Kamis, 20 November 2014

motivasi



DAFTAR ISI
Daftar Isi  ……………………………………………………………………...    1
A.      Motivasi   …………………………………………………………………    2
B.       Jenis-jenis Motivasi  …………...…………………………………………    2
C.       Teori Motivasi  …………………………………………………………...    4
1.         Teori Motivasi Brown  ………………………………………………    4
2.         Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)  …………………….    6
3.         Teori Motivasi Herzberg (1966)  …………………………………….   6
4.         Teori Motivasi Douglas McGregor  …………………………………    7
5.         Teori Motivasi Vroom (1964)  ………………………………………    7
D.      Upaya Meningkatkan Motivasi dalam Pembelajaran  ……………………    8
E.       Cara Pengukuran dalam Meningkatkan Motivasi  ……………………….    8
Glossary  ………………………………………………………………………    9
DAFTAR PUSTAKA












URAIAN INTI
A.           Motivasi
Motivasi merupakan keadaan internal yang membangkitkan dan mengarahkan serta mempertahankan perilaku. (Woolfolk , 2007: 372). Di mana keadaan dari dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Selain itu, motivasi merupakan dorongan prilaku manusia untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.  (Jamaris, 2010: 239).

B.            Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi dibagi menjadi dua yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan proses dari dalam diri untuk mencapai tujuan itu sendiri. Motivasi intrinsik memiliki kecenderungan alamiah untuk mencari dan menaklukkan tantangan seperti kita mengejar kepentingan pribadi. Ketika kita termotivasi secara intrinsik, kita tidak perlu insentif atau hukuman. Misalnya, siswa belajar dengan rajin karena ia menyukai pelajaran tersebut. Sedangkan, motivasi ekstrinsik merupakan proses melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain atau cara untuk mencapai tujuan. Ketika kita melakukan sesuatu untuk mendapatkan nilai, menghindari hukuman, atau untuk beberapa alasan lain yang memiliki sedikit hubungan dengan tugas itu sendiri, kita mengalami motivasi ekstrinsik. Kita tidak tertarik dalam kegiatan untuk kepentingan diri sendiri, kita hanya peduli dengan apa yang akan kita dapatkan. Misalnya, siswa belajar dengan rajin dalam sebuah pelajaran untuk memperoleh nilai bagus. (Woolfolk, 2007: 373)
Motivasi intrinsik dibagi menjadi empat yaitu 1) determinasi diri dan pilihan personal, 2) pengalaman optimal dan penghayatan, 3) minat, dan 4) keterlibatan kognitif dan tanggung jawab terhadap diri sendiri. (Santrock, 2009: 211).
Determinasi diri dan pilihan personal merupakan sebuah pandangan dari motivasi intrinsik menekankan determinasi diri. Misalnya, siswa ingin meyakini bahwa mereka melakukan sesuatu atas keinginan mereka sendiri bukan karena keberhasilan atau penghargaan internal.
Pengalaman optimal melibatkan perasaan menikmati dan bahagia yang mendalam sedangkan penghayatan paling sering terjadi ketika individu terlibat dalam sebuah aktivitas. Misalnya, ketika siswa menghadap tugas yang menantang dan mereka merasa tidak yakin bahwa mereka mempunyai keterampilan yang memadai untuk menguasainya, mereka mengalami kecemasan.
Minat dihubungkan terutama dengan tindakan pembelajaran mendalam, seperti ingatan atas gagasan pokok dan respons terhadap pertanyaan pemahaman yang lebih sulit, dibandingkan pembelajaran yang hanya pada permukaan seperti respons terhadap pertanyaan yang sederhana dan ingatan kata demi kata atas teks.
Keterlibatan kognitif dan tanggung jawab terhadap diri sendiri menekankan pentingnya menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendorong siswa menjadi terlibat secara kognitif dan memikul tanggung jawab untuk pembelajaran mereka. Tujuannya adalah untuk membuat siswa termotivasi untuk melakukan usaha secara lebih tekun dan menguasai gagasan-gagasannya daripada hanya mengerjakan tugas untuk sekadar memenuhi syarat dan mendapatkan nilai yang hanya cukup untuk lulus.
Penghargaan ekstrinsik dapat digunakan dalam mengubah perilaku akan tetapi dalam sejumlah situasi, penghargaan dapat melemahkan pembelajaran. Sedangkan penghargaan yang menyampaikan informasi mengenai kemampuan siswa menguasai materi dapat meningkatkan motivasi instrinsik dengan meningkatkan rasa kompetensi siswa. Akan tetapi, umpan balik negatif seperti kritik, yang membawa informasi bahwa siswa tidak kompeten dapat melemahkan motivasi instrinsik khususnya jika siswa meragukan kemampuan siswa untuk menjadi kompeten. 
Proses kognitif dalam motivasi intrinsik dan ekstrinsik antara lain: 1) atribusi, 2) mastery motivation, 3) efikasi diri, 4) penetapan tujuan, perencanaan, dan pemantauan diri; serta 5) ekspektasi.
Atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk mengungkapkan penyebab yang mendasari kinerja dan perilaku mereka sendiri. Sedangkan mastery motivation meliputi kemampuan menguasai, putus asa, dan kinerja. Adapun, efikasi diri merupakan keyakinan seseorang dalam menguasai situasi dan memberikan hasil positif. Selain itu, penetapan tujuan, perencanaan, dan pemantauan diri. Sebuah tujuan yang menantang merupakan komitmen terhadap kemajuan diri. Jika menjadi seorang perencana yang baik berarti merencanakan waktu secara efektif, menetapkan prioritas, dan terorganisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan serta memonitori kemajuan diri. Adapun, ekspektasi merupakan seberapa keras siswa bekerja dapat bergantung pada seberapa banyak yang mereka harapkan untuk tercapai. Jika seseorang berharap untuk berhasil maka cenderung bekerja keras dalam mencapai tujuan dibandingkan jika seseorang berpikir gagal.

C.           Teori Motivasi
Perspektif atas motivasi terdiri atas: ilmu perilaku, humanistis, kognitif, dan sosial. Perspektif ilmu perilaku menekankan penghargaaan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi siswa. Di dalam perspektif ilmu perilaku terdapat insentif. Insentif merupakan stimulus atau kejadian positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku siswa. Selain itu, perspektif humanistis menekankan kapasitas siswa untuk pertumbuhan pribadi, kebebasan untuk memilih nasib mereka sendiri, dan kualitas-kualitas positif.  Sedangkan, perspektif kognitif mengenai motivasi, pemikiran siswa mengarahkan motivasi mereka. Siswa harus diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengendalikan hasil prestasi mereka sendiri. Adapun, perspektif sosial menekankan pada hubungan secara aman dengan orang lain. Misalnya, siswa yang suka berada di sekitar orang-orang atau siswa yang lebih senang tinggal di rumah sambil membaca buku.   (Santrock, 2009: 200-204).
Selain itu, ada teori motivasi lainnya, antara lain:
1.             Teori Motivasi Brown
Menurut Brown setidaknya ada tiga aliran yang memberikan definisi yang berbeda mengenai motivasi, yaitu:
Menurut perspektif behavioristik, motivasi merupakan bentuk antisipasi dari imbalan atau reward. Motivasi cenderung terdorong untuk memperoleh penguatan positif dan pengalaman terdahulu terhadap perilaku yang mendorong seseorang unruk bertindak meraih penguatan lebih lanjut. Dalam pandangan ini, perilaku seseorang merupakan balasan dari dorongan eksternal seperti dari orang tua, guru, teman sebaya, maupun persyaratan pendidikan, spesifikasi kerja, dan sebagainya.
Menurut istilah kognitif, motivasi lebih menekankan pada keputusan-keputusan individual. Seperti Ausubel dalam Brow (2000:184-185) mengidentifikasi enam kebutuhan konsep motivasi, antara lain:
a.    Kebutuhan untuk mengeksplorasi, melihat “sisi lain pegunungan” menyelidiki yang tidak diketahui;
b.    Kebutuhan untuk memanipulasi, menjalankan dalam istilah Skinner- lingkungan dan menyebabkan perubahan;
c.    Kebutuhan untuk beraktifitas, untuk bergerak dan berlatih, baik fisik maupun mental;
d.   Kebutuhan untuk stimulasi, kebutuhan untuk dirangsang lingkungan, oleh orang lain, atau oleh ide-ide, pikiran dan perasaan;
e.    Kebutuhan untuk pengetahuan, kebutuhan untuk memproses dan menanamkan hasil-hasil eksplorasi, manipulasi, aktivitas, dan stimulasi, untuk menyelesaikan pertentangan, mencari penyelesaian bagi berbagai masalah dan mencari sistem pengetahuan yang stabil.
f.     Kebutuhan untuk peningkatan ego, kebutuhan agar diri di kenal dan di terima dan didukung oleh orang lain.
Sebuah pandangan konstrukvis tentang motivasi bahkan memberikan penekanan lebih jauh pada konteks sosial maupun pilihan-pilihan personal (Williams & Burden, 1997). Setiap orang termotivasi secara berbeda, sehingga akan memperlakukan lingkungannya dengan cara yang unik, tetapi tindakan-tindakan unik itu selalu dilakukan dalam sebuah lingkungan budaya dan sosial  yang tidak bisa benar-benar dipisahkan dari konteks tersebut. Beberapa dasawarsa silam, Abraham Maslow (1970) memandang motivasi sebagai sebuah konsep dimana pencapaian-pencapaian tujuan tertinggi dengan melewati sebuah hierarki kebutuhan, tiga di antaranya: dalam bentuk komunitas, kepemilikan, dan status sosial. Motivasi dalam pandangan konstrukvis, dari interaksi kita dengan orang lain maupun dari dorongan diri sendiri. (Brown , 2000:185).
2.             Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)
Abraham Maslow (1943-1970) mengemukakan pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah, antara lain:
a.         Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya);
b.        Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya);
c.         Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki);
d.        Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan);
e.         Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi, kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan, kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya). Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

3.             Teori Motivasi Herzberg (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).

4.             Teori Motivasi Douglas McGregor
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori Y (positif). Menurut teori X, empat pengandaian yang dipegang manajer, antara lain:
a.    karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja.
b.    karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c.    Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d.   Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua faktor yang dikaitkan dengan kerja.
Kontras dengan teori Y, mengenai kodrat manusia ada empat teori yaitu:
a.    karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
b.    Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
c.    Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d.   Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

5.             Teori Motivasi Vroom (1964)
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
a.    Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas.
b.    Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas.
c.    Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi, jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan dan motivasi rendah, jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.


D.           Upaya Meningkatkan Motivasi dalam Pembelajaran, antara lain:
1.             Hindarkanlah sugesti dan kondisi yang negatif (kondisi yang kurang menunjang);
2.             Ciptakan situasi kompetisi yang sehat, baik antarindividu dalam kelompok, kelasnya maupun self competition;
3.             Adakan pacemaking. Pacemaking merupakan tujuan atau sasaran yang jelas sehingga makin kuat motif untuk berusaha;
4.             Informasikan hasil kegiatan dan berikan kesempatan kepada individu atau kelompok yang bersangkutan untuk mendiskusikannya;
5.             Dalam hal tertentu, ganjaran dan hadiah (reward dalam bentuk penghargaan dengan pujian atau piagam. Bila memungkinkan dapat juga menggunakan punishment. (Makmun, 2004: 41).

E.            Cara Pengukuran dalam Meningkatkan Motivasi, antara lain:
1.             Durasi kegiatan yaitu berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan.
2.             Frekuensi kegiatan yaitu berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu.
3.             Persistensi yaitu ketetapan pada tujuan kegiatan.
4.             Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.
5.             Devosi yaitu pengabdian dan pengorbanan baik berupa uang, pikiran, tenaga bahkan jiwa raga atau nyawa dalam mencapai tujuan.
6.             Tingkatan aspirasi yaitu maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target yang ingin dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
7.             Tingkatan kualifikasi pretasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatan, misalnya, berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak.
8.             Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan, misalnya, suka atau tidak suka, positif atau negatif. (Makmun, 2004: 40).

GLOSSARY
-       Devosi
Pengabdian dan pengorbanan baik berupa uang, pikiran, tenaga bahkan jiwa raga atau nyawa dalam mencapai tujuan.
-       Insentif
Stimulus atau kejadian positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku siswa.
-       Pacemaking
Tujuan atau sasaran yang jelas sehingga makin kuat motif untuk berusaha
-       Persistensi
Ketetapan pada tujuan kegiatan.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar