Makalah
Kelompok 10
Batas-batas Penjelajahan Ilmu
Disajikan
Untuk
Mata
Kuliah
Filsafat Ilmu
Dosen
: Dr. Endang K. Trijanto, M.Pd dan Dr. Hanif Pujiati
Oleh :
Harjon
Basri
(No.Reg. 7316130263)
Wulan
Febrina
(No.Reg. 7316130743)
Pendidikan
Bahasa
Program
Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta
2013
A. Pendahuluan
Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu?
Di manakah ilmu berhenti dan meyerahkan pengkajian selanjutnya kepada
pengetahuan lain? Apakah yang menjadi karakteristik obyek ontologi ilmu yang
membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya? Jawab dari semua
pertanyaan itu adalah sangat sederhana: ilmu memulai penjelajahannya pada
pengalaman manusia dan berhenti pada batas pengalaman manusia. Jadi ilmu tidak
mempelajari masalah surga dan neraka dan juga tidak mempelajari sebab musabab
kejadian terjadinya manusia, sebab kejadian itu berada di luar jangkauan
pengalaman manusia (Jujun, 1990:91). [1]
Mengapa ilmu hanya membatasi daripada hal-hal yang
berbeda dalam pengalaman kita? Jawabnya terletak pada fungsi ilmu itu sendiri
dalam kehidupan manusia; yakni sebagai alat pembantu manusia dalam
menanggulangi masalah yang dihadapi sehari-hari. Ilmu membatasi lingkup
penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang
dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris.
Sekiranya ilmu memasukkan daerah di luar batas pengalaman empirisnya,
bagaimanakah kita melakukan suatu kontradiksi yang menghilangkan kesahihan
metode ilmiah? Kalau begitu maka sempit sekali batas jelajah ilmu, kata
seorang, Cuma sepotong dari sekian permasalahan kehidupan.[2]
Memang demikian, jawab filsuf ilmu, bahkan dalam batas
pengalaman manusiapun, ilmu hanya berwenang dalam menentukan benar atau
salahnya suatu pernyataan. Tentang baik dan buruk, semua berpaling kepada
sumber-sumber moral; tentang indah dan jelek semua berpaling kepada pengkajian
estetik.[3]
Dapat disimpulkan bahwa batas dari penjelajahan ilmu hanyalah ”Pengalaman” manusia, yaitu mulai dari
pengalaman manusia dan berhenti pada pengalaman manusia juga. Pengalaman
manusia pada dasarnya dapat diperoleh melalui panca inderanya, oleh karena itu
jika pengalaman diperoleh dengan melihat maka ”ilmu adalah penglihatanmu”, jika
penglaman diperoleh dengan mendengarkan, maka ”Ilmu adalah pendengaranmu”
begitu juga untuk indera yang lainnya. Ini mengindikasikan bahwa ilmu sesorang
mencapai batas ketika ia harus meninggalkan dunia ini.[4]
B.
Batasan masalah yang dikaji
Untuk membatasi sistematika
penulisan makalah, penulis membatasi kajian hanya pada defenisi ilmu, dan cabang-cabang ilmu.
C.
Pembahasan
1.
Definisi Ilmu
Ilmu adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang dengan melakukannya umat
manusia memproleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan lebih
cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu
kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya pada dan mengubah
lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.[5]
Menurut Carles Siregar: “Ilmu adalah proses yang membuat
pengetahuan”. Dalam arti umum, ilmu sering dijadikan pembeda, umpamanya untuk
membedakan antara disiplin ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan ilmu pengetahuan
sosial ( IPS ).[6]
Sementara, menurut Jujun S. Suriasumantri dalam buku ilmu dalam perspektif
menulis: “Ilmu lebih bersifat merupakan kegiatan daripada sekedar produk yang
siap dikonsumsikan. Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge),
tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang
disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui
dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk
karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.[7]
Fungsi ilmu yakni sebagai alat pembantu manusia
dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Ilmu
diharapkan membantu kita memerangi penyakit, membangun jembatan, irigasi,
membangkitkan tenaga listrik, mendidik anak, memeratakan pendapatan nasional
dan sebagainya. Persoalan mengenai hari kemudian tidak akan kita tanyakan
kepada ilmu, melainkan kepada agama, sebab agama lah
pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah seperti itu.[8]
Kalau pada fase
permulaan hanya terdapat ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial maka sekarang ini
terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan yang kebanyakan belum dikenal oleh
orang- orang awam.[9]
Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama
yakni Filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the I cabang
ilmu social (the social scinence). Ilmu-ilmu alam membagi diri kepada dua
kelompok yakni ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu- ilmu alam membagi menjadi dua kelompok lagi yaitu ilmu alam (the
phisycal science) dan ilmu hayat (the biological science). Ilmu alam
bertujuan untuk mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam
kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari masa dan energi), kimia
(mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda- benda langit) dan
ilmu bumi (atau the earth science yang mempelajari bumi kita ini).[10]
Tiap tiap cabang kemudian membuat ranting- ranting
baru seperti fisika berkembang menjadi mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya,
panas, kelistrikan magnetisme, fisika nuklir, dan kimia fisik. Sampai tahap ini
maka kelompok ilmu ini termasuk ke dalam ilmu- ilmu murni. Ilmu-ilmu murni kemudian berkembang
menjadi ilmu-ilmu terapan, seperti contoh
dibawah ini.[11]
ILMU
MURNI ILMU TERAPAN
Mekanika Mekanika teknik
idrodinamika Teknik Aeronautikal atau
Mekanika Mekanika teknik
idrodinamika Teknik Aeronautikal atau
Teknik dan Desain Kapal
Bunyi
Teknik
Akuistik
Cahaya dan Optik Teknik Iluminasi
Kelistrika / Teknik Elektronik
Cahaya dan Optik Teknik Iluminasi
Kelistrika / Teknik Elektronik
Magnetisme
Teknik
kelistrikan
Fisika nuklir Teknik nuklir.
Fisika nuklir Teknik nuklir.
Ilmu- ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan
dengan ilmu alam. Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu- ilmu sosial yaitu
antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi
(mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia
dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari
struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan
proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara).[12]
Cabang utama
ilmu-ilmu social yakni antropologi seperti antropologi terpecah menjadi lima
yakni, arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi dan antropologi
sosial/kultural, semua itu kita golongkan ke dalam ilmu murni.[13]
D. Kesimpulan
Batas dari penjelajahan ilmu hanyalah
”Pengalaman” manusia, yaitu mulai dari pengalaman manusia dan berhenti pada
pengalaman manusia juga. Pengalaman manusia pada dasarnya dapat diperoleh
melalui panca inderanya, oleh karena itu jika pengalaman diperoleh dengan
melihat maka ”ilmu adalah penglihatanmu”, jika penglaman diperoleh dengan
mendengarkan, maka ”Ilmu adalah pendengaranmu” begitu juga untuk indera yang
lainnya. Ini mengindikasikan bahwa ilmu sesorang mencapai batas ketika ia harus
meninggalkan dunia ini.
Ilmu lebih bersifat merupakan
kegiatan daripada sekedar produk yang siap dikonsumsikan. Ilmu bukan
sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat
metode yang diakui
dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk
karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Fungsi ilmu
yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah yang
dihadapinya sehari-hari. Ilmu diharapkan membantu kita memerangi penyakit,
membangun jembatan, irigasi, membangkitkan tenaga listrik, mendidik anak,
memeratakan pendapatan nasional dan sebagainya. Persoalan mengenai hari
kemudian tidak akan kita tanyakan kepada ilmu, melainkan kepada agama, sebab
agama lah pengetahuan yang mengkaji
masalah-masalah seperti itu.
Kalau pada fase permulaan hanya terdapat ilmu-ilmu
alam dan ilmu-ilmu sosial maka sekarang ini terdapat lebih dari 650 cabang
keilmuan yang kebanyakan belum dikenal oleh orang- orang awam.
Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut
berkembang dari dua cabang utama yakni Filsafat alam yang kemudian menjadi
rumpun ilmu-ilmu alam (the I cabang ilmu social (the social scinence).
Ilmu-ilmu alam membagi diri kepada dua kelompok yakni ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu- ilmu alam membagi menjadi dua kelompok lagi yaitu ilmu alam (the
phisycal science) dan ilmu hayat (the biological science). Ilmu alam
bertujuan untuk mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam
kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari masa dan energi), kimia
(mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda- benda langit) dan
ilmu bumi (atau the earth science yang mempelajari bumi kita ini).
Tiap tiap cabang
kemudian membuat ranting- ranting baru seperti fisika berkembang menjadi
mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya, panas, kelistrikan magnetisme, fisika
nuklir, dan kimia fisik. Sampai tahap ini maka kelompok ilmu ini termasuk ke
dalam ilmu- ilmu murni. Ilmu-ilmu
murni kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu terapan, seperti contoh dibawah ini.
ILMU
MURNI ILMU TERAPAN
Mekanika Mekanika teknik
idrodinamika Teknik Aeronautikal atau
Mekanika Mekanika teknik
idrodinamika Teknik Aeronautikal atau
Teknik dan Desain Kapal
Bunyi
Teknik
Akuistik
Cahaya dan Optik Teknik Iluminasi
Kelistrika / Teknik Elektronik
Cahaya dan Optik Teknik Iluminasi
Kelistrika / Teknik Elektronik
Magnetisme
Teknik
kelistrikan
Fisika nuklir Teknik nuklir.
Fisika nuklir Teknik nuklir.
Ilmu- ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan
dengan ilmu alam. Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu- ilmu sosial yaitu
antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi
(mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia
dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi
(mempelajari struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari
sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara).
Cabang utama
ilmu-ilmu social yakni antropologi seperti antropologi terpecah menjadi lima
yakni, arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi dan antropologi
sosial/kultural, semua itu kita golongkan ke dalam ilmu murni.
E. Referensi
S.
Anshari, E. (1979). Ilmu, Filsafat dan
Agama. Surabaya: Bina Ilmu.
S. Suriasumantri, J. ( 2003 ). Filsafat imu sebuah pengantar popular.
Cet. 17. Jakarta.
[1]
http://mulyadiniarty.wordpress.com/2009/11/01/batas-penjelajahan-ilmu/
[2] Pembahasan
yang menarik tentang kaitan antara ilmu, filsafat, dan agama dapat dibaca dalam
buku karangan Endang S. Anshari, Ilmu,
Filsafat dan Agama (Surabaya:Bina Ilmu, 1979)
[5]
http://mulyadiniarty.wordpress.com/2009/11/01/batas-penjelajahan-ilmu/
[8]
ibid
[9] S. Suriasumantri, J. ( 2003 ).
Filsafat imu sebuah pengantar popular. Cet. 17. Jakarta.
[11]
ibid
[12]
ibid
[13]
Ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar