BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Filsafat merupakan ilmu yang istimewa dan memiliki
cakupan pembahasan yang luas dan juga memiliki kesan studi yang cenderung terlalu berat dan rumit. Makanya tidak heran
jumlah yang mau dan mampu mempelajarinya sangatlah sedikit dan hanya
orang-orang tertentu. Disisi yang lain, ada pula yang berpendapat bahwa
filsafat tidak lebih darisekedar lelucon dan omong kosong belaka karena tidak
memilki kegunaan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan ada pandangan yang
sangat ekstrim menganggap bahwa filsafat adalah ilmu yang dapat menyesatkan.
Sehingga tidak sedikit dari mereka yang mengharamkan untuk mempelajari
filsafat.
Seperti
Descartes maupun al-Gazali yang meragukan hal yang terlebih dahulu ada
atau dengan meragukan hal-hal yang telah dianggap benar sebelumnya. Dengan
demikian maka untuk mencapai sebuah kebenaran dari apa yang telah diragukan,
maka orang akan berpikir untuk mencari jawaban.Hal ini menjadi salah satu acuan
beberapa kalangan untuk memaknai bahwa filsafat merupakan suatu ilmu yang tidak
memiliki kegunaan praktis dan hanya menyita waktu karena hanya bermain pada
tataran ide.
Padahal ketika merujuk pada awal mula munculnya filsafatterutama
filsafat barat di yunani kira-kira pada abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika
orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi tentang hal-hal yang
bersentuhan langsung dengan kehidupan. Seperti alam, dunia dan lingkungan
sekitar dan tidak menggantungkan diri pada agama lagi untuk menjawab keresahan
mereka. Banyaknya dinamika dan persoalan sosial memaksa mereka untuk berpikir
mencari solusi dan menemukan apa akar dan bagaimana masalah itu bisa terjadi.
Kemudian filosof mulai mencoba memandang dunia
dengan cara yang berbeda dengan sesuatu yang belum pernah dipraktekkan
sebelumnya, yakni berpikir secara ilmiah. Dengan mencari keterangan tentang
alam semesta dan melepaskan diri dari hal-hal mistis yang secara turun temurun
diwariskan oleh tradisi. Mereka mulai mandiri dan berpikir sendiri dengan mulai
melakukan pendekatan secara logis dan rasional. Sehingga pada akhirnya filsafat
dan ilmu memiliki hubungan yang erat.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah defenisi filsafat?
2.
Apakah defenisi Ilmu ?
3.
Apa persamaan ilmu dan filsafat?
4.
Apakah perbedaan ilmu dan filsafat ?
C.
TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1.
Untuk mengetahui defenisi dari filsafat?
2.
Untuk mengetahui defenisi dari ilmu?
3.
Untuk mengetahuipersamaan ilmu dan filsafat
4.
Untuk mengetahuiperbedaan ilmu dan filsafat
BAB
II
A.
FILSAFAT
1. Definisi
Menurut Rahmat Munawar filsafat berasal dari bahasa yunani, philo,
yang berarti cinta dan sophis yang
berarti Arif, pandai. Secara bahasa semula filsafat lazim diterjemahkan sebagai
cinta kearifan, kepandaian. Namun cakupan pengertian sophia yang semula itu
ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja,
melainkan meliputi pula kebenaran pertama pengetahuan luas, kebajikan
intelektual, pertimbangan sehat, sampai kepandaian pengrajin dan bahkan
kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang praktis[1].
Ketika mendengar istilah filsafat kebanyakan orang
akan mulai berpikir bahwa filsafat itu adalah sesuatu yang rumit , tidak
penting dan bahkan bagi beberapa kalangan filsafat dianggap sebagai sesuatu
yang menyesatkan namun secara sederhana sebenarnya dalam keseharian kita kegiatan
filsafat itu sendiri sering kita lakukan secara sadar maupun tidak. Sebelum
penulis memberikan contoh sederhana dari filsafat itu sendiri penulis ingin
memberikan definisi tentang filsafat secara epitomologi terlebih dahulu.
Kata falsafah
atau filsafat dalam bahasa
Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa
Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan
kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta
dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti
harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.[2]
Menurut Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM.
Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”.
Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti
: ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis;
“philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan
“falsafah” dalam bahasa Arab.[3]
Kata filosofi yang dipungut dari bahasa
Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan
aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah
disebut "filsuf".
Dari
definisi diatas dapat dijabarkan bahwa kegiatan seperti mencari alamat rumah
seseorang , mencari nomor handphone, dan bahkan membagi kelompok secara adil
dalam kegiatan perkuliahan penulis berasumsi kesemuanya adalah contoh dari
kegiatan berfilsafat karena inti dari filsafat adalah mencari kebenaran ataupun
kebijaksanaan.
Dalam contoh
lain bahwa jujur ketika mengahadapi ujian nasional bagi anak sekolahan
misalnya merupakan contoh kegiatan berfilsafat dan bahkan mencari pasangan
hidup bagi seorang pemuda yang baik sesuai harapannya juga merupakan kegiatan
berfilsafat serta kegiatan memasak
seorang istri memilih bahan masakan secara bijak buat seorang suaminya
merupakan kegiatan berfilsafat.
Dari contoh
kegiatan berfilsafat yang dilakukan anak sekolah, pemuda, dan seorang istri
tadi secara serta merta menjadikan mereka sebagai seornag filsuf butuh sesuatu
yang lebih empirik untuk menjadikannya sebagai seorang filsuf.
Contoh
diatas merupakan gambaran dari filsfafat sederhana yang diistilahkan oleh
penulis memudahkan pemahaman akan
filsafat itu sendiri namun tentunya bukan berarti setiap kegiatan yang kita
lakukan yang berusaha mencari kebenaran dan kebijaksanaan bisa berarti filsafat
dalam arti yang sebenarnya karena barulah dikatakan kegiatan itu merupakan
hasil dali kegiatan filsfafat terlihat dari keluasan dampak yang ditimbulkan
oleh hasil pemikiran para filsuf terdahulu seperti filsafat sudharta maupun aristoteles.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan
segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan.[4]
Filsuf besar seperti plato juga
memeberikan defenisi filsafat yang sangat sederhana menurut dia filsafat
adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.[5]
aristoteles bahkan menjelaskan lebih rinci penegertian filsafat dan
kajiannya menurutnya filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang
meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.[6]
B.
ILMU
1. Defenisi
ilmu
Dalam
perspektif barat, ilmu dibedakan dengan pengetahuan. Ilmu (science) adalah
suatu bidang pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan melalui metode
ilmiah. contoh ilmu biologi yang tersusun dari makhluk hidup. Berbeda misalnya
dengan islam yang tidak mendikotomikan antara ilmu dan pengetahuan.
Ilmu
memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak
terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial,
dimana keduanya mempunyai ciri keilmuan yang sama[7].
Filsafat ilmu adalah segenap reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala
hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan manusia.
a. Ilmu
tidak memerlukan kepastian yang berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan,
sebab ilmu dapat memuat didalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan
teori-teori yang sepenuhnya dimantapkan.
b. Ilmu
adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat
diukur dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas
keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi.
c. Dilain
pihak, yang seringkali berkaitan dengan konsep ilmu (pengetahuan ilmiah) adalah
ide bahwa motede-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada
dasarnya harus tebuka kepada semua pencari ilmu.
2. Defenisi
ilmu menurut para ahli
Para ahli tak luput juga memberikan defenisi mereka tentang ilmu itu
sendiri yang tentunya layak untuk dijajaki sebagai wadah untuk memperkaya
pemahaman akan pengertian ilmu itu sendiri.
Mohammad Hatta Ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
hubungannya dari dalam.[8]
Filsuf barat juga mendefenisikan ilmu yang disampaikan
oleh Ralp
Ross dan Ernest Van Den Haag menurutnyaIlmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak[9]
3. Persamaan
filsafat dan ilmu
Antara
filsafat dan ilmu sebenarnya memiliki akar kajian yang sama yakni sama-sama
mencari kebenaran dan menemukan suatu hal baru yang berkenaan dengan
pengetahuan. Persamaan keduanya dijelaskan secara rinci dibawah ini yaitu:
a. Keduanya
hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
b. Keduanya
hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat
manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
c. Keduanya
memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian kita alami dan mencoba menunjukan sebab-sebabnya.
d. Keduanya
mempunyai metode dan system.
4. Perbedaan
filsafat dan ilmu
a. Objek
lapangan filsafat bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada
(realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) bersifat khusus
dan empiric
b. Ilmu
hanya terfokus pada bidang masing-masing secara kaku, filsafat tidak
terkotak-kotak dalam disiplin ilmu.
c. Objek
formal (sudut pandang) filsafat bersifat non fragmentaris, karena mencari
pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar.
d. Ilmu
bersifat fragmentaris, spesifik dan intensif. Disamping itu objek formal ilmu
itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan
penyatuan diri dengan realita.
BAB
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan pada bab sebelumnya, maka akan diambil kesimpulan sebagai berikut:
Filsafat
ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai
segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun ilmu dengan segala segi dari kehidupan
manusia.
B. SARAN
Demikian
makalah ini semoga bermanfaat. Besar harapan agar pembaca dapat memberikan
kritik atau saran agar dapat menyempurnakan makalah ini ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar