Kamis, 20 November 2014

filsafat dan ilmu



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Filsafat merupakan ilmu yang istimewa dan memiliki cakupan pembahasan yang luas dan juga memiliki kesan studi  yang cenderung  terlalu berat dan rumit. Makanya tidak heran jumlah yang mau dan mampu mempelajarinya sangatlah sedikit dan hanya orang-orang tertentu. Disisi yang lain, ada pula yang berpendapat bahwa filsafat tidak lebih darisekedar lelucon dan omong kosong belaka karena tidak memilki kegunaan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan ada pandangan yang sangat ekstrim menganggap bahwa filsafat adalah ilmu yang dapat menyesatkan. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang mengharamkan untuk mempelajari filsafat.
Seperti  Descartes maupun al-Gazali yang meragukan hal yang terlebih dahulu ada atau dengan meragukan hal-hal yang telah dianggap benar sebelumnya. Dengan demikian maka untuk mencapai sebuah kebenaran dari apa yang telah diragukan, maka orang akan berpikir untuk mencari jawaban.Hal ini menjadi salah satu acuan beberapa kalangan untuk memaknai bahwa filsafat merupakan suatu ilmu yang tidak memiliki kegunaan praktis dan hanya menyita waktu karena hanya bermain pada tataran ide.
Padahal ketika merujuk pada awal mula munculnya filsafatterutama filsafat barat di yunani kira-kira pada abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi tentang hal-hal yang bersentuhan langsung dengan kehidupan. Seperti alam, dunia dan lingkungan sekitar dan tidak menggantungkan diri pada agama lagi untuk menjawab keresahan mereka. Banyaknya dinamika dan persoalan sosial memaksa mereka untuk berpikir mencari solusi dan menemukan apa akar dan bagaimana masalah itu bisa terjadi.
Kemudian filosof mulai mencoba memandang dunia dengan cara yang berbeda dengan sesuatu yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yakni berpikir secara ilmiah. Dengan mencari keterangan tentang alam semesta dan melepaskan diri dari hal-hal mistis yang secara turun temurun diwariskan oleh tradisi. Mereka mulai mandiri dan berpikir sendiri dengan mulai melakukan pendekatan secara logis dan rasional. Sehingga pada akhirnya filsafat dan ilmu memiliki hubungan yang erat.

B.     RUMUSAN MASALAH
1. Apakah defenisi filsafat?
2. Apakah defenisi Ilmu ?
3. Apa persamaan ilmu dan filsafat?
4. Apakah perbedaan ilmu dan filsafat ?

C.     TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui defenisi dari filsafat?
2. Untuk mengetahui defenisi dari ilmu?
3. Untuk mengetahuipersamaan ilmu dan filsafat
4. Untuk mengetahuiperbedaan ilmu dan filsafat














BAB II
A.    FILSAFAT
1.      Definisi
 Menurut Rahmat Munawar  filsafat berasal dari bahasa yunani, philo, yang  berarti cinta dan sophis yang berarti Arif, pandai. Secara bahasa semula filsafat lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan, kepandaian. Namun cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat, sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang praktis[1].
Ketika mendengar istilah filsafat kebanyakan orang akan mulai berpikir bahwa filsafat itu adalah sesuatu yang rumit , tidak penting dan bahkan bagi beberapa kalangan filsafat dianggap sebagai sesuatu yang menyesatkan namun secara sederhana sebenarnya dalam keseharian kita kegiatan filsafat itu sendiri sering kita lakukan secara sadar maupun tidak. Sebelum penulis memberikan contoh sederhana dari filsafat itu sendiri penulis ingin memberikan definisi tentang filsafat secara epitomologi terlebih dahulu.
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.[2]
Menurut Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM. Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.[3]
Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".
Dari definisi diatas dapat dijabarkan bahwa kegiatan seperti mencari alamat rumah seseorang , mencari nomor handphone, dan bahkan membagi kelompok secara adil dalam kegiatan perkuliahan penulis berasumsi kesemuanya adalah contoh dari kegiatan berfilsafat karena inti dari filsafat adalah mencari kebenaran ataupun kebijaksanaan.
Dalam  contoh  lain bahwa jujur ketika mengahadapi ujian nasional bagi anak sekolahan misalnya merupakan contoh kegiatan berfilsafat dan bahkan mencari pasangan hidup bagi seorang pemuda yang baik sesuai harapannya juga merupakan kegiatan berfilsafat  serta kegiatan memasak seorang istri memilih bahan masakan secara bijak buat seorang suaminya merupakan kegiatan berfilsafat.
Dari contoh kegiatan berfilsafat yang dilakukan anak sekolah, pemuda, dan seorang istri tadi secara serta merta menjadikan mereka sebagai seornag filsuf butuh sesuatu yang lebih empirik untuk menjadikannya sebagai seorang filsuf.
Contoh diatas merupakan gambaran dari filsfafat sederhana yang diistilahkan oleh penulis  memudahkan pemahaman akan filsafat itu sendiri namun tentunya bukan berarti setiap kegiatan yang kita lakukan yang berusaha mencari kebenaran dan kebijaksanaan bisa berarti filsafat dalam arti yang sebenarnya karena barulah dikatakan kegiatan itu merupakan hasil dali kegiatan filsfafat terlihat dari keluasan dampak yang ditimbulkan oleh hasil pemikiran para filsuf terdahulu seperti  filsafat sudharta maupun aristoteles.  
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.[4]
            Filsuf besar seperti plato juga memeberikan defenisi filsafat yang sangat sederhana menurut dia filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.[5]
aristoteles bahkan menjelaskan lebih rinci penegertian filsafat dan kajiannya menurutnya filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.[6]




B.     ILMU
1.      Defenisi ilmu
Dalam perspektif barat, ilmu dibedakan dengan pengetahuan. Ilmu (science) adalah suatu bidang pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan melalui metode ilmiah. contoh ilmu biologi yang tersusun dari makhluk hidup. Berbeda misalnya dengan islam yang tidak mendikotomikan antara ilmu dan pengetahuan.
Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dimana keduanya mempunyai ciri keilmuan yang sama[7]. Filsafat ilmu adalah segenap reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
a.       Ilmu tidak memerlukan kepastian yang berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang sepenuhnya dimantapkan.
b.      Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi.
c.       Dilain pihak, yang seringkali berkaitan dengan konsep ilmu (pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa motede-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus tebuka kepada semua pencari ilmu.

2.      Defenisi ilmu menurut para ahli
Para ahli tak luput juga memberikan defenisi mereka tentang ilmu itu sendiri yang tentunya layak untuk dijajaki sebagai wadah untuk memperkaya pemahaman akan pengertian ilmu itu sendiri.
Mohammad Hatta Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.[8]
Filsuf barat juga mendefenisikan ilmu yang disampaikan oleh Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag menurutnyaIlmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak[9]
3.      Persamaan filsafat dan ilmu
Antara filsafat dan ilmu sebenarnya memiliki akar kajian yang sama yakni sama-sama mencari kebenaran dan menemukan suatu hal baru yang berkenaan dengan pengetahuan. Persamaan keduanya dijelaskan secara rinci dibawah ini yaitu:
a.       Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
b.      Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
c.       Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian kita alami dan mencoba menunjukan sebab-sebabnya.
d.      Keduanya mempunyai metode dan system.
4.      Perbedaan filsafat dan ilmu
a.       Objek lapangan filsafat bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) bersifat khusus dan empiric
b.      Ilmu hanya terfokus pada bidang masing-masing secara kaku, filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin ilmu.
c.       Objek formal (sudut pandang) filsafat bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar.
d.      Ilmu bersifat fragmentaris, spesifik dan intensif. Disamping itu objek formal ilmu itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.



















BAB III. PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka akan diambil kesimpulan sebagai berikut:
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.

B.     SARAN
Demikian makalah ini semoga bermanfaat. Besar harapan agar pembaca dapat memberikan kritik atau saran agar dapat menyempurnakan makalah ini ke depan.



[1]Munawar, R. (2004). Nilai dasar perjuangan. Balikpapan. PPKNY press. hal.12.
[4]http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.htm
[7] S. Suriasumantri, J. ( 2003 ). Filsafat imu sebuah pengantar popular. Cet. 17. Jakarta. Pustaka sinar harapan. h.33.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar