
6.
Apa dan bagaimana Teacher
Directed Instruction?
7. Apa dan
bagaimana Student Centered Teaching?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam makalah ini
adalah pertama, agar para
pendidik mampu dan mengerti tugasnya sebagai seorang pendidik yang baik dalam menyampaikan
materi yang disampaikan kepada siswanya. Kedua, guru mampu memperhatikan
beberapa prinsip yang membantu dalam proses belajar mengajar. Terakhir, bagaimana seorang guru
mampu menciptakan suasana kelas yang di inginkan oleh siswa agar dalam prosesnya
dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan target yang akan dicapai.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Mengajar
dan Belajar
1. Definisi
Mengajar
Pengertian
umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang studi kependidikan,
ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan
kepada siswa. Dengan demikian tujuannya hanya berada disekitar pencapaian penguasaan
siswa atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan. Dari pengertian semacam ini
timbul gambaran bahwa peranan dalam proses pengajaran hanya dipegang guru,
sedangkan peserta didik dibiarkan pasif.
Menurut
Tardif (1989: 20) mendefinisikan mengajar adalah any action performed by an individual (the teacher) with the intention
of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti
mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik)
dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik)
melakukan kegiatan belajar.
Mengajar
menurut kamus (Oxford dictionaries 2014, diakses 8 Februari 2014) 1)
impart knowledge to or instruct
(someone) as to how to do something.2) cause (someone) to learn or understand something by example or
experience.
Sedangkan
kata the teacher (guru) dan the learner (orang yang belajar) dalam
definisi Tardif itu semata-mata hanya sebagai contoh yang mewakili dua individu
yang sedang berinteraksi dalam proses pengajaran. Dari definisi tadi juga ada
interaksi antar individu seperti antara orangtua dengan anak.
Nasution (1986:18) berpendapat bahwa mengajar adalah
suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam
pengertian ini tidak hanya ruang kelas, tetapi juga meliputi guru, alat peraga,
perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan
belajar peserta didik.
2. Definisi Belajar
Belajar merupakan kegiatan berproses
dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
Menurut Vernon S. Gerlach & Donal
P. Ely dalam bukunya Teaching &
Media–A Systematic Approach (1971) dalam Arsyad (2011:3) mengemukakan bahwa
“belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang
dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat
diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang
dapat diamati”. Kemudian menurut Ahli Psikologi Kimble (1961) dalam dalam Long
(2003:10) “have defined learning in
general as an experience which produces a relatively permanent change in
behaviour, or potential Behaviour”.
Belajar
adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap
dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari
bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di
sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di
hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang
kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan
akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
B. Pembelajaran
Efektif
1.
Hakikat Pembelajaran Efektif
Dari defenisi belajar dan pembelajaran serta efektif, maka hakikat
pembelajaran yang efektif menurut Djiwandoni (2002:226-227) adalah proses
belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta
didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan
pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat
memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap
demokratis bagi siswa. pembelajaran efektif juga dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas siswa untuk
mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan
kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri. Di
dalam menempuh dan mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif maka perlu
dilakukan sebuah cara agar proses pembelajaran yang diinginkan tercapai yaitu
dengan cara belajar efektif. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif menurut
Slamento (1995:76) perlu adanya bimbingan dari guru.
Muara dari berfungsinya
manajemen pembelajaran yang baik dan efektif menurut (Charles, 2002; Evertson,
Emmer, & Worsham, 2003) dalam
Santrock (2008:553) adalah akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid.
Para pakar dalam bidang manajemen kelas melaporkan bahwa ada perubahan dalam
pemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas.
2.
Penerapan Pembelajaran Efektif
Menyelenggarakan
pembelajaran efektif merupakan impian setiap guru dan sekolah. Pembelajaran
efektif adalah kegiatan pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta didik
pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Mewujudkan pembelajaran efektif
bukan hal mudah bagi kebanyakan guru, bahkan yang pernah mengajar berpuluh
tahun sekalipun. Hal ini dikarenakan efektivitas pembelajaran merupakan proses
yang kompleks, baik dipengaruhi oleh kondisi siswa, lingkungan maupun
kompetensi pengajarnya.
Supaya pembelajaran efektif maka guru perlu menerapkan lima hal:
1. Pengendalian Kelas
Supaya pembelajaran efektif maka guru perlu menerapkan lima hal:
1. Pengendalian Kelas
Pembelajaran
efektif pertama-tama membutuhkan kemampuan pengajar untuk mengendalikan kelas,
yaitu mengkondisikan siswa agar dengan antusias bersedia mendengarkan,
memperhatikan dan mengikuti instruksi pengajar. Pengendalian kelas merupakan
kunci pertama keberhasilan pembelajaran. Kegagalan ataupun pengendalian kelas
yang kurang maksimal akan berakibat kegagalan atau minimal keberhasilan
pembelajaran kurang optimal. Intinya, pengendalian kelas merupakan upaya
membuat siswa secara mental siap untuk dibelajarkan.
2. Membangkitkan minat eksplorasi.
Setelah
siswa secara mental siap belajar, tugas guru adalah meyakinkan siswa-siswinya
betapa materi pembelajaran yang tengah mereka pelajari penting dan mudah
dipelajari, sehingga menggugah minat mereka untuk mempelajarinya. Ibarat makan,
setelah anak mandi, berganti pakaian dan duduk di meja makan, sajian yang akan
mereka santap memang membangkitkan selera. Anak tahu makanan itu enak, bermanfaat
dan tak sabar untuk segera melahapnya.
3. Penguasaan
konsep dan prosedur mempelajarinya
Seenak
apapun makanan, pasti ada cara paling tepat untuk menikmatinya. Kesalahan cara
menikmati tak jarang membuat anak kehilangan selera, misalnya makan satu ayam
tetapi dari sambalnya lebih dulu. Itu sebabnya, hal pertama yang harus
dilakukan adalah memperkenalkan hakekat makanan yang akan mereka santap, serta
dari bagian mana atau dengan cara seperti apa menikmatinya.
Tugas inti
seorang guru secara profesional adalah memperkenalkan konsep dasar dari materi
pelajaran yang tengah dipelajari, dimulai dari sisi termudah dan paling
menarik. Guru yang benar-benar menguasai materi pelajaran pasti menemukan
banyak cara untuk membuat anak didiknya memahami materi pelajaran, dan bila
perlu membuat kiasan, terutama untuk materi pelajaran yang bersifat abstrak,
4. Latihan
Pemahaman
dalam sekali proses akan sangat mudah menguap oleh berbagai aktivitas lain
siswa. Memberikan latihan demi latihan baik berupa latihan di kelas, PR atau
pemberian tugas-tugas tertentu merupakan wahana untuk memperkuat penguasaan
materi yang telah dipelajari. Pemberian tugas dan latihan mutlak diberikan agar
siswa berlatih secara terstruktur, sekalipun secara mandiri mereka mungkin saja
mempelajarinya.
Hal yang
harus diperhatikan dalam pemberian latihan meliputi ketercakupan materi
pelajaran. Itu sebabnya kisi-kisi materi pelajaran harus disusun sejelas
mungkin, sehingga dalam pemberian latihan dan penugasan benar-benar meluas dan
mendalam.
5. Kendali Keberhasilan
Tugas guru
tidak cukup hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi lebih dari itu guru
harus memastikan seluruh siswa menguasainya. Penjajagan terhadap penguasaan
materi pelajaran oleh siswa harus dilakukan baik selama proses pembelajaran,
latihan maupun penugasan.
Selama
kegiatan pembelajaran guru perlu mulai menjajagi penguasaan materi pelajaran
semisal melalui kuis, snap shot, atau pertanyaan acak lainnya. Hal yang
harus diperhatikan saat memberikan kuis atau pertanyaan penjajagan adalah
jawaban siswa yang selama ini dikenal paling lemah daya tangkapnya. Meminta
siswa yang dikenal paling lemah dan sedang daya tangkapnya menjadi indikator
awal keberhasilan pembelajaran, sebab secara otomatis dapat diperkirakan
penguasaan materi oleh siswa yang daya tangkapnya kuat.
C. Perencanaan Pembelajaran
1.
Hakekat Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah
catatan-catatan hasil pemikiran awal seorang guru sebelum mengelola proses
pembelajaran. Masih dalam sumber yang sama, perencanaan pembelajaran adalah
persiapan mengajar yang berisi hal-hal yang perlu atau harus dilakukan oleh
guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembeajaran yang antara lain
meliputi unsur-unsur: pemilihan materi, metode, media, dan alat evaluasi.
Sedangkan menurut Santrock (2011:399)
perencanaan pembelajaran terbagi menjadi dua Instructional Planning dan Time
Frames and Planning
1. Instructional Planning (Perencanaan
Instruksional)
Perencanaan adalah aspek penting untuk menjadi guru yang kompeteten.
Perencanaan instruksional adalah pengembangan atau penyusunan startegi
sistematik dan tertata untuk merencanakan pelajaran. Guru perlu menentukan
seperti apa dan bagaimana mereka akan mengajar.
Isi
dari perencanaan instruksional menurut Linda Darling-Hammond et al. (2005, pp.
185–186) (dalam Santrock 2011:400) harus menampilkan beberapa aspek penting
sebagai berikut;
Guru harus
memutuskan apa saja yang penting untuk dimasukkan, diberikan, dan tahu bagaimana membuatnya serta dapat diterima oleh sekelompok siswa. Hal ini
memerlukan berpikir tentang bagaimana untuk memberikan siswa sebuah skema atau domain peta konseptual
yang akan dipelajari (National Research Council, 2000) serta perencanaan
kegiatan yang khusus demi kesiapan siswa dalam berbagai jenis
pengalaman belajar. Selain itu guru perlu mempertimbangkan jenis
informasi, demonstrasi, model, peluang penyelidikan, diskusi, dan praktek siswa
yang
membutuhkan waktu dalam memahami konsep-konsep tertentu untuk mengembangkan
keterampilan tertentu. . . .
Secara garis besar guru terhadap
siswa perlu memberikan, menjelaskan kapan, apa perintahnya dan bagaimana cara
mengerjakannya yang tertuang didalam kurikulum.
2.
Time
Frames and Planning (Kerangka Waktu)
Menyusun kerangka waktu
yang sistematis membutuhkan pengetahuan tentang apa-apa yang perlu dilakukan
dan kapan melakukannya, atau perlu focus pada “tugas” dan waktu.”
Berikut ini salah satu
contoh rencana dan tugas (Douglass &Douglass,1993) dalam Santrock (2004:464).
Apa
yang perlu dilakukan
1.
Menentukan tujuan instruksional (Apa yang harus saya lakukan?)
2.
Merencanakan kegiatan (Apa yang harus saya lakukan untuk mencapai
tujuan?)
3.
Menentukan prioritas (Tugas mana yang lebih penting?)
Waktu Melakukannya
4.
Membuat estimasi waktu (Berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap
kegiatan?)
5.
Membuat jadwal (Kapan kegiatan akan dilakukan?)
6.
Fleksibel (Bagaimana saya akan menangani situasi yang tak
terduga?)
Kerangka waktu berkaitan dengan kapan
perencanaan kurikulum tersebut diimplementasikan: perencanaan tahunan,
perencanaan term, perencanaan unit,
perencanaan mingguan dan perencanaan harian.
Contoh gambar
lima rentang waktu (dalam Santrock 2011:401)
FIVE TIME SPANS OF
TEACHER PLANNING
AND THEIR OCCURRENCE
OVER THE SCHOOL YEAR
From R. J. Yinger, “A
Study of Teacher Planning,” The
Elementary School
Journal, Vol. 80, No. 3 (Jan. 1980),
D.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Menurut Santrock (2004:558) menyebutkan bahwa Manajemen kelas yang efektif
mempunyai dua tujuan: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk
belajar dan mengurangi waktu aktifitas yang tidak diorientasikan pada tujuan,
dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
Menyiapkan dan Mengorganisasi aktifitas
pembelajaran mempunyai beberapa tahapan menurut Eggen & Kauchak (2004:468):
This
proses involves four steps:
1. Identify the components of
the topic-the concepts, principles, and relationships among them that students
should understand.
2. Sequence the components of
the topic.
3. Prepare examples that
student can use to construct their understanding of each component of each the
topic.
4. Order the examples with the
most salient and obvious presented first.
Sedangkan penerapan strategi pembelajaran dalam Pendidikan
di Indonesia diimplementasikan dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang mengacu pada kurikulum 2013 (liputanpendidikan, diakses 8 Februari
2014) dibawah ini:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas/Semester :
VII/1
Mata Pelajaran :
Bahasa Inggris
Topik :
Greeting and Introduction
Pertemuan Ke- :
1
Alokasi Waktu :
2 x 40 menit
A.
Kompetensi
Dasar
2.1
Menunjukkan perilaku jujur dan percaya diri
dalam berkomunikasi dengan lingkungan sosial sekitar rumah dan sekolah
3.1. Mengenal berbagai cara berbeda dalam membuka
percakapan (menyapa, memperkenalkan diri, menginisiasi topik percakapan)
1.1. Membuka
dan menutup percakapan interpersonal dengan ungkapan bervariasi melalui
kegiatan menyimak dan berbicara
B.
Indikator
Pencapaian Kompetensi
1. Menunjukkan
motivasi untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris.
2. Mengidentifikasi
ungkapan yang digunakan untuk menyapa dalam bahasa Inggris(Greeting)
3. Melakukan
tindak tutur menyapa dalam bahasa Inggris dengan percaya diri
4. Mengidentifikasi
ungkapan yang digunakan untuk memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris (Introduction)
5. Melakukan
tindak tutur memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris
6. Melakukan
percakapan interpersonal dengan
menggunakan ungkapan sapaan melalui kegiatan terintegrasi menyimak dan
berbicara bahasa Inggris.
7. Melakukan
percakapan interpersonal dengan
menggunakan ungkapan perkenalan diri melalui kegiatan terintegrasi
menyimak-berbicara bahasa Inggris dengan percaya diri.
C.
Tujuan
Pembelajaran
1. Melalui
contoh, peserta didik dapat menggunakan ungkapan sapaan ke dalam praktik
berbicara bahasa Inggris.
2. Melalui
contoh, peserta didik dapat menggunakan ungkapan perkenalan diri ke dalam
praktik berbicara bahasa Inggris.
D.
Materi
Pembelajaran
1. Ungkapan
sapaan:Hello/Hi, How are you?, How’s life?, Good
morning/afternoon/evening/night.
Nice to meet you.
2. Ungkapan
perkenalan diri: my name is _____, you
can call me ____,
3.
Kosakata yang berhubungan dengan aktivitas
sapaan dan perkenalan diri: thank you, I
am fine, thanks, nice to meet you too.
E.
Model/Metode
Pembelajaran
1. Pendekatan:
scientific
2. Strategi:
observe – practice.
3. Metode:
Inquiry/Experiencial learning.
Rancangan
pembelajaran diatas merupakan kesatuan dari wadah yang menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
E.GURU
YANG EFEKTIF
Secara singkat guru yang baik adalah
seorang individu yang peduli dengan siswa, mendedikasikan waktu dan energinya
untuk mengelola kelas, serta menguasai materi pelajaran di kelas. Berikut ini
adalah sebuah bagan komponen-komponen yang membentuk seorang guru yang baik
yang dibuat oleh Slavin (2009 : 6).
Decision making
Knowledge of subject Critical
thinking
and teaching resources and
problem solving skills
Self-knowledge GOOD Reflexions
and Self-regulation TEACHER
Knowledge of students
Teaching and
and their learning
communication skills
Application of
education research
Bagan
Komponen dari Guru yang Baik
Bagan di atas
menggambarkan empat komponen utama dari seorang guru yang baik yaitu
pengetahuan tentang mata pelajaran yang diajarkan, kemampuan berpikir kritis
dan memecahkan masalah, pengetahuan akan siswa dan cara pembelajarannya, serta
ketrampilan mengajar dan komunikasi. komponen
di atas disatukan oleh empat komponen lainnya yaitu kemampuan memecahkan
masalah, kemampuan untuk memahami dan mengaturan diri sendiri, kemampuan untuk
melakukan refleksi, serta kemampuan untuk menerapkan hasil-hasil penelitian
tentang pendidikan.
Jika kita perhatikan,
komponen yang membentuk figur seorang guru yang baik tidak hanya ditentukan
oleh banyaknya pengetahuan yang dimiliki berkaitan dengan materi yang diajarkan
di kelas. Dibutuhkan atribut-atribut lain yang akan mendukung tercapainya
proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Karakteristik
Guru yang Efektif
Mengutip pemikiran Davis dan
Margareth A. Thomas dalam bukunya Effective Schools and Effective
Teachers, Suyanto dan Djihad Hisyam (2000:29) mengemukakan tentang
beberapa kemampuan guru yang mencerminkan guru yang efektif :
1.
Kemampuan
yang terkait dengan iklim kelas, terdiri dari:
-
Memiliki
kemampuan interpersonal, khususnya kemampuan menunjukkan empati, penghargaan
kepada siswa, ketulusan.
-
Memiliki
hubungan baik dengan siswa.
-
secara
tulus menerima dan memperhatikan siswa
-
menunjukkan
minat dan antusiasme yang tinggi dalam mengajar
-
mampu
menciptakan atmosfer untuk bekerja sama dan kohesivitas dalam kelompok;
- melibatkan siswa dalam
mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran;
-
mampu
mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap
diskusi; dan
-
meminimalkan
friksi-friksi di kelas jika ada.
2.
Kemampuan
yang terkait dengan strategi manajemen, terdiri dari:
-
memiliki
kemampuan secara rutin untuk mengahadapi siswa yang tidak memperhatikan, suka
menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi dalam mengajar;
serta
-
mampu
bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berfikir yang berbeda.
3.
Kemampuan
yang terkait dengan pemberian umpan balik dan penguatan (reinforcement),
terdiri dari:
-
mampu
memberikan umpan balik yang positif terhadap
respon siswa;
-
mampu
memberikan respon yang membantu kepada siswa yang lamban belajar;
-
mampu
memberikan tindak lanjut terhadap jawaban yang kurang memuaskan; dan
-
mampu
memberikan bantuan kepada siswa yang diperlukan.
4.
Kemampuan
yang terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari:
-
mampu
menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif;
-
mampu
memperluas dan menambah pengetahuan metode-metode pengajaran; dan
- mampu memanfaatkan perencanaan
kelompok guru untuk menciptakan metode pengajaran.
F. Kompetensi Esensial Guru
Menurut PP RI No. 19/2005
tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran
yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam konteks itu, maka kompetensi guru
dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang
dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat
jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan beserta subkom- petensi dan indikator
esensialnya diuraikan dalam buku Implementasi KTSP
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru sebagai berikut.
1.
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi
kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia. Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat
dijabarkan menjadi sub kompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:
a. Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma
hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan
memeliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
b. Memiliki kepribadian yang dewasa.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik.
c.
Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:
menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah,
dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. Memiliki kepribadian yang berwibawa.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
e. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi
teladan. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan
norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku
yang diteladani peserta didik.
2.
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik
merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola
pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini
mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Secara rinci
masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi
subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:
a. Memahami peserta didik. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial: memamahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidenti- fikasi bekal-ajar
awal peserta didik.
b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami
landasan pendidik-an untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial: menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan
strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang
ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran
berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d.
Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Subkompe-tensi ini memiliki
indikator esensial: melaksanakan evaluasi (assess-ment) proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil
penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar
(mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
e.
Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memfasilitasi
peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi
peserta didik untuk mengem-bangkan berbagai potensi nonakademik.
3.
Kompetensi Profesional
Kompetensi
professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi
pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan
substansi isi materi kurikulum matapelajaran di sekolah dan substansi keilmuan
yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan
sebagai guru.
Secara rinci
masing-masing elemen kompe-tensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator
esensial sebagai berikut:
a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait
dengan bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami
materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan
metode keilmuan yang menaungi atau kohe-ren dengan materi ajar; memahami hubungan
konsep antarmata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Menguasai langkah-langkah penelitian dan
kajian kritis untuk me-nambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang
studi.
4.
Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial
berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi ini
memiliki sub kompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut :
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar
Itulah
kompetensi-kompetensi yang wajib dimiliki oleh para pendidik, agar benar-benar
mampu mentransfer ilmu secara maksimal kepada para peserta didik. Namun, dalam
makalah ini hanya akan membahas tuntas salah satu dari empat kompetensi
tersebut, yaitu kompetensi profesional.
G. Teacher Direct Instruction (Model Pembelajaran Langsung/Model Pengajaran Langsung)
Direct
instruction secara bahasa (arti kata) berarti model
pengajaran langsung. Akan tetapi banyak orang lebih suka mengganti kata
pengajaran dengan pembelajaran, sehingga lebih lazim disebut model pembelajaran
langsung. Penggunaan kata ‘pembelajaran’ lebih disukai karena terkesan bahwa
dalam kegiatan belajar, siswa aktif terlibat. Beberapa orang menganggap kata
‘pengajaran’ lebih berkesan hanya guru yang aktif dalam kegiatan belajar,
sementara siswa pasif.
Direct instruction adalah sebuah pendekatan mengajar di mana pembelajaran berorientasi pada tujuan (pembelajaran) dan distrukturisasi oleh guru. (Slavin : 231) Direct instruction is an approach to teaching in which lessons are goal-oriented and structed by teacher.
Jadi model pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa.
Direct instruction adalah sebuah pendekatan mengajar di mana pembelajaran berorientasi pada tujuan (pembelajaran) dan distrukturisasi oleh guru. (Slavin : 231) Direct instruction is an approach to teaching in which lessons are goal-oriented and structed by teacher.
Jadi model pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa.
H.
STUDENT CENTERED
LEARNING (SCL)
Student centered learning [SCI] is an instructional
approach in which students influence the content, activities, materials, and
pace of learning. This learning model places the student (learner) in the
center of the learning process. The instructor provides students with
opportunities to learn independently and from one another and coaches them in
the skills they need to do so effectively. The SCI approach includes such
techniques as substituting active learning experiences for lectures, assigning open ended
problems and problems requiring critical or creative thinking that cannot be
solved by following text examples, involving students in simulations and role
plays, and using self paced and/or cooperative (team-based) learning. Properly
implemented SCI can lead to increased motivation to learn, greater retention of
knowledge, deeper understanding, and more positive attitudes towards the
subject being taught
(Collins
& O'Brien, 2003)
.
Student Center Learning (SCL) merupakan metode
pembelajaran yang memberdayakan peserta didik menjadi pusat perhatian selama
proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang bersifat kaku instruksi dari
pendidik dirubah menjadi pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta
didik menyesuaikan dengan kemampuannya dan berperilaku langsung dalam menerima
pengalaman belajarnya.Landasan pemikiran dari SCL adalah teory belajar
konstruktivis (Weswood Peter, 2008:26). Prinsip teori konstruktivis berasal
dari tori belajar yang dikembangkan oleh Jean Piaget (1983), Jerome Breuner
(1961), dan John Dewey(1933), yaitu memusatkan proses pembelajaran pada perubahan
perilaku peserta didik itu sendiri dan dialami langsung untuk membentuk konsep
belajar dan memahami. Selanjutnya konsep pengalaman belajar dari segitiga Dale
membuktikan bahwa belajar mengalami sendiri pada kondisi nyata atau sebenarnya
dan mengendalikan proses belajarnya merupakan pemenuhan pengalaman belajar yang
lebih baik dibanding belajar dengan mengamati.
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN DALAM SCL
Student-Centered
Learning memiliki potensi untuk mendorong peserta didik belajar lebih aktif, mandiri,
sesuai dengan irama belajarnya masing-masing, sesuai dengan perkembangan usia
peserta didik, irama belajar siswa tersebut perlu dipandu agar terus dinamis
dan mempunyai tingkat kompetensi yang tinggi. Beberapa model pembelajaran SCL
adalah sebagai berikut:
Small
Group Discussion (SGD)
Metode
diskusi merupakan model pembelajaran yang melibatkan antara kelompok siswa atau kelompok siswa dan pengajar untuk
menganalisa, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.
Dengan
metode ini pengajar harus, (1) membuat rancangan bahan diskusi dan aturan
diskusi. (2) Menjadi moderator dan sekaligus mengulas pada setiap akhir sesi
diskusi. Sedangkan peserta didik (1) membentuk kelompok (5 -10) siswa, (2)
memilih bahan diskusi, (3) mempresentasikan paper dan mendiskusikannya di
kelas.
Role-Play
and Simulation
Metode
ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih peserta didik tentang suatu topik
atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan
proses, kejadian, atau sistem yang sebenarnya. Jadi dengan model ini siswa
mempelajari sesuatu (sistem) dengan menggunakan model.
Dengan
metode ini pengajar harus, (1) merancang situasi atau kegiatan yang mirip
dengan sesungguhnya, bisa berupa; bermain peran, model, dan komputer, (2)
Membahas kinerja siswa. Sedangkan siswa (1) mempelajari dan menjalankan suatu
peran yang ditugaskan, (2) memperaktekan atau mencoba berbagai model yang telah
disiapkan.
Discovery
Learning
Metode
ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian kepada peserta didik
dengan tujuan supaya siswa dapat mencari sendiri jawabannya tanpa bantuan
pengajar.
Dengan
metode ini pengajar harus, (1) menyediakan data atau metode untuk menelusuri
pengetahuan yang akan dipelajari siswa, (2) memeriksa dan memberikan ulasan
terhadap hasil belajar siswa. Sedangkan siswa (1) mencari, mengumpulkan, dan
menyusun informasi yang ada untuk mendeskripsikan suatu pengetahuan yang baru,
(2) Mempresentasikan secara verbal dan non verbal.
Self-Directed
Learning
Metode
ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada siswa, seperti tugas membaca dan
membuat ringkasan.
Dengan
metode ini pengajar harus, (1) memotivasi dan memfasilitasi siswa, (2)
memberikan arahan, bimbingan dan umpan balik kemajuan belajar siswa. Sedangkan siswa
(1) merencanakan kegiatan belajar, melaksanakan, dan menilai pengalaman belajar
sendiri, (2) inisiatif belajar dari siswa sendiri.
Cooperative
Learning
Pembelajaran
koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok
secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup
bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi
model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 –
5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan
fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi.
Sintaks
pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
Dengan
metode ini pengajar harus, (1) merancang dan memonitor proses belajar siswa,
(2) menyiapkan kasus atau masalah untuk diselesaikan siswa secara berkelompok.
Sedangkan siswa (1) membahas dan menyimpulkan masalah atau tugas yang diberikan
secara berkelompok (2) melakukan koordinasi dalam kelompok.
Contextual
Learning (CL)
Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab
lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa
(daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan
disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan
suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual
adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan
mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada
tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model
lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam
belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan),
inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi,
menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi
konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak
lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah
pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha mahasiswa, penilaian
portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan
berbagai cara).
Dengan
metode ini pengajar harus, (1) menyusun tugas untuk studi siswa terjun di
lapangan, (2) menjelaskan bahan kajian yang bersifat teori dan mengkaitkan
dengan situasi nyata atau kerja profesional. Sedangkan siswa (1) Melakukan
studi lapangan atau terjun di dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori
(2) membahas konsep atau teori yang berkaitan dengan situasi nyata.
Problem
Based Learning (PBL)
Kehidupan
adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana
kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa
dapat berpikir optimal.
IDengan
metode ini pengajar harus, (1) Merangsang tugas belajar dengan berbagai
alternatif metode penyelesaian masalah (2) Sebagai fasilitator dan motivator.
Sedangkan siswa (1) Belajar dengan menggali atau mencari informasi (inquiry),
serta memamfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah faktual yang
sedang dihadapi, (2) Menganalisis strategi pemecahan masalah.
Collaborative
Learning (CbL)
Metode
ini memungkinkan siswa untuk mencari dan
menemukan jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk menggali semua
kemungkinan yang ada.
Dengan
metode ini pengajar harus, (1) Merancang tugas yang bersifat open ended, (2)
Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan siswa (1) Membuat rancangan proses
dan bentuk penilaian berdasarkan konsensus kelompok sendiri (2) Bekerja sama
dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan tugas.
Project
Based Learning (PjBL)
Metode
pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas project yang harus diselesaikan
oleh siswa dengan mencari sumber pustaka sendiri. Dengan metode ini pengajar
harus, (1) merumuskan tugas dan melakukan proses pembimbingan dan asesmen, (2)
Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan siswa (1) Mengerjakan tugas (berupa
proyek) yang telah dirancang secara sistematis (2) menun-jukkan kinerja dan
mempertanggungjawabkan hasil kerja di forum.
BAB
III
A.
KESIMPULAN
Belajar merupakan kegiatan berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan,
Sedangkan mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi
proses belajar.
Agar proses belajar
mengajar ini dapat terlaksana dengan baik dan maksimal diperlukan tidak hanya
strategi pengajaran yang baik namun juga dibutuhkan guru yang efektif dengan
mengedepankan metode belajar student
centered learning. Ide dasar dari student centeredness adalah “student might not only choose what to study,
but how and why that topic might be an interesting one to study.” SCL merupakan strategi pembelajaran yang
menempatkan peserta didik sebagai subyek/peserta didik yang aktif dan mandiri,
dengan kondisi psikologik sebagai adult learner, bertanggung jawab sepenuhnya
atas pembelajarannya, serta mampu belajar beyond
the classroom. Dengan prinsip-prinsip ini maka para peserta didikdiharapkan
memiliki dan menghayati jiwa life-long learner serta menguasai hard skills dan
soft skills yang saling mendukung. Di sisi lain, para guru/dosen beralih fungsi
menjadi fasilitator, termasuk sebagai mitra pembelajaran, tidak lagi sebagai
sumber pengetahuan utama.
B.
SARAN
Dengan
penyajian makalah tentang belajar dan mengajar ini, diharapkan agar para rekan
mahasiswa dapat memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai proses belajar mengajar yang efektif
dan dapat mengaplikasikannya di dunia pendidikan. Kekurangan dalam penyajian
makalah ini diharapkan menumbuhkan kritik-kritik dan saran dari teman-teman
maupun dosen pengampu.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S.B. Guru
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 2000.
Henson, K.T.
& Eller, B.E. Educational
Psychology for Effective Teaching. Belmont: Wadsworth Publishing Company. 1999.
Kunandar. Guru
Profesional, Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2007
Prawiradilaga
& Siregar, Mozaik Teknologi
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media, 2004.
Peter
Westwood. What Teachers Need to Know
about Teaching Methods: Victoria,
Acer Press Australia. 2008.
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan. Jakarta:
PT Grasindo, 2002.
Santrock,
John. Educational Psychology, terjemahan
Tri Wibowo. Jakarta: Kencana Prenada, 2008.
Slavin, R.E. Educational
Psychology: Theory and Practices. 9th edition. New Jersey: Pearson. 2009.
Suyanto
& Hisyam, D. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki
Milenium III. Yogyakarta: Adicita. 2000
Long, Martyn., The Psychology
of Education, London: RoutledgeFalmer, 2003
_____________.
Educational Psychology. 5th ed.
Dallas: Mcgraw Hill,
2011.
DAFTAR KATA
Guru yang Efektif:
Guru efektif adalah guru yang
bisa memotivasi peserta didik untuk belajar dan meningkatkan semangat belajar
yang tumbuh dari kesadaran diri peserta didik, bukan karena takut pada gurunya.
Pembelajaran Efektif:
Pembelajaran yang efektif adalah
proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai
peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu
memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu
serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
mereka.
Kompetensi Esensial
Guru:
Guru professional dituntut untuk memiliki kopetensi sebagai berikut :
a.
Guru mempunyai komitmen pada siswa
dalam memproses belajarnya.
Ini berarti komitmen tertinggi guru adalah pada kepentingan siswa
Ini berarti komitmen tertinggi guru adalah pada kepentingan siswa
b.
Guru menguasai secara mendalam bahan
atau materi pelajaran yang di
ajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para peserta didik. Bagi
guru hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat di pisahkan.
ajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para peserta didik. Bagi
guru hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat di pisahkan.
c.
Guru bertanggung jawab memantau hasil
belajar sisiwa melalui
berbagai teknik efaluasi mulai pengamatan sampai teshasil belajar
berbagai teknik efaluasi mulai pengamatan sampai teshasil belajar
d.
Guru mampu berpikir yang sistematis
tentang apa yang dilakukannya
dan belajar dari pengalamannya
dan belajar dari pengalamannya
e.
Guru seyokyanya adalah bagian dari
masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya
lingkungan profesinya
Teaching & Media–A
Systematic Approach :
Pendekatan
pengajaran dengan alat –alat multimedia
Potential Behaviour:
Sikap
atau tingkah laku yang berpotensi menghasilkan keadaan atau situasi yang akan
datang.
Time Frames:
Runtunan
waktu dalam rencana kegiatan belajar.
Reinforcement:
Tindakan
untuk memperkuat suatu aktifitas yang diinginkan.
Student Centred
Learning:
Pembelajaran
yang terpusat pada siswa.
Cooperative Learning:
Pembelajaran
dengan cara bekerjasama antar siswa.
Contextual Learning:
Pembelajaran
secara kontekstual sesuai dengan situasi materi bahan ajar.
Problem Based Learning :
Pembelajaran
yang timbul dalam masalah pembelajaran.
Collaborative Learning:
Situasi
dimana antar siswa saling bekerjasama atau saling tukar pikiran untuk
menyeselesaikan suatu pembelajaran.
Project Based Learning:
Pendekatan
yang dinamis dalam pengajaran dimana siswa diperhadapkan atau ditantang dalam
kenyataan permasalahan yang nyata dalam kehidupan.
As claimed by Stanford Medical, It's in fact the SINGLE reason this country's women get to live 10 years more and weigh on average 42 pounds lighter than us.
BalasHapus(And realistically, it really has NOTHING to do with genetics or some hard exercise and absolutely EVERYTHING to around "how" they are eating.)
BTW, What I said is "HOW", not "what"...
Click this link to uncover if this easy quiz can help you release your true weight loss potential