Kamis, 20 November 2014

batas-batas penjelajahan ilmu



Makalah Kelompok 10
Batas-batas Penjelajahan Ilmu


Disajikan Untuk Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen : Dr. Endang K. Trijanto, M.Pd dan Dr. Hanif Pujiati



https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ_a-kjk6wlarPA9r9EnLMh_27n4bdKwVRKGGSr9HPUJB098dhJoQ

Oleh :
Harjon Basri (No.Reg. 7316130263)
Wulan Febrina (No.Reg. 7316130743)


Pendidikan Bahasa
Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta
2013
A.  Pendahuluan
Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu? Di manakah ilmu berhenti dan meyerahkan pengkajian selanjutnya kepada pengetahuan lain? Apakah yang menjadi karakteristik obyek ontologi ilmu yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya? Jawab dari semua pertanyaan itu adalah sangat sederhana: ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti pada batas pengalaman manusia. Jadi ilmu tidak mempelajari masalah surga dan neraka dan juga tidak mempelajari sebab musabab kejadian terjadinya manusia, sebab kejadian itu berada di luar jangkauan pengalaman manusia (Jujun, 1990:91). [1]
Mengapa ilmu hanya membatasi daripada hal-hal yang berbeda dalam pengalaman kita? Jawabnya terletak pada fungsi ilmu itu sendiri dalam kehidupan manusia; yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah yang dihadapi sehari-hari. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Sekiranya ilmu memasukkan daerah di luar batas pengalaman empirisnya, bagaimanakah kita melakukan suatu kontradiksi yang menghilangkan kesahihan metode ilmiah? Kalau begitu maka sempit sekali batas jelajah ilmu, kata seorang, Cuma sepotong dari sekian permasalahan kehidupan.[2]
Memang demikian, jawab filsuf ilmu, bahkan dalam batas pengalaman manusiapun, ilmu hanya berwenang dalam menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan. Tentang baik dan buruk, semua berpaling kepada sumber-sumber moral; tentang indah dan jelek semua berpaling kepada pengkajian estetik.[3]
Dapat disimpulkan bahwa batas dari penjelajahan ilmu hanyalah ”Pengalaman” manusia, yaitu mulai dari pengalaman manusia dan berhenti pada pengalaman manusia juga. Pengalaman manusia pada dasarnya dapat diperoleh melalui panca inderanya, oleh karena itu jika pengalaman diperoleh dengan melihat maka ”ilmu adalah penglihatanmu”, jika penglaman diperoleh dengan mendengarkan, maka ”Ilmu adalah pendengaranmu” begitu juga untuk indera yang lainnya. Ini mengindikasikan bahwa ilmu sesorang mencapai batas ketika ia harus meninggalkan dunia ini.[4]










B.     Batasan masalah yang dikaji
Untuk membatasi sistematika penulisan makalah, penulis membatasi kajian hanya pada defenisi ilmu, dan cabang-cabang ilmu.




















                       
C.    Pembahasan
1.      Definisi Ilmu
Ilmu adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang dengan melakukannya umat manusia memproleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya pada dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.[5]
Menurut Carles Siregar: “Ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan”. Dalam arti umum, ilmu sering dijadikan pembeda, umpamanya untuk membedakan antara disiplin ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan ilmu pengetahuan sosial ( IPS ).[6]
Sementara, menurut Jujun S. Suriasumantri dalam buku ilmu dalam perspektif menulis: “Ilmu lebih bersifat merupakan kegiatan daripada sekedar produk yang siap dikonsumsikan.  Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.[7]
Fungsi ilmu yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Ilmu diharapkan membantu kita memerangi penyakit, membangun jembatan, irigasi, membangkitkan tenaga listrik, mendidik anak, memeratakan pendapatan nasional dan sebagainya. Persoalan mengenai hari kemudian tidak akan kita tanyakan kepada ilmu, melainkan kepada agama, sebab agama lah pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah seperti itu.[8]
Kalau pada fase permulaan hanya terdapat ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial maka sekarang ini terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan yang kebanyakan belum dikenal oleh orang- orang awam.[9]
Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni Filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the I cabang ilmu social (the social scinence). Ilmu-ilmu alam membagi diri kepada dua kelompok yakni ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu- ilmu alam membagi menjadi dua kelompok lagi yaitu ilmu alam (the phisycal science) dan ilmu hayat (the biological science). Ilmu alam bertujuan untuk mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari masa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda- benda langit) dan ilmu bumi (atau the earth science yang mempelajari bumi kita ini).[10]
Tiap tiap cabang kemudian membuat ranting- ranting baru seperti fisika berkembang menjadi mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya, panas, kelistrikan magnetisme, fisika nuklir, dan kimia fisik. Sampai tahap ini maka kelompok ilmu ini termasuk ke dalam ilmu- ilmu murni. Ilmu-ilmu murni kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu terapan, seperti contoh dibawah ini.[11]
ILMU MURNI                       ILMU TERAPAN
Mekanika
                               Mekanika teknik
idrodinamika
                          Teknik Aeronautikal atau
Teknik dan Desain Kapal
Bunyi                                      Teknik Akuistik
Cahaya dan Optik
                  Teknik Iluminasi
Kelistrika
/                               Teknik Elektronik
Magnetisme                             Teknik kelistrikan
Fisika nuklir
                           Teknik nuklir.
Ilmu- ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan dengan ilmu alam. Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu- ilmu sosial yaitu antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara).[12]
Cabang utama ilmu-ilmu social yakni antropologi seperti antropologi terpecah menjadi lima yakni, arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi dan antropologi sosial/kultural, semua itu kita golongkan ke dalam ilmu murni.[13]





















D.  Kesimpulan
Batas dari penjelajahan ilmu hanyalah ”Pengalaman” manusia, yaitu mulai dari pengalaman manusia dan berhenti pada pengalaman manusia juga. Pengalaman manusia pada dasarnya dapat diperoleh melalui panca inderanya, oleh karena itu jika pengalaman diperoleh dengan melihat maka ”ilmu adalah penglihatanmu”, jika penglaman diperoleh dengan mendengarkan, maka ”Ilmu adalah pendengaranmu” begitu juga untuk indera yang lainnya. Ini mengindikasikan bahwa ilmu sesorang mencapai batas ketika ia harus meninggalkan dunia ini.
Ilmu lebih bersifat merupakan kegiatan daripada sekedar produk yang siap dikonsumsikan.  Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Fungsi ilmu yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Ilmu diharapkan membantu kita memerangi penyakit, membangun jembatan, irigasi, membangkitkan tenaga listrik, mendidik anak, memeratakan pendapatan nasional dan sebagainya. Persoalan mengenai hari kemudian tidak akan kita tanyakan kepada ilmu, melainkan kepada agama, sebab agama lah pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah seperti itu.
Kalau pada fase permulaan hanya terdapat ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial maka sekarang ini terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan yang kebanyakan belum dikenal oleh orang- orang awam.
Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni Filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the I cabang ilmu social (the social scinence). Ilmu-ilmu alam membagi diri kepada dua kelompok yakni ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu- ilmu alam membagi menjadi dua kelompok lagi yaitu ilmu alam (the phisycal science) dan ilmu hayat (the biological science). Ilmu alam bertujuan untuk mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari masa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda- benda langit) dan ilmu bumi (atau the earth science yang mempelajari bumi kita ini).
Tiap tiap cabang kemudian membuat ranting- ranting baru seperti fisika berkembang menjadi mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya, panas, kelistrikan magnetisme, fisika nuklir, dan kimia fisik. Sampai tahap ini maka kelompok ilmu ini termasuk ke dalam ilmu- ilmu murni. Ilmu-ilmu murni kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu terapan, seperti contoh dibawah ini.
ILMU MURNI                       ILMU TERAPAN
Mekanika
                               Mekanika teknik
idrodinamika
                          Teknik Aeronautikal atau
Teknik dan Desain Kapal
Bunyi                                      Teknik Akuistik
Cahaya dan Optik
                  Teknik Iluminasi
Kelistrika
/                               Teknik Elektronik
Magnetisme                             Teknik kelistrikan
Fisika nuklir
                           Teknik nuklir.
Ilmu- ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan dengan ilmu alam. Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu- ilmu sosial yaitu antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara).
Cabang utama ilmu-ilmu social yakni antropologi seperti antropologi terpecah menjadi lima yakni, arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi dan antropologi sosial/kultural, semua itu kita golongkan ke dalam ilmu murni.








E.  Referensi
S. Anshari, E. (1979). Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.
S. Suriasumantri, J. ( 2003 ). Filsafat imu sebuah pengantar popular. Cet. 17. Jakarta.   







[1] http://mulyadiniarty.wordpress.com/2009/11/01/batas-penjelajahan-ilmu/
[2] Pembahasan yang menarik tentang kaitan antara ilmu, filsafat, dan agama dapat dibaca dalam buku karangan Endang S. Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama (Surabaya:Bina Ilmu, 1979)
[3] Ibid
[4] Ibid
[5] http://mulyadiniarty.wordpress.com/2009/11/01/batas-penjelajahan-ilmu/
[6] ibid
[7] ibid
[8] ibid
[9] S. Suriasumantri, J. ( 2003 ). Filsafat imu sebuah pengantar popular. Cet. 17. Jakarta.   
[10] Ibid   
[11] ibid
[12] ibid
[13] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar