Makalah
Kelompok 12
Penelitian
Analisis Isi Dan Analisis Sastra
Disajikan
untuk mata kuliah Metodologi Penelitian
Dosen
: Prof. Dr. Zainal Rafli, M.Pd Dan Dr. Aceng Rahmat, M.Pd
Oleh :
Syihaabul Hudaa (No.Reg. 7316130287)
Ruli Setiawan (No.Reg. 7316130285)
Program
Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta
2013
BAB I
Pendahuluan
A.
Pengertian Penelitian
Penelitian
pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan
masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.[1] Oleh karena itu, suatu proses penelitian yang
berbasis pada ilmu pengetahuan mendasarkan sistematika penulisannya pada lima
langkah, yaitu : (1) identifikasi masalah penelitian, (2) review informasi, (3)
pengumpulan data, (4) analisis data, dan (5) penarikan kesimpulan.[2]
B. Pengertian Penelitian Kualitatif
Penelitian
Kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara
mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian
generalisasi.[3] Pendapat lain menurut Creswell : “a
qualitative approach is one in which the inquirer often makes knowledge claims
based primarily on constructivist perspectives (i,e. the multiple meanings of
individual experiences meanings socially and historically constructed, with an
intend of developing a theory or pattern) or advocacy/participatory
perspectives (i,e. political, issu-oriented, collaborative or change oriented)
or both” 4 (creswell, 2003, hal 18).
Pendekatan penelitian kualitatif adalah
pendekatan yang (seringkali penanya membuat klaim) berdasarkan perspektif
konstrukif misalnya, makna-makna yang
bersumber dari pengalaman individu, nilai-nilai sosial dan sejarah,
dengan tujuan untuk membangun teori atau pola pengetahuan tertentu, atau
berdasarkan perspektif partisipatori, misalnya orientasi terhadap politik, isu,
kolaborasi atau perubahan.
BAB II
Pembahasan
A. Penelitian analisis isi
Krippendroff mendefinisikan
analisis isi sebagai “a research technique for making replicable and valid
inference from texts (or other meaningful matter) to the contexts of their use
(Krippendroff, 2004:18). Sementara itu, Neoendroerf (2002) mendefinisikan analisis
isi sebagai berikut :
analisis isi
merupakan suatu analisis mendalam yang dapat menggunakan teknik kuantitatif
meupun kualitatif terhadap pesan-pesan menggunakan metode ilmiah dan tidak
terbatas pada jenis-jenis variabel yang dapat diukur atau konteks tempat
pesan-pesan diciptakan atau disajikan.[4]
Pendekatan Kualitatif untuk menganalisis isi berakar pada teori sastra,
ilmu-ilmu sosial (interaksionisme simbolik, etnometodologi) dan para pakar
kritis. Secara kualitatif, analisis isi dapat melibatkan suatu jenis analisis,
di mana isi komunikasi (percakapan, teks tertulis, wawancara, fotografi, dan
sebagainya) dikategorikan dan diklasifikasikan.
Ide utama dalam analisis isi adalah untuk memelihara keuntungan dari
analisis isi kuantitatif sebagaimana telah dikembangkan dalam ilmu komunikasi
dan untuk mentransfer dan mengembangkan ke dalam analisis
kualitatif-interpretif. Objek dari analisis isi dapat berupa semua bentuk
komunikasi yang direkam.
Analisis isi tidak hanya menganalisis isi materi yang kelihatan-sebagaimana
namanya dapat disarankan. Becker & Lissmann (1973) membedakan level isi:
tema dan ide pokok dari teks sebagai isi utama; informasi konteks sebagai isi
yang tersembunyi.[5]
Analisis isi sebagai penggunaan metode yang replikable dan valid untuk membuat
inferensi-inferensi khusus dari teks pada pernyataan-pernyataan lain.
B. Sejarah Analisis Isi
Kita dapat membedakan fase-fase yang berbeda dalam latar historis dari
analisis isi (Marten, 1983, Krippendroff,1980; Mayring, 1994a):
·
Pendahuluan: kita menemukan pendekatan-pendekatan yang berbeda untuk
analisis dab perbandingan teks dalam konteks hermeneutika (mis. Interpretasi
bibel) analisis awal surat kabar, prosedur, grafologis, hingga analisis mimpi
oleh Sigmund Freud.
·
Landasan teoretis kommunikasi: Dasar-dasara analisis isi kuantitatif telah
diletakkan oleh Paul F. Lazarsfeld dan Harold D. Lasswell di USA selama tahun
20-an dan 30-an dari abad ke-20. Buku pertama tentang metode ini telah
dipublikasikan (Barelson 1952).
·
Interdisiplin yang luas dan berbeda-beda: pada tahun 60-an dari abad ke-20
pendekatan metodologis menemukan caranya ke dalam linguistik, psikologi (Rust,
1983), sosiologi, historis, seni, dan sebagainya. Prosedur-prosedur telah
dikembangkan (disesuaikan ke dalam model-model komunikasi yang berbeda-beda;
analisis aspek non-verbal, analisis peristiwa/kejadian, aplikasi komputer)
(Pool, 1959; Gerbener, Holsti, Krippendroff, Paisley & Stone, 1969)
·
Fase kritis kualitatif; sejak pertengahan abad ke-20 penolakkan yang
ditunjukkan menentang suatu analisis superfisial tanpa memerhatikan konteks dan
isi yang tersembunyi, bekerja dengan penyederhanaan dan kuantifikasi distorsi
(Kracauer, 1952). Pendekatan analisis isi kualitatif berikut telah dikembangkan
(Ritsert, 1972; Mostyn, 1985, Wittkowski, 1994; Altheide, 1996).[6]
C. Ide-ide Dasar dari Analisis Isi
Jika kita mengatakan, analisis isi kualitatif menginginkan memelihara
keuntungan dari analisis isi kuantitatif untuk suatu interpretasi teks yang
lebih kualitatif. Analisis isi menekankan kepada empat poin:
·
Mempersiapkan materi ke dalam suatu model komunikasi: itu
harus ditentukan pada bagian apa dari komunikasi inferensi akan dibuat, pada
aspek-aspek komunikator.
·
Peran analisis: Materi yang akan dianalisis tahap demi
tahap, mengikuti aturan prosedur, memecah materi ke dalam unit-unit analisis
isi.
·
Kategori-kategori dalam pusat analisis: Aspek-aspek
interpretasi teks, mengikuti pertanyaan-pertanyaan penelitian, ditempatkan ke
dalam kategori-kategori, yang secara cermat ditemukan dan direvisi di dalam
proses analisis.
·
Kriteria validitas dan reliabilitas: prosedur memiliki
pretensi menjadi antar-subjektif yang dapat dipahami, membandingkan hasil
dengan studi yang lain dalam pengertian triangulasi dan melakukan pengecekan
untuk reliabilitas. Untuk menilai/menaksir reliabilitas antar-penyandi yang
kita gunakan dalam analisis isi kualitatif (dalam kontras analisis isi
kuantitatif) hanya melatih anggota tim proyek dan kita mereduksi standar
kesesuaian penyandi.[7]
D. Prosedur analisis isi kualitatif
Analisis isi kuantitatif yang terdaftar di atas akan dipelihara menjadi
fundamen untuk suatu prosedur yang berorientasi kualitatif dari interpretasi teks.
Kita mengembangkan sejumlah prosedur analisis isi kualitatif (Mayring, 2000) di
antaranya dua pendekatan merupakan sentral: pengembangan kategori induktif dan
aplikasi kategori deduktif.
1.
Pengembangan Kategori Induktif
Analisis isi kuantitatif klasik memiliki beberapa jawaban
untuk pertanyaan tentang darimana kategori-kategori datang, bagaimana sistem
kategori-kategori itu dikembangkan : “Bagaimana kategori-kategori didefinisikan
.... adalah suatu seni sedikit tulisan tentang hal itu.” (Krippendroff, 1980:
76)
Untuk lingkup itu analisis isi kualitatif telah
mengembangkan prosedur pengembang kategori induktif, yang diorientasikan pada
proses reduktif yang diformulasikan di dalam psikologi pemrosesan teks
(Ballstaed, Mandl, Schnotz & Tergan, 1981; van Dijk, 1980).[8]
|
|
|||||||||||||
Langkah-langkah spesifik tidak dapat dijelaskan secara luas di dalam
tinjauan singkat ini. Ide pokok dari prosedur ini adalah untuk merumuskan suatu
kriteria dari definisi, diturunkan dari latar teoretis dan pertanyaan
penelitian, yang menentukan aspek-aspek dari materi tekstual yang telah
diperhitungkan.
2. Aplikasi Kategori Deduktif
Aplikasi kategori deduktif bekerja dengan prioritas yang
diformulasikan, aspek-aspek analisis yang diderivasikan secara teoretis, membawanya ke dalam hubungan
dengan teks. Langkah analisis kualitatif terdiri atas suatu pemilihan kategori
suatu bagian dari teks terkontrol secara metodologis. Di sini model langkah
tersebut di dalam analisis isi kualitatif sebagai berikut.
J
Jadi ide pokok di
sini adalah memberikan definisi-definisi yang eksplisit, contoh-contoh dan
menyandikan aturan-aturan untuk setiap kategori deduktif, menetukan secara
pasti di bawah keadaan apa sebuah bagian teks dapat dikodekan/diberi kode
dengan sebuah kategori. Definisi-definisi kategori itu ditempatkan satu sama
lain dalam suatu agenda pengodean.
Analisis
isi harus dibedakan dengan berbagai metode penelitian lain di dalam penelitian
tentang pesan, yang sifatnya meneliti pesan yang latent (tersembunyi),
kualitatif dan prosedurnya berbeda. Penelitian analisis isi media yang terdiri
dari dua tipe, yaitu: message content analysis dan structural
analysis of texts.[9]
Analisis isi yang termasuk di dalam message content analysis memiliki karakter
sebagai berikut: quantitative, fragmentary, systematic, generalizing,
extensive, manifest meaning, dan objective. Sementara itu, structural analysis
of texts, dimana semiotika termasuk di dalamnya, memiliki karakter sebagai
berikut: qualitative, holistic, selective, illustrative, specific, latent
meaning, dan relative to reader.
Analisis
isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, baik surat
kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang
lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai
teknik/metode penelitian. Holsti menunjukkan tiga bidang yang banyak
mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi
empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum
(25,9%), dan ilmu politik (21,5%). Namun, analisis isi tidak dapat diberlakukan
pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki
syarat berikut:
a.
Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi
(buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).
b.
Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang
dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.
c. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk
mengolah bahan-bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi
tersebut bersifat sangat khas/spesifik.
Beberapa
pembedaan antara analisis isi dengan metode penelitian yang lain:
1.
Analisis isi adalah sebuah metode yang tak mencolok (unobtrusive). Pemanggilan
kembali informasi, pembuatan model (modelling), pemanfaatan catatan statistik,
dan dalam kadar tertentu, etno-metodologi, punya andil dalam teknik penelitian
yang non-reaktif atau tak mencolok ini.
2.
Analisis isi menerima bahan yang tidak terstruktur karena lebih leluasa
memanfaatkan bahan tersebut dan ada sedikit kebebasan untuk mengolahnya dengan
memanggil beberapa informasi.
3.
Analisis isi peka konteks sehingga dapat memproses bentuk-bentuk simbolik.
4.
Analisis isi dapat menghadapi sejumlah besar data.
Metode
Content Analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.
Dalam hal ini, content analysis mencakup: klasifikasi tanda-tanda yang dipakai
dalam komunikasi, menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi, dan
menggunakan teknik analisis tertentu sebagai pembuat prediksi. Deskripsi yang
diberikan para ahli sejak Janis (1949), Berelson (1952) sampai Lindzey dan
Aronson (1968) tentang Content Analysis menampilkan tiga syarat, yaitu:
objektivitas, dengan menggunakan prosedur serta aturan ilmiah; generalitas,
dari setiap penemuan studi mempunyai relevansi teoritis tertentu; dan
sistematis, seluruh proses penelitian sistematis dalam kategorisasi data.
Kelebihan
Analisis Isi:
a.
Tidak dipakainya manusia sebagai objek penelitian sehingga analisis isi
biasanya bersifat non-reaktif karena tidak ada orang yang diwawancarai, diminta
mengisi kuesioner ataupun yang diminta datang ke laboratorium.
b.
Biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan metode penelitian yang
lain dan sumber data mudah diperoleh (misal di perpustakaan umum).
c.
Analisis isi dapat digunakan ketika penelitian survey tidak dapat dilakukan.
Kekurangan Analisis Isi:
Kekurangan Analisis Isi:
a.
Kesulitan menentukan sumber data yang memuat pesan-pesan yang relevan dengan
permasalahan penelitian.
b.
Analisis isi tidak dapat dipakai untuk menguji hubungan antar variabel, tidak
dapat melihat sebab akibat hanya dapat menerima kecenderungan (harus
dikombinasikan dengan metode penelitian lain jika ingin menunjukkan hubungan
sebab akibat).
Analisis Sastra
Karya sastra
merupakan bentuk komunikasi antara sastrawan dengan pembacanya.[10]
Apa yang ditulis sastrawan dalam karya sastranya adalah apa yang inin
diungkapkan sastrawan kepada pembacanya. Dalam menyampaikan idenya melalui
karya sastra, sastrawan tidak bias dipisahkan dari pengaruh lingkungannya.
Karena karya sastra selalu terkait dengan berbagai aspek maka kajian sastrapun
meliputi beberapa aspek.
Pertama, karya sastra
dapat dikaji melalui penulis karya sastra tersebut. Dalam hal ini kritikus
sastra melihat bahwa penulis karya sastra sebagai objek kajian sastra. Kajian
ini meliputi biografi penulis, psikoanalitik dan fenomonologi. Kedua, kritik
sastra juga dapat mengkaji isi dari karya sastra itu (pendekatan teks
sastra).kajian ini meliputi kajian filologi, retorika, formalism dan
strukturalisme serta semiotika dan dekonstruksi. Ketiga, karya sastra juga
dapat dikaji dari sisi pembaca karya sastra tersebut. Seperti telah dijelaskan
dimuka bahwa karya sastra merupakan bentuk komunikasi antara penulis sastra
dengan pembaca. Artinya bahwa pembaca karya sastra merupakan aspek yang penting
dalam karya sastra. Hal yang dapat dikaji dari sisi pembaca karya sastra
diantaranya, teori penerimaan, penerimaan sejarah dan pembaca respon – kritik.
Disamping ketiga
pendekatan tadi, karya sastra juga tidak dapat dipisahkan dengan latar belakang
dan sejarah sastra itu sendiri. Dalam hal ini kritik sastra akan berfokus pada
sejarah, historisme baru dan cultural studies.
Sastra sebagai khazanah
kebudayaan bangsa, memiliki pelbagai hal yang menarik untuk dikaji. Sebagai
suatu karya seni manusia yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya, karya
sastra memiliki pelbagai macam pendekatan untuk mengkajinya. Mengakaji karya
sastra, tidaklah cukup hanya berpedoman pada pengaranganya atau karya itu
sendiri, karena karya sastra masih memiliki unsur lain, yaitu dunia karya
sastra, pembaca karya karya sastra dan latar belakang pengarangnya.
1.
Pendekatan
berorientasi pada teks atau objektif
Pendekatan objektif ialah
pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan.[11]
Pendekatan ini mengkaji suatu karya sastra hanya pada karya sastra itu sendiri,
artinya melihat unsur pembangun karya sastra itu dari dalam. Konvensi tersebut
misalnya, kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot, setting,
karakter, dan sebagainya. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menelaah
karya sastra tanpa melihat unsur pembangun eksternalnya, sehingga peneliti
dapat berkonsentrasi menilai suatu karya sastra tanpa perlu melihat latar
belakang pengarangnya.
Pendekatan berorientasi teks
dapat dibagi dalam empat pembahasan, yaitu: filologi, retorika dan stilistika,
formalism dan strukturalisme serta semiotika dan dekonstruksi.
a. Filologi
Filologi istilah menunjukkan pendekatan yang memusatkan sekitar masalah editorial
dan rekonstruksi teks.[12]
Filologi, yang mengalami masa jayanya di Renaissance dengan penemuan kembali
penulis kuno, penemuan mesin cetak, dan keinginan untuk mengedit teks dengan
benar, tetap menjadi salah satu yang dominan dalam abad kesembilan belas
b. Retorika
dan stilistika
Selain
masalah editorial, pendekatan berorientasi teks saat ini berfokus terutama pada
aspek bentuk (tekstual dan narasi struktur, sudut pandang, alur-pola) dan gaya
(kiasan retoris, pilihan kata atau diksi, sintaks, meter). Pada abad kesembilan
belas, Retorika akhirnya kehilangan pengaruh dan sebagian berkembang menjadi Stilistika,Stilistika difokuskan pada
struktur tata bahasa (lexis, sintaks), unsur-unsur akustik (melodi, sajak,
meter, ritme) dan bentuk menyeluruh (kiasan retoris) dalam analisisnya teks.[13]
c. Formalism
dan strukturalisme
Istilah Formalisme dan Strukturalisme mencakup beberapa bidang di paruh pertama abad
kedua puluh yang tujuan utamanya terletak pada penjelasan dari pola formal dan
struktural teks sastra.[14]
Formalism dan strukturalisme ini berusaha menjelaskan pola dan struktur
kebahasaan dalam teks sebuah karya sastra.
d. Semiotika dan Dekonstruksi
Semiotika dan dekonstruksi
adalah metode terbaru dalam teori sastra yang berorientasi pada teks.
Pendekatan ini menganggapbahwa teks sebagai sistem tanda. Artinya setiap teks yang terdapat pada karya sastra mewakili objek
tertentu yang disebut petanda.
2.
Pendekatan
berorientasi pada pengarang atau ekspresif
Pendekatan ini
dititikberatkan pada eksistensi pengarang sebagai pencipta karya seni.[15]
Pendekatan ini melihat pada kemampuan seorang pengarang dalam melahirkan suatu
karya sastra. Kemampuan pengarang dalam menghasilkan suatu karya sastra menjadi
objek kajian penelaah suatu karya sastra yang menggunakan pendekatan ekspresif.
Latar belakang seorang pengarang tentu mempengaruhi suatu karya sastra yang
dibuatnya, misalnya saja pengarang itu seorang yang religius, tentu saja karya
sastra yang dihasilkan akan bernuansa religi. Pengalaman seorang pengarang pada
masa kecilnya juga dapat mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya, semakin
banyak pengarang itu memiliki konflik, maka semakin banyak karya yang
dihasilkan.
Pendekatan berorientasi pada
penulis dapat dibegi dalam tiga pembahasan, yaitu: kritik biografi, kritik psikoanalitik
dan fenomenologi.
a. Kritik
biografi
Pendekatan biografi menganggap bahwa setiap karya sastra
selalu dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Baik dalam bentuk diksi, jalan
cerita ataupun konteks dalam karya sastra itu sendiri. Biografi atau latar belakang
penulis secara tidak langsung mempengaruhi pada karya yang ditulisnya.
b. Pendekatan
psikoanalitik
Psikoanalitik
merupakan sebuah kritik sastra yang kadang-kadang berkaitan dengan
penulis,terutama mencoba untuk menjelaskan aspek-aspek psikologis umum dalam
teks yang tidak selalu berhubungan dengan penulis secara eksklusif.
c. Fenomenologi
Pendekatan ini berasumsi bahwa penulis hadir dalam teks dalam bentuk
disandikan dan jiwanya dapat dihidupkan kembali oleh membaca intensif karya
lengkapnya. Pendekatan ini beranggapan bahawa dari sebuah karya sastra dapat di
ketahui karakteristik penulisnya.
3.
Pendekatan
berorientasi pembaca atau pragmatik.
Pendekatan pragmatik
berorientasi pada pembacanya, artinya suatu karya sastra dikatakan berhasil
apabila bisa memberikan kesenangan dan nilai di dalam suatu karya sastra.
Perasaan seorang pembaca akan melahirkan katarsis dari bacaan yang sudah
dibacanya, sehingga pembaca mampu melahirkan suatu karya lain dari karya yang
sudah dibacanya. Pembaca karya sastra juga dapat kita klasifikasikan kembali,
yaitu pembaca yang memang sudah memahami bahasa sastra dan pembaca awam yang
belum memahami bahasa sastra.
Pendekatan pragmatik akan
lebih berhasil apabila kita meneliti pembaca karya sastra yang memang memiliki
ketertarikan dan pemahaman dalam bidang sastra, sehingga data yang dihasilkan
akan lebih akurat. Kemampuan pembaca juga memiliki hambatan, di antarnya faktor
internal dan eksternal. Faktor internal pembaca biasanya datang dari perasaan
pembaca itu sendiri, seperti faktor psikologi saat sedang membaca, pengetahuan,
dan pendidikan pembaca tersebut. Faktor eksternal yang mempengaruhi pembaca
seperti kondisi sekitar saat dia membaca, tingkat kenyamanan tempat saat dia
membaca, akan mempengaruhi pembaca tersebut dalam menangkap pesan yang ingin
disampaikan dalam suatu karya sastra.
4.
Pendekatan
berorientasi kontekstual atau mimesis
Pendekatan ini bertolak dari
pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan nyata.[16]
Hal ini terwujud berkat imajinasi pengarang , sehingga mampu merefleksikan
kehidupan atau alam. Pendekatan mimesis pengarang berusaha melukiskan dunia
nyata ke dalam bentuk karya sastra, sehingga pembaca yang membaca menggunakan
pendekatan mimesis ini, haruslah memandang suatu karya sastra yang dibuat oleh
seorang pengarang merupakan refleksi dari kehidupan yang coba dilukiskan oleh
pengarang.
Berbicara mimesis, tidak
dapat dilepaskan dari pemikiran filosof terkenal, yaitu Plato. Plato
mengemukakan bahwa mimesis terikat pada ide pendekatan, tidak semata-mata
merupakan tiruan yang sungguh-sungguh.[17]
Bagi Plato, seni yang baik harus mengungkapkan kebenaran dan kerendahan hati
pengarangnya dalam membuat suatu karya. Pencitraan seorang pengarang terhadap
dunia, yang diproyeksikan melalui suatu karya sastra, dapat dimaknai
berbeda-beda oleh setiap pembacanya, tergantung bagaimana pembaca itu memandang
suatu karya tersebut. Karena itu, dalam teori mimesis tidak tertutup
kemungkinan bahwa tataran nilai yang rendah dalam kehidupan nyata, akan mampu
divisualisasikan dalam karya seni yang bernilai tinggi.
Berikut adalah contoh
analisis sastra dengan menggunakan pendekatan terhadap karya sastra itu sendiri.
SAJAK KABUR
Angin
akan pergi, meninggalkan kursi tua itu
dan
sebuah beranda pun menunggu
terik
siang, dilepaskan waktu
ruang
menyelenggarakan sunyi untukmu
adalah
sesekali, kemarau yang membakar-bakar
adalah
sesekali, pohon-pohon terpencil di luar
dan
kita pun duduk di bangku tua
bercerita
kepada senja, kisah lama
langit
lembayung itu, adalah sepasang cemara
langit
busung itu, adalah langit percakapan kita
sebuah
ruang menyelenggarakan sunyi
hingga
nanti, kembali tak singgah di sini lagi (Abdul
Hadi W.M)
Pembahasan
SAJAK KABUR
Angin akan pergi, meninggalkan kursi tua
itu
(menurut
penafsiran saya, angin di sini adalah manusia, kursi tua hanyalah pengibaratan.
Kursi tua di sini mungkin mengandung arti kehidupan yang sudah lanjut)
dan sebuah beranda pun menunggu
(beranda
pada kalimat ini, adalah sebuah tempat beristirahat selamanya. Seperti
pemakaman yang menjadi tempat akhir manusia hidup di bumi)
terik siang, dilepaskan waktu
(waktu
selalu berputar, tak selamanya pagi ‘muda’, tak selamanya juga siang ‘remaja’,
tak selamanya juga senja ‘tua’. Semuanya hanyalah suatu proses kehidupan dan
selalu berputar)
ruang menyelenggarakan sunyi untukmu
(ruang
di sini mungkin mempunyai arti suatu ruang yang sangat sepi dan hanya ada kita
sendiri, tanpa ada suara, tanpa ada teman)
adalah sesekali, kemarau yang
membakar-bakar
(kemarau
di sini dapat diartikan sebagai kemarau yang sebenarnya seperti berada dalam
suatu tempat yang hanya hidup sendiri, dan merasakan panas saat musim kemarau
tiba. Namun dapat pula diartikan makna yang bukan sebenarnya, seperti seseorang
yang berada dalam kubur dan merasakan siksaan yang sangat panas sesekali akibat
perbuatannya di masa lampau)
adalah sesekali, pohon-pohon terpencil
di luar
(namun
terkadang terasa sejuk akibat adanya juga perbuatan yang baik, walaupun hanya
sedikit)
dan kita pun duduk di bangku tua
(duduk
di bangku tua, dapat kita artikan suatu tempat di mana kita menaruh diri di
suatu tempat yang sudah lama ada, dan memang di siapkan untuk kita)
bercerita kepada senja, kisah lama
(senja
di sini, mempunyai arti yang sangat banyak, bisa kita artikan sebagai malaikat
dalam kubur, atau pun tuhan yang secara langsung menanyakan kepada kita, apa
saja yang telah kita perbuat selama hidup di dunia)
langit lembayung itu, adalah sepasang
cemara
(langit
lembayung dapat kita artikan sebagai seseorang yang terjerat dalam jeratan yang
kuat dan sudah melekat. Sepasang cemara ini menjadi kalimat penegas dari siapa
yang terjerat, yaitu dua orang manusia, bisa laki-laki dengan perempuan, atau
pun yang lainnya)
langit busung itu, adalah langit
percakapan kita
(suatu
keadaan yang ditunjukkan kepada seseorang atas apa yang telah diperbuat di masa
lampau, dan di tunjukkan dengan gambaran yang kurang baik)
sebuah ruang menyelenggarakan sunyi
(suatu
tempat yang disediakan untuk seseorang sebagai tempat untuk merenung dan
menunggu yang sangat sepi tanpa ditemani siapapun)
hingga nanti, kembali tak singgah di
sini lagi
(sampai
suatu hari, tak akan kembali ke tempat asal. Pada baris penutup ini lengkaplah
sudah makna dari kalimat-kalimat sebelumnya, yaitu setiap kehidupan akan ada
perpisahan dan akan mengalami perpindahan tempat)
Tema : Kehidupan.
Di mana adanya cerita dari awal terjadinya suatu kehidupan , hingga adanya
kematian dan kehidupan di alam lain.
Amanat : Jalanilah
kehidupan dengan baik, dan selalulah berbuat baik dalam hidup. Karena hidup
bukan hanya mati lalu berhenti begitu saja, melainkan ada pengadilan lain yang
akan mengadili. Untuk itu selalu lah berbuat hal-hal yang baik dan sadar akan
tugas dan kewajiban yang benar.
Deskripsi :
Puisi ini membicarakan tentang kehidupan, bagaimana cara penyampaian puisi ini
adalah melalui suatu pengibaratan dengan menggambarkan melalui suasana alam
atau pun suatu keadaan yang mudah kita pahami. Puisi ini juga memberikan
realita yang nyata akan kehidupan kita, bahwa kebaikan akan selalu mendapat
tempat yang baik, dan keburukkan akan mendapat pembalasan yang buruk pula.
Dalam puisi ini membicarakan :
suatu kehidupan manusia yang mempunyai sifat dan sikap selama hidupnya, maka
akan mendapatkan balasan yang baik pula. Kehidupan dalam puisi ini sangatlah
penting, dan hal ini pula yang ingin disampaikan oleh Abdul Hadi, karena kita
tahu Abdul Hadi merupakan sastrawan yang agamis, dan banyak menciptakan suatu
karya yang religius yang mengingatkan kita kepada sang pencipta.
BAB III
Kesimpulan
Analisis isi adalah
salah satu jenis metode penelitian yang bersifat objektif, sistematis, dan
kuantitatif serta berkait dengan isi manifest komunikasi. Dalam analisis isi,
yang dibedah adalah pesan atau “message”nya. Studi analisis isi ini menekankan
pada bahasa dan menghendaki adanya netralitas. Akan tetapi, sedikit kelemahan
dari analisis isi ini adalah sangat berpengaruh pada subjektivitas peneliti.
Daftar Pustaka
Emzir, 2012. “Metodologi Penelitian Pendidikan”. Jakarta:
Penerbit
Rajawali Press
Creswell, John W, 2003. Educational Research, Boston :
Pearson
Education Inc
Fananie, Zainuddin, 2002. “Telaah
Sastra”. Surakarta: Muhammadiyah
Press
Holsti, Ole R, 1992. Content Analysis
For The Social Sciences And
Humanities, Essex, UK: Addison Wesley Publishing
Klerer, Mario, 1999. An Introduction To Literary Studies,
Routledge
Krippendroff, Klaus, 2004. Content Analysis: An Introduction
To Its
Methodology, California:
Sage Publication Inc
McQuail, Denis, 2010. Mass Communication Theory: An Introduction,
Amsterdam:
Sage Publication Ltd
Neuendorf, Kimberly A, 2002. The Content Analysis Guidebook,
Cleveland: Sage Publication
Inc
Siswanto, Wahyudi, 2008. “Pengantar Teori Sastra” Jakarta :
Penerbit
Grasindo
Sumanto, 1995. “Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan,
Yogyakarta: Andi Offset
[4]
Emzir,
Metode Penelitian Kualitatif “Analisis
Data”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hh. 283-284
[5]
Ibid., h. 285.
[7]
Ibid., hh. 286-287
[8]
Ibid., h. 288
[9]
Denis McQuail, Mass communication theory: an introduction,
(Amsterdam: Sage Publication Ltd, 2010)
[11]
Zainuddin Fananie. Telaah Sastra. (Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2002). h. 112.
[12]Mario klerer. 1999. An introduction to
literary studies. Rout ledge
[13]Ibid,
[14]Ibid,
[15]Zainuddin Fananie. Telaah Sastra. (Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2002).
[17] Ibid.,
bagaimana tentang kriteria mimesis yang di ajukan oleh daniel mcdonal?
BalasHapus