Kamis, 20 November 2014

Penelitian Analisis Isi Dan Analisis Sastra



Makalah Kelompok 12
Penelitian Analisis Isi Dan Analisis Sastra

Disajikan untuk mata kuliah Metodologi Penelitian
Dosen : Prof. Dr. Zainal Rafli, M.Pd Dan Dr. Aceng Rahmat, M.Pd

logo unj.jpg

Oleh :
Syihaabul Hudaa (No.Reg. 7316130287)
Ruli Setiawan (No.Reg. 7316130285)





Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta
2013
BAB I
Pendahuluan

A.    Pengertian Penelitian
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.[1] Oleh karena itu, suatu proses penelitian yang berbasis pada ilmu pengetahuan mendasarkan sistematika penulisannya pada lima langkah, yaitu : (1) identifikasi masalah penelitian, (2) review informasi, (3) pengumpulan data, (4) analisis data, dan (5) penarikan kesimpulan.[2]
B.   Pengertian Penelitian Kualitatif
Penelitian Kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi.[3] Pendapat lain menurut Creswell : “a qualitative approach is one in which the inquirer often makes knowledge claims based primarily on constructivist perspectives (i,e. the multiple meanings of individual experiences meanings socially and historically constructed, with an intend of developing a theory or pattern) or advocacy/participatory perspectives (i,e. political, issu-oriented, collaborative or change oriented) or both” 4 (creswell, 2003, hal 18).
Pendekatan penelitian kualitatif adalah pendekatan yang (seringkali penanya membuat klaim) berdasarkan perspektif konstrukif misalnya, makna-makna yang  bersumber dari pengalaman individu, nilai-nilai sosial dan sejarah, dengan tujuan untuk membangun teori atau pola pengetahuan tertentu, atau berdasarkan perspektif partisipatori, misalnya orientasi terhadap politik, isu, kolaborasi atau perubahan.













BAB II
Pembahasan

A.   Penelitian analisis isi
Krippendroff mendefinisikan analisis isi sebagai “a research technique for making replicable and valid inference from texts (or other meaningful matter) to the contexts of their use (Krippendroff, 2004:18). Sementara itu, Neoendroerf (2002) mendefinisikan analisis isi sebagai berikut :
analisis isi merupakan suatu analisis mendalam yang dapat menggunakan teknik kuantitatif meupun kualitatif terhadap pesan-pesan menggunakan metode ilmiah dan tidak terbatas pada jenis-jenis variabel yang dapat diukur atau konteks tempat pesan-pesan diciptakan atau disajikan.[4]
Pendekatan Kualitatif untuk menganalisis isi berakar pada teori sastra, ilmu-ilmu sosial (interaksionisme simbolik, etnometodologi) dan para pakar kritis. Secara kualitatif, analisis isi dapat melibatkan suatu jenis analisis, di mana isi komunikasi (percakapan, teks tertulis, wawancara, fotografi, dan sebagainya) dikategorikan dan diklasifikasikan.
Ide utama dalam analisis isi adalah untuk memelihara keuntungan dari analisis isi kuantitatif sebagaimana telah dikembangkan dalam ilmu komunikasi dan untuk mentransfer dan mengembangkan ke dalam analisis kualitatif-interpretif. Objek dari analisis isi dapat berupa semua bentuk komunikasi yang direkam.
Analisis isi tidak hanya menganalisis isi materi yang kelihatan-sebagaimana namanya dapat disarankan. Becker & Lissmann (1973) membedakan level isi: tema dan ide pokok dari teks sebagai isi utama; informasi konteks sebagai isi yang tersembunyi.[5] Analisis isi sebagai penggunaan metode yang replikable dan valid untuk membuat inferensi-inferensi khusus dari teks pada pernyataan-pernyataan lain.
B.   Sejarah Analisis Isi
Kita dapat membedakan fase-fase yang berbeda dalam latar historis dari analisis isi (Marten, 1983, Krippendroff,1980; Mayring, 1994a):
·         Pendahuluan: kita menemukan pendekatan-pendekatan yang berbeda untuk analisis dab perbandingan teks dalam konteks hermeneutika (mis. Interpretasi bibel) analisis awal surat kabar, prosedur, grafologis, hingga analisis mimpi oleh Sigmund Freud.
·         Landasan teoretis kommunikasi: Dasar-dasara analisis isi kuantitatif telah diletakkan oleh Paul F. Lazarsfeld dan Harold D. Lasswell di USA selama tahun 20-an dan 30-an dari abad ke-20. Buku pertama tentang metode ini telah dipublikasikan (Barelson 1952).
·         Interdisiplin yang luas dan berbeda-beda: pada tahun 60-an dari abad ke-20 pendekatan metodologis menemukan caranya ke dalam linguistik, psikologi (Rust, 1983), sosiologi, historis, seni, dan sebagainya. Prosedur-prosedur telah dikembangkan (disesuaikan ke dalam model-model komunikasi yang berbeda-beda; analisis aspek non-verbal, analisis peristiwa/kejadian, aplikasi komputer) (Pool, 1959; Gerbener, Holsti, Krippendroff, Paisley & Stone, 1969)
·         Fase kritis kualitatif; sejak pertengahan abad ke-20 penolakkan yang ditunjukkan menentang suatu analisis superfisial tanpa memerhatikan konteks dan isi yang tersembunyi, bekerja dengan penyederhanaan dan kuantifikasi distorsi (Kracauer, 1952). Pendekatan analisis isi kualitatif berikut telah dikembangkan (Ritsert, 1972; Mostyn, 1985, Wittkowski, 1994; Altheide, 1996).[6]


C.   Ide-ide Dasar dari Analisis Isi
Jika kita mengatakan, analisis isi kualitatif menginginkan memelihara keuntungan dari analisis isi kuantitatif untuk suatu interpretasi teks yang lebih kualitatif. Analisis isi menekankan kepada empat poin:
·         Mempersiapkan materi ke dalam suatu model komunikasi: itu harus ditentukan pada bagian apa dari komunikasi inferensi akan dibuat, pada aspek-aspek komunikator.
·         Peran analisis: Materi yang akan dianalisis tahap demi tahap, mengikuti aturan prosedur, memecah materi ke dalam unit-unit analisis isi.
·         Kategori-kategori dalam pusat analisis: Aspek-aspek interpretasi teks, mengikuti pertanyaan-pertanyaan penelitian, ditempatkan ke dalam kategori-kategori, yang secara cermat ditemukan dan direvisi di dalam proses analisis.
·         Kriteria validitas dan reliabilitas: prosedur memiliki pretensi menjadi antar-subjektif yang dapat dipahami, membandingkan hasil dengan studi yang lain dalam pengertian triangulasi dan melakukan pengecekan untuk reliabilitas. Untuk menilai/menaksir reliabilitas antar-penyandi yang kita gunakan dalam analisis isi kualitatif (dalam kontras analisis isi kuantitatif) hanya melatih anggota tim proyek dan kita mereduksi standar kesesuaian penyandi.[7]

D.   Prosedur analisis isi kualitatif
Analisis isi kuantitatif yang terdaftar di atas akan dipelihara menjadi fundamen untuk suatu prosedur yang berorientasi kualitatif dari interpretasi teks. Kita mengembangkan sejumlah prosedur analisis isi kualitatif (Mayring, 2000) di antaranya dua pendekatan merupakan sentral: pengembangan kategori induktif dan aplikasi kategori deduktif.
1.    Pengembangan Kategori Induktif
Analisis isi kuantitatif klasik memiliki beberapa jawaban untuk pertanyaan tentang darimana kategori-kategori datang, bagaimana sistem kategori-kategori itu dikembangkan : “Bagaimana kategori-kategori didefinisikan .... adalah suatu seni sedikit tulisan tentang hal itu.” (Krippendroff, 1980: 76)
Untuk lingkup itu analisis isi kualitatif telah mengembangkan prosedur pengembang kategori induktif, yang diorientasikan pada proses reduktif yang diformulasikan di dalam psikologi pemrosesan teks (Ballstaed, Mandl, Schnotz & Tergan, 1981; van Dijk, 1980).[8]
Pertanyaan Penelitian, Objek
 
 


























Cek formatif reliabilitas
 









 















Langkah-langkah spesifik tidak dapat dijelaskan secara luas di dalam tinjauan singkat ini. Ide pokok dari prosedur ini adalah untuk merumuskan suatu kriteria dari definisi, diturunkan dari latar teoretis dan pertanyaan penelitian, yang menentukan aspek-aspek dari materi tekstual yang telah diperhitungkan.


2.    Aplikasi Kategori Deduktif
Aplikasi kategori deduktif bekerja dengan prioritas yang diformulasikan, aspek-aspek analisis yang diderivasikan  secara teoretis, membawanya ke dalam hubungan dengan teks. Langkah analisis kualitatif terdiri atas suatu pemilihan kategori suatu bagian dari teks terkontrol secara metodologis. Di sini model langkah tersebut di dalam analisis isi kualitatif sebagai berikut.

 










J



Jadi ide pokok di sini adalah memberikan definisi-definisi yang eksplisit, contoh-contoh dan menyandikan aturan-aturan untuk setiap kategori deduktif, menetukan secara pasti di bawah keadaan apa sebuah bagian teks dapat dikodekan/diberi kode dengan sebuah kategori. Definisi-definisi kategori itu ditempatkan satu sama lain dalam suatu agenda pengodean.
Analisis isi harus dibedakan dengan berbagai metode penelitian lain di dalam penelitian tentang pesan, yang sifatnya meneliti pesan yang latent (tersembunyi), kualitatif dan prosedurnya berbeda. Penelitian analisis isi media yang terdiri dari dua tipe, yaitu: message content analysis dan structural analysis of texts.[9] Analisis isi yang termasuk di dalam message content analysis memiliki karakter sebagai berikut: quantitative, fragmentary, systematic, generalizing, extensive, manifest meaning, dan objective. Sementara itu, structural analysis of texts, dimana semiotika termasuk di dalamnya, memiliki karakter sebagai berikut: qualitative, holistic, selective, illustrative, specific, latent meaning, dan relative to reader.
Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian. Holsti menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%). Namun, analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut:
a. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).
b. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.
c.  Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.
Beberapa pembedaan antara analisis isi dengan metode penelitian yang lain:
1. Analisis isi adalah sebuah metode yang tak mencolok (unobtrusive). Pemanggilan kembali informasi, pembuatan model (modelling), pemanfaatan catatan statistik, dan dalam kadar tertentu, etno-metodologi, punya andil dalam teknik penelitian yang non-reaktif atau tak mencolok ini.
2. Analisis isi menerima bahan yang tidak terstruktur karena lebih leluasa memanfaatkan bahan tersebut dan ada sedikit kebebasan untuk mengolahnya dengan memanggil beberapa informasi.
3. Analisis isi peka konteks sehingga dapat memproses bentuk-bentuk simbolik.
4. Analisis isi dapat menghadapi sejumlah besar data.
Metode Content Analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Dalam hal ini, content analysis mencakup: klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu sebagai pembuat prediksi. Deskripsi yang diberikan para ahli sejak Janis (1949), Berelson (1952) sampai Lindzey dan Aronson (1968) tentang Content Analysis menampilkan tiga syarat, yaitu: objektivitas, dengan menggunakan prosedur serta aturan ilmiah; generalitas, dari setiap penemuan studi mempunyai relevansi teoritis tertentu; dan sistematis, seluruh proses penelitian sistematis dalam kategorisasi data.
Kelebihan Analisis Isi:
a. Tidak dipakainya manusia sebagai objek penelitian sehingga analisis isi biasanya bersifat non-reaktif karena tidak ada orang yang diwawancarai, diminta mengisi kuesioner ataupun yang diminta datang ke laboratorium.
b. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan metode penelitian yang lain dan sumber data mudah diperoleh (misal di perpustakaan umum).
c. Analisis isi dapat digunakan ketika penelitian survey tidak dapat dilakukan.
Kekurangan Analisis Isi:
a. Kesulitan menentukan sumber data yang memuat pesan-pesan yang relevan dengan permasalahan penelitian.
b. Analisis isi tidak dapat dipakai untuk menguji hubungan antar variabel, tidak dapat melihat sebab akibat hanya dapat menerima kecenderungan (harus dikombinasikan dengan metode penelitian lain jika ingin menunjukkan hubungan sebab akibat).

Analisis Sastra
Karya sastra merupakan bentuk komunikasi antara sastrawan dengan pembacanya.[10] Apa yang ditulis sastrawan dalam karya sastranya adalah apa yang inin diungkapkan sastrawan kepada pembacanya. Dalam menyampaikan idenya melalui karya sastra, sastrawan tidak bias dipisahkan dari pengaruh lingkungannya. Karena karya sastra selalu terkait dengan berbagai aspek maka kajian sastrapun meliputi beberapa aspek.
Pertama, karya sastra dapat dikaji melalui penulis karya sastra tersebut. Dalam hal ini kritikus sastra melihat bahwa penulis karya sastra sebagai objek kajian sastra. Kajian ini meliputi biografi penulis, psikoanalitik dan fenomonologi. Kedua, kritik sastra juga dapat mengkaji isi dari karya sastra itu (pendekatan teks sastra).kajian ini meliputi kajian filologi, retorika, formalism dan strukturalisme serta semiotika dan dekonstruksi. Ketiga, karya sastra juga dapat dikaji dari sisi pembaca karya sastra tersebut. Seperti telah dijelaskan dimuka bahwa karya sastra merupakan bentuk komunikasi antara penulis sastra dengan pembaca. Artinya bahwa pembaca karya sastra merupakan aspek yang penting dalam karya sastra. Hal yang dapat dikaji dari sisi pembaca karya sastra diantaranya, teori penerimaan, penerimaan sejarah dan pembaca respon – kritik.
Disamping ketiga pendekatan tadi, karya sastra juga tidak dapat dipisahkan dengan latar belakang dan sejarah sastra itu sendiri. Dalam hal ini kritik sastra akan berfokus pada sejarah, historisme baru dan cultural studies.
Sastra sebagai khazanah kebudayaan bangsa, memiliki pelbagai hal yang menarik untuk dikaji. Sebagai suatu karya seni manusia yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya, karya sastra memiliki pelbagai macam pendekatan untuk mengkajinya. Mengakaji karya sastra, tidaklah cukup hanya berpedoman pada pengaranganya atau karya itu sendiri, karena karya sastra masih memiliki unsur lain, yaitu dunia karya sastra, pembaca karya karya sastra dan latar belakang pengarangnya.

1.    Pendekatan berorientasi pada teks atau objektif
Pendekatan objektif ialah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan.[11] Pendekatan ini mengkaji suatu karya sastra hanya pada karya sastra itu sendiri, artinya melihat unsur pembangun karya sastra itu dari dalam. Konvensi tersebut misalnya, kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menelaah karya sastra tanpa melihat unsur pembangun eksternalnya, sehingga peneliti dapat berkonsentrasi menilai suatu karya sastra tanpa perlu melihat latar belakang pengarangnya.
Pendekatan berorientasi teks dapat dibagi dalam empat pembahasan, yaitu: filologi, retorika dan stilistika, formalism dan strukturalisme serta semiotika dan dekonstruksi.

a.    Filologi
Filologi istilah menunjukkan pendekatan yang memusatkan sekitar masalah editorial dan rekonstruksi teks.[12] Filologi, yang mengalami masa jayanya di Renaissance dengan penemuan kembali penulis kuno, penemuan mesin cetak, dan keinginan untuk mengedit teks dengan benar, tetap menjadi salah satu yang dominan dalam abad kesembilan belas
b.    Retorika dan stilistika
Selain masalah editorial, pendekatan berorientasi teks saat ini berfokus terutama pada aspek bentuk (tekstual dan narasi struktur, sudut pandang, alur-pola) dan gaya (kiasan retoris, pilihan kata atau diksi, sintaks, meter). Pada abad kesembilan belas, Retorika akhirnya kehilangan pengaruh dan sebagian berkembang menjadi Stilistika,Stilistika difokuskan pada struktur tata bahasa (lexis, sintaks), unsur-unsur akustik (melodi, sajak, meter, ritme) dan bentuk menyeluruh (kiasan retoris) dalam analisisnya teks.[13]
c.    Formalism dan strukturalisme
Istilah Formalisme dan Strukturalisme mencakup beberapa bidang di paruh pertama abad kedua puluh yang tujuan utamanya terletak pada penjelasan dari pola formal dan struktural teks sastra.[14] Formalism dan strukturalisme ini berusaha menjelaskan pola dan struktur kebahasaan dalam teks sebuah karya sastra.
d.    Semiotika dan Dekonstruksi
Semiotika dan dekonstruksi adalah metode terbaru dalam teori sastra yang berorientasi pada teks. Pendekatan ini menganggapbahwa teks sebagai sistem tanda. Artinya setiap teks yang terdapat pada karya sastra mewakili objek tertentu yang disebut petanda.

2.    Pendekatan berorientasi pada pengarang atau ekspresif
Pendekatan ini dititikberatkan pada eksistensi pengarang sebagai pencipta karya seni.[15] Pendekatan ini melihat pada kemampuan seorang pengarang dalam melahirkan suatu karya sastra. Kemampuan pengarang dalam menghasilkan suatu karya sastra menjadi objek kajian penelaah suatu karya sastra yang menggunakan pendekatan ekspresif. Latar belakang seorang pengarang tentu mempengaruhi suatu karya sastra yang dibuatnya, misalnya saja pengarang itu seorang yang religius, tentu saja karya sastra yang dihasilkan akan bernuansa religi. Pengalaman seorang pengarang pada masa kecilnya juga dapat mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya, semakin banyak pengarang itu memiliki konflik, maka semakin banyak karya yang dihasilkan.
Pendekatan berorientasi pada penulis dapat dibegi dalam tiga pembahasan, yaitu: kritik biografi, kritik psikoanalitik dan fenomenologi.
a.    Kritik biografi
Pendekatan biografi menganggap bahwa setiap karya sastra selalu dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Baik dalam bentuk diksi, jalan cerita ataupun konteks dalam karya sastra itu sendiri. Biografi atau latar belakang penulis secara tidak langsung mempengaruhi pada karya yang ditulisnya.
b.    Pendekatan psikoanalitik
Psikoanalitik merupakan sebuah kritik sastra yang kadang-kadang berkaitan dengan penulis,terutama mencoba untuk menjelaskan aspek-aspek psikologis umum dalam teks yang tidak selalu berhubungan dengan penulis secara eksklusif.
c.    Fenomenologi
Pendekatan ini berasumsi bahwa penulis hadir dalam teks dalam bentuk disandikan dan jiwanya dapat dihidupkan kembali oleh membaca intensif karya lengkapnya. Pendekatan ini beranggapan bahawa dari sebuah karya sastra dapat di ketahui karakteristik penulisnya.

3.    Pendekatan berorientasi pembaca atau pragmatik.
Pendekatan pragmatik berorientasi pada pembacanya, artinya suatu karya sastra dikatakan berhasil apabila bisa memberikan kesenangan dan nilai di dalam suatu karya sastra. Perasaan seorang pembaca akan melahirkan katarsis dari bacaan yang sudah dibacanya, sehingga pembaca mampu melahirkan suatu karya lain dari karya yang sudah dibacanya. Pembaca karya sastra juga dapat kita klasifikasikan kembali, yaitu pembaca yang memang sudah memahami bahasa sastra dan pembaca awam yang belum memahami bahasa sastra.
Pendekatan pragmatik akan lebih berhasil apabila kita meneliti pembaca karya sastra yang memang memiliki ketertarikan dan pemahaman dalam bidang sastra, sehingga data yang dihasilkan akan lebih akurat. Kemampuan pembaca juga memiliki hambatan, di antarnya faktor internal dan eksternal. Faktor internal pembaca biasanya datang dari perasaan pembaca itu sendiri, seperti faktor psikologi saat sedang membaca, pengetahuan, dan pendidikan pembaca tersebut. Faktor eksternal yang mempengaruhi pembaca seperti kondisi sekitar saat dia membaca, tingkat kenyamanan tempat saat dia membaca, akan mempengaruhi pembaca tersebut dalam menangkap pesan yang ingin disampaikan dalam suatu karya sastra.



4.    Pendekatan berorientasi kontekstual atau mimesis
Pendekatan ini bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan nyata.[16] Hal ini terwujud berkat imajinasi pengarang , sehingga mampu merefleksikan kehidupan atau alam. Pendekatan mimesis pengarang berusaha melukiskan dunia nyata ke dalam bentuk karya sastra, sehingga pembaca yang membaca menggunakan pendekatan mimesis ini, haruslah memandang suatu karya sastra yang dibuat oleh seorang pengarang merupakan refleksi dari kehidupan yang coba dilukiskan oleh pengarang.
Berbicara mimesis, tidak dapat dilepaskan dari pemikiran filosof terkenal, yaitu Plato. Plato mengemukakan bahwa mimesis terikat pada ide pendekatan, tidak semata-mata merupakan tiruan yang sungguh-sungguh.[17] Bagi Plato, seni yang baik harus mengungkapkan kebenaran dan kerendahan hati pengarangnya dalam membuat suatu karya. Pencitraan seorang pengarang terhadap dunia, yang diproyeksikan melalui suatu karya sastra, dapat dimaknai berbeda-beda oleh setiap pembacanya, tergantung bagaimana pembaca itu memandang suatu karya tersebut. Karena itu, dalam teori mimesis tidak tertutup kemungkinan bahwa tataran nilai yang rendah dalam kehidupan nyata, akan mampu divisualisasikan dalam karya seni yang bernilai tinggi.


Berikut adalah contoh analisis sastra dengan menggunakan pendekatan terhadap karya sastra itu sendiri.

SAJAK KABUR
Angin akan pergi, meninggalkan kursi tua itu
dan sebuah beranda pun menunggu
terik siang, dilepaskan waktu
ruang menyelenggarakan sunyi untukmu

adalah sesekali, kemarau yang membakar-bakar
adalah sesekali, pohon-pohon terpencil di luar
dan kita pun duduk di bangku tua
bercerita kepada senja, kisah lama

langit lembayung itu, adalah sepasang cemara
langit busung itu, adalah langit percakapan kita
sebuah ruang menyelenggarakan sunyi
hingga nanti, kembali tak singgah di sini lagi                (Abdul Hadi W.M)

Pembahasan

SAJAK KABUR

Angin akan pergi, meninggalkan kursi tua itu
(menurut penafsiran saya, angin di sini adalah manusia, kursi tua hanyalah pengibaratan. Kursi tua di sini mungkin mengandung arti kehidupan yang sudah lanjut)
dan sebuah beranda pun menunggu
(beranda pada kalimat ini, adalah sebuah tempat beristirahat selamanya. Seperti pemakaman yang menjadi tempat akhir manusia hidup di bumi)
terik siang, dilepaskan waktu
(waktu selalu berputar, tak selamanya pagi ‘muda’, tak selamanya juga siang ‘remaja’, tak selamanya juga senja ‘tua’. Semuanya hanyalah suatu proses kehidupan dan selalu berputar)
ruang menyelenggarakan sunyi untukmu
(ruang di sini mungkin mempunyai arti suatu ruang yang sangat sepi dan hanya ada kita sendiri, tanpa ada suara, tanpa ada teman)

adalah sesekali, kemarau yang membakar-bakar
(kemarau di sini dapat diartikan sebagai kemarau yang sebenarnya seperti berada dalam suatu tempat yang hanya hidup sendiri, dan merasakan panas saat musim kemarau tiba. Namun dapat pula diartikan makna yang bukan sebenarnya, seperti seseorang yang berada dalam kubur dan merasakan siksaan yang sangat panas sesekali akibat perbuatannya di masa lampau)
adalah sesekali, pohon-pohon terpencil di luar
(namun terkadang terasa sejuk akibat adanya juga perbuatan yang baik, walaupun hanya sedikit)
dan kita pun duduk di bangku tua
(duduk di bangku tua, dapat kita artikan suatu tempat di mana kita menaruh diri di suatu tempat yang sudah lama ada, dan memang di siapkan untuk kita)
bercerita kepada senja, kisah lama
(senja di sini, mempunyai arti yang sangat banyak, bisa kita artikan sebagai malaikat dalam kubur, atau pun tuhan yang secara langsung menanyakan kepada kita, apa saja yang telah kita perbuat selama hidup di dunia)
langit lembayung itu, adalah sepasang cemara
(langit lembayung dapat kita artikan sebagai seseorang yang terjerat dalam jeratan yang kuat dan sudah melekat. Sepasang cemara ini menjadi kalimat penegas dari siapa yang terjerat, yaitu dua orang manusia, bisa laki-laki dengan perempuan, atau pun yang lainnya)
langit busung itu, adalah langit percakapan kita
(suatu keadaan yang ditunjukkan kepada seseorang atas apa yang telah diperbuat di masa lampau, dan di tunjukkan dengan gambaran yang kurang baik)
sebuah ruang menyelenggarakan sunyi
(suatu tempat yang disediakan untuk seseorang sebagai tempat untuk merenung dan menunggu yang sangat sepi tanpa ditemani siapapun)
hingga nanti, kembali tak singgah di sini lagi
(sampai suatu hari, tak akan kembali ke tempat asal. Pada baris penutup ini lengkaplah sudah makna dari kalimat-kalimat sebelumnya, yaitu setiap kehidupan akan ada perpisahan dan akan mengalami perpindahan tempat)
Tema : Kehidupan. Di mana adanya cerita dari awal terjadinya suatu kehidupan , hingga adanya kematian dan kehidupan di alam lain.
Amanat : Jalanilah kehidupan dengan baik, dan selalulah berbuat baik dalam hidup. Karena hidup bukan hanya mati lalu berhenti begitu saja, melainkan ada pengadilan lain yang akan mengadili. Untuk itu selalu lah berbuat hal-hal yang baik dan sadar akan tugas dan kewajiban yang benar.
Deskripsi : Puisi ini membicarakan tentang kehidupan, bagaimana cara penyampaian puisi ini adalah melalui suatu pengibaratan dengan menggambarkan melalui suasana alam atau pun suatu keadaan yang mudah kita pahami. Puisi ini juga memberikan realita yang nyata akan kehidupan kita, bahwa kebaikan akan selalu mendapat tempat yang baik, dan keburukkan akan mendapat pembalasan yang buruk pula.
Dalam puisi ini membicarakan : suatu kehidupan manusia yang mempunyai sifat dan sikap selama hidupnya, maka akan mendapatkan balasan yang baik pula. Kehidupan dalam puisi ini sangatlah penting, dan hal ini pula yang ingin disampaikan oleh Abdul Hadi, karena kita tahu Abdul Hadi merupakan sastrawan yang agamis, dan banyak menciptakan suatu karya yang religius yang mengingatkan kita kepada sang pencipta.






BAB III
Kesimpulan

Analisis isi adalah salah satu jenis metode penelitian yang bersifat objektif, sistematis, dan kuantitatif serta berkait dengan isi manifest komunikasi. Dalam analisis isi, yang dibedah adalah pesan atau “message”nya. Studi analisis isi ini menekankan pada bahasa dan menghendaki adanya netralitas. Akan tetapi, sedikit kelemahan dari analisis isi ini adalah sangat berpengaruh pada subjektivitas peneliti.









Daftar Pustaka
Emzir, 2012. “Metodologi Penelitian Pendidikan”. Jakarta: Penerbit
Rajawali Press

Creswell, John W, 2003. Educational Research, Boston : Pearson
Education Inc

Fananie, Zainuddin, 2002. “Telaah Sastra”. Surakarta: Muhammadiyah
Press

Holsti, Ole R, 1992. Content Analysis For The Social Sciences And
Humanities, Essex, UK: Addison Wesley Publishing

Klerer, Mario, 1999. An Introduction To Literary Studies, Routledge

Krippendroff, Klaus, 2004. Content Analysis: An Introduction To Its
Methodology, California: Sage Publication Inc

McQuail, Denis,  2010. Mass Communication Theory: An Introduction,
Amsterdam: Sage Publication Ltd

Neuendorf, Kimberly A, 2002. The Content Analysis Guidebook,
Cleveland: Sage Publication Inc

Siswanto, Wahyudi, 2008. “Pengantar Teori Sastra” Jakarta : Penerbit
Grasindo

Sumanto, 1995. “Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan,
Yogyakarta: Andi Offset



[1] Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 3
[2] Ibid.,
[3] Sumanto, Metodologi penelitian sosial dan pendidikan, (Yayasan andi, Yogyakarta 1995)


[4] Emzir, Metode Penelitian Kualitatif “Analisis Data”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hh. 283-284
[5] Ibid., h. 285.
[6] Ibid., hh. 285-286
[7] Ibid., hh. 286-287
[8] Ibid., h. 288
[9] Denis McQuail, Mass communication theory: an introduction, (Amsterdam: Sage Publication Ltd, 2010)

[10] Wahyudi Siswanto,  Pengantar teori sastra,( Jakarta: Grasindo, 2008), h.178
[11] Zainuddin Fananie. Telaah Sastra. (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002). h. 112.
[12]Mario klerer. 1999. An introduction to literary studies. Rout ledge
[13]Ibid,
[14]Ibid,
[15]Zainuddin Fananie. Telaah Sastra. (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002).
[16]Ibid., h. 111
[17] Ibid.,

1 komentar:

  1. bagaimana tentang kriteria mimesis yang di ajukan oleh daniel mcdonal?

    BalasHapus