Makalah Kelompok 5
Formalisme dan
Strukturalisme
Disajikan Untuk Mata Kuliah
Teori, Apresiasi Dan Pengajaran Sastra
Dosen : Prof. Dr. Emzir,
M.Pd dan Dr. Nuruddin, MA
Oleh :
Bayu Pirmansah
(No.Reg. 7316130249)
Luo Ying (No.Reg. 7316130268)
Ruli Setiawan (No.Reg. 7316130285)
Pendidikan Bahasa (S2)
Program Pascasarjana Universitas
Negeri Jakarta
2014
Bab I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Formalisme
Formalism
refers to the critical tendency that emerged during the first half of
the twentieth century and devoted its attention to concentrating on
literature's formal structures in an objective manner1. Formalisme
adalah kecenderungan kritis yang muncul pada paruh pertama abad ke -20 dan
memberikan perhatian sepenuhnya untuk berkonsentrasi kepada struktur formal
sastra dalam sebuah kajian objektif1.
Formalisme karya sastra meliputi unsur instrinsik
yang membangunnya. Hal ini kemudian dianalisa dengan menggunakan literature
devices untuk mengetahui plot atau alurnya. Yakni menganalisa komponen-komponen
linguistik yang tersedia di dalam bahasa (fonetik, fonem, sintaksis, maupun
semantik, begitupun halnya dengan ritme, rima, matra, akustik/bunyi, aliterasi
dan asonansi). Selama hal tersebut terdapat dalam karya sastra sebagai sarana
untuk mencapai tujuan artistic yang merupakan sebuah cita rasa sebuah
karya sastra.
___________________________________
1 Julian Wolfreys, Ruth
Robbins and Kenneth Womack, Key Concepts in Literary Theory Second Edition
(Edinburgh University Press, 2002), hal. 43
Formalisme di Rusia tidak dapat berkembang subur karena
dibungkam oleh keadaan politik. Meskipun Joseph Stalin, Perdana Menteri Uni
Soviet (1929-1953) yang berkuasa saat itu, sangat memperhatikan kesusastraan di
negerinya, namun semua karya sastra yang tidak sesuai dengan platform
sosialis tidak diberi ruang.
Socialist realism
dengan Marxim Gorky sebagai tokoh utamanya, seakan menjadi panduan bagi para
sastrawan yang ingin bertahan di Rusia. Konsekwensinya, para penganut
formalisme harus memindahkan seluruh aktifitas dan gagasan-gagasan mereka ke
Praha, Ibukota Republik Ceko. Stalin bahkan memasukkan kesusastraan Soviet
ketika itu dibawah RAPP (Asosiasi Penulis Proletar Rusia). Kecenderungan dalam
setiap tulisan dari RAPP adalah melecehkan dan menyerang setiap penulis yang
tidak menggambarkan perubahan besar dengan antusiasme yang eskatis2.
B.
Sejarah
Perkembangan Formalisme
Teori Formalisme lahir sebagai reaksi atas paradigma
positivisme yang lebih memegang teguh prinsip-prinsip kausalitas, dalam
hubungan ini sebagai reaksi terhadap studi biografi. Formalisme Rusia (1915-1930)
juga disebut sebagai tonggak awal bagi kesusastraan moden,
____________________________
2 Simon Sebag
Montefiore, (Stalin: Kisah-kisah yang tak terungkap, Jakarta : Pustaka Alvabet,
2011), hal. 112
lalu
diteruskan oleh strukturalisme Praha (1940-an), dan sekitar 1960-an disusul
oleh strukturalisme baru di Rusia, strukturalisme Perancis, strukturalisme
Inggris, gerakan otonomi Jerman, strukturalisme Belanda, dan strukturalisme
Indonesia melalui kelompok Rawamangun pada 1960-an3.
Kelompok studi the OPOJAZ (Obshchestvo
Izucheniia Poeticheskogo Yazyka / Society
for the Study of Poetic Language) terbentuk di St. Petersburg, Rusia.
Keberadaan kelompok ini dipelopori oleh para ahli linguistik dan para ahli
sastra. Diantara mereka terdapat
nama-nama seperti : Boris Eichenbaum, Viktor Shklovsky,
Roman Jakobson, Boris Tomasjevsky, dan Juri Tynyanov. Kelompok studi ini
bergabung dan menetapkan dua hal sebagai dasar formalisme, yakni : 1). Mereka
bersatu untuk suatu studi sastra yang ilmiah, sebagai pengetahuan yang otonom
dengan menggunakan metode dan prosedurnya sendiri; 2). Mereka cenderung membuat
karya sastra menjadi aneh, yaitu suatu bentuk defamiliarisasi4.
Sebagai contoh de-automatisme, dalam tulisan yang bukan
termasuk karya sastra, suatu kalimat diungkapkan secara langsung : “bumi ini
adalah bulat”. Dalam karya sastra yang dimaksud dalam kajian formalis, kalimat
diungkapkan secara tidak langsung : “sejauh mata memandang, kita tidak akan
dapat melihat batas ujung dunia, hanya matahari yang memutari bumi yang dapat
menjadi pengetahuan kita tentangnya”
____________________________
4 Tony Bennett. Formalism and Marxism, New York, Routledge, 1979.
hal. 20
C.
Pengertian
Strukturalisme
Secara
Etimologis strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism;
latin struere (membangun), structura berarti bentuk atau bangunan
(kata benda). System (Latin) = cara (kata kerja). Asal usul strukturalisme
dapat dilacak dengan Poetica Aristoteles, dalam kaitannya dengan
tragedi, lebih khusus lagi dalam pembicaraannya mengenai plot. Plot memiliki
ciri-ciri: kesatuan, keseluruhan, kebulatan, dan keterjalinan5.
Struktur
sendiri adalah bangunan teoretis (abstrak) yang terbentuk dari sejumlah
komponen yang berhubungan satu sama lain. Struktur menjadi aspek utama dalam
strukturalisme. Dengan kata lain, strukturalisme adalah teori yang menyatakan
bahwa berbagai gejala budaya dan alamiah sebagai bangun teoritis (abstrak) yang
terdiri atas unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain relasi sintagmatis dan
paradigmatis. Strukturalisme juga beranggapan bahwa seluruh organisasi manusia
ditentukan secara luas oleh struktur sosial atau psikologi yang mempunyai
logika independen yang menarik, berkaitan dengan maksud, keinginan, maupun tujuan
manusia.
Menurut
Hartoko (1986) menjelaskan bahwa teori strukturalisme sastra merupakan sebuh
teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi
antara berbagai unsur teks. Unsur-unsur teks secara berdiri sendiri tidaklah penting.
_______________________________
5
A Teeuw. Sastra dan Ilmu Sastra:
pengantar Teori Sastra. (Jakarta: Pustaka, 1988), hh.121-134
Unsur-unsur
itu hanya memeroleh artinya di dalam relasi, baik relasi asosiasi ataupun
relasi oposisi. Relasi-relsi yang dielajari dapat berkaitan dengan mikroteks
(kata, kalimat), keseluruhan yang lebih luas (bait, bab), maupun intelektual
(karya-karya lain dalam periode tertentu). Relasi tersebut dapat berwujud
ulangan, gradasi, ataupun kontras dan parody6.
- Sejarah Perkembangan Strukturalisme
Bagaimanapun strukturalisme itu
bermula, seperti yang telah dipaparkan diawal. Teori strukturalisme memiliki latar belakang sejarah evolusi
yang cukup panjang dan berkembang secara dinamis. Di tahun 1950an dan
1960an, faham ini berakar pada pemikiran linguist Swiss Ferdinand de Saussure
(1857-1913). Saussure adalah tokoh kunci dalam perkembangan pendekatan modern
terhadap studi bahasa. Pada abad ke-19, minat para cendikiawan linguistik
utamanya adalah aspek historis bahasa (misalnya memperhitungkan perkembangan
historis bahasa-bahasa dan hubungannya satu sama lain, dan berspekulasi tentang
asal-usul bahasa itu sendiri). Sebaliknya, dalam hal ini Saussure
berkonsentrasi pada pola dan fungsi bahasa yang saat itu digunakan, menitik-beratkan
pada cara makna dijaga dan ditetapkan serta pada fungsi struktur tata bahasa7.
__________________________
6. Dick Hartoko dan B.Rahmanto.. Pemandu
di Dunia Sastra. (Yogyakarya: Kanisius, 1984), hh.135-136
7. Peter Barry,
Beginning Theory. (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h.47
Strukturalisme
menentang teori mimetik (yang berpandangan bahwa karya sastra adalah tiruan
kenyataan), teori ekspresif (yang menganggap sastra pertama-tama sebagai
ungkapan perasaan dan watak pengarang), dan menentang teori-teori yang dianggap
sastra sebagai media komunikasi antara pengarang dan
pembacanya.
Dalam
perkembangannya, terdapat banyak konsep dan istilah yang berbeda, bahkan
saling bertentangan. Misalnya strukturalisme Perancis yang terutama diwakili
oleh Roland Barthes dan Julia Kristeva, mengembangkan seni penafsiran
struktural berdasarkan kode-kode bahasa teks sastra. Kode-kode itu
diidentifikasikan Barthes dengan istilah S/Z, yakni; kode proairetik (kode ini memberikan indikasi adanya tindakan); kode hermeunetik (kode ini mengajukan
pertanyaan atau misteri yang menimbulkan ketegangan naratif); kode cultural (kode ini mengandung referensi
diluar text pada apa yang dianggap sebagai pengetahuan umum); kode semis/ kode konotatif (kode ini terkait
dengan tema); dan kode simbolis (kode
ini juga terkait dengan tema, tetapi dalam skala yang lebih besar)8.
Melalui
kode bahasa itu, diungkap kode-kode reptorika, psikoanalitis, sosiokultural.
Mereka menekankan bahwa sebuah karya sastra harus di pandang secara
otonom. Sastra harus diteliti secara objektif (yakni aspek intrinsiknya).
____________________________
8. Peter Barry.
ibid. h.59.
keindahan
sastra terletak pada penggunaan bahasa yang khas yang mengandung efek-efek
estetik. Aspek-aspek ekstrisik seperti idiologi, moral, sosiokultural,
psikologi, dan agama tidaklah indah pada dirinya sendiri melainkan karena
dituangkan dalam cara tertentu melalui sarana bahasa puitik.
Adapun
kelemahan
terbesar dari strukturalisme adalah sifatnya yang sinkronistis. Sebuah karya
sastra dianggap sebagai sebuah dunia tersendiri yang terlepas dari dunia
lainnya.
Padahal, sebuah karya sastra adalah
cermin zamannya. Artinya, karya sastra yang dihasilkan seorang pengarang pada
suatu kurun waktu tertentu merupakan gambaran dari kondisi kehidupan yang
terdapat dalam kurun waktu tersebut. Didalamnya terdapat gambaran tentang
situasi sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan dari kurun waktu (zaman)
tersebut. Strukturalisme mengabaikan semua itu. Strukturalisme hanya
"bermain-main" dengan bangunan bentuk dari sebuah karya sastra
semata-mata. Aspek-aspek kesejarahan dari sebuah karya sastra tidak dibenarkan
untuk dijadikan acuan dalam melakukan analisis.
Dapatlah dipahami jika teori
strukturalisme diposisikan sebagai teori sastra yang a-historis. Seorang
pengarang tidaklah menulis dalam sebuah ruang kosong. Ia menulis dalam sebuah
ruang yang didalamnya penuh dengan berbagai persoalan kehidupan.
Persoalan-persoalan itu tentulah mempengaruhi alam pikiran pengarang ketika
membuat karangannya. Kondisi itu diabaikan oleh teori strukturalisme.
- Jenis teori strukturalisme
Dari
penjelasan diatas, dengan adanya perbedaan pendapat dalam teori
strukturalisme, sehingga teori strukturalisme sendiri dapat kita bagi menjadi
tiga jenis yaitu strukturalisme formalis, strukturalisme genetik,
strukturalisme dinamik yang pada dasarnya secara global strukturalisme menganut
paham penulis paris yang dikembangkan oleh Ferdinand de Sausessure, yang
memunculkan konsep bentuk dan makna ( sign and meaning).
1).
Strukturalisme Formalis
Istilah
Formalisme (dari kata Latin forma yang berarti bentuk, wujud) berarti
cara pendekatan dalam ilmu dan kritik sastra yang mengesampingkan data
biografis, psikologis, ideologis,
sosiologis dan
mengarahkan perhatian pada bentuk karya sastra itu sendiri. Para Formalis
meletakkan perhatiannya pada ciri khas yang membedakan sastra dari ungkapan
bahasa lainnya. Istilah Strukturalisme acap kali digunakan pula untuk menyebut
model pendekatan ini karena mereka memandang karya sastra sebagai suatu
keseluruhan struktur yang utuh dan otonom berdasarkan paradigma struktur
kebahasaannya. Tokoh; Kaum Formalis Rusia tahun 1915-1930
dengan tokoh-tokohnya seperti Roman Jakobson, Rene Wellek, Sjklovsky, Eichenhaum, dan Tynjanov. Rene Wellek dan
Roman Jakobson beremigrasi ke Amerika Serikat .
Sumbangan penting kaum formalis bagi
ilmu sastra adalah secara prinsip mereka mengarahkan perhatian kita kepada
unsur-unsur kesastraan dan fungsi puitik. Sampai sekarang masih banyak
dipergunakan istilah teori sastra dan analisis sastra yang berasal dari kaum
Formalis. Karya sastra
merupakan sesuatu yang otonom atau berdiri sendiri. Karya sastra merupakan
sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun karya sastra. Makna sebuah
karya sastra hanya dapat diungkapkan atas jalinan atau keterpaduan antar unsur
.
2).
Strukturalisme Dinamik
Merupakan jembatan penghubung antara
teori struktural formalis dan teori semiotik. Hampir sama dengan struktural
genetik (mengaitkan dengan asal-usul teks) tetapi penekanannya berbeda,
struktural dinamik menekankan pada struktur, tanda, dan realitas. Tokoh-tokohnya
: Julia Cristeva dan Roland Bartes (Strukturalisme Prancis)
3).
Strukturalisme Genetik
Orang
yang dianggap sebagai peletak dasar mazhab genetik adalah Hippolyte Taine
(1766-1817) seorang kritikus dan sejarawan Perancis. Ia mencoba menelaah sastra
dari perspektif sosiologis dan mencoba mengembangkan wawasan sepenuhnya ilmiah
dalam pendekatan sastra seperti halnya ilmu scientific dan exacta.
Menurutnya bahwa sastra tidak hanya karya yang bersifat imajinatif dan pribadi
melainkan suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu lahir. Ini
merupakan konsep genetik pertama tetapi metode yang digunakan berbeda, setiap
tokoh mempunyai metodenya masing-masing. Tetapi kesamaan konsep struktur hanya
pada konteks hubungan phenomena konsep. Lucien Goldman (1975) seorang Marxis
adalah orang yang kemudian mengembangkan fenomena hubungan tersebut dengan
teorinya yang dikenal dengan strukturalisme genetik. Pada prinsifnya teori ini
melengkapi sutrukturalisme murni yang hanya menganalisis karya sastra dari
aspek intrinsiknya saja dan memakai peranan bahasa sastra sebagai bahasa yang
khas.
Strukturalisme genetik memasukan faktor genetik dalam karya sastra, Genetik
sastra artinya asal usul karya sastra. Adapun faktor yang terkait dalam asal
muasal karya sastra adalah pengarang dan kenyataan sejarah yang turut
mengkondisikan saat karya sastra itu diciptakan. Ditambah lagi ia memasuki
struktur sosial dalam kajiannya yang membuat teori ini dominan pada periode
tertentu terutama di Barat dan Indonesia.
Bab II
PEMBAHASAN
1.
Penerapan
Formalisme di RRC
- Penerapan Formalisme di RRC hampir sama halnya seperti di Rusia.
- Seperti dikatakan oleh rekan-rekan Kelompok 5, bahwa Formalisme di Rusia tidak dapat berkembang subur karena dibungkamkan oleh keadaan politik. Meskipun Joseph Stalin, Perdana Menteri Uni Soviet (1929-1953) yang berkuasa saat itu sangat memperhatikan kesusastraan di negerinya, namun semua karya sastra yang tidak sesuai dengan platform sosialis tidak diberi ruang.
- Begitupun halnya di China. Saat itu China berpegang pada teori Joseph Stalin, dan kecenderungan penerapan teori sastra, lebih condong ke Marxisme.
2.
Formalisme
dan sastrawan China: Caoyu
- Caoyu adalah penulis drama yang ternama di RRC yang hidup pada 1910 s/d 1996 dimana Formalisme muncul pada paruh pertama abad ke -20 dan memberikan perhatian sepenuhnya untuk berkonsentrasi kepada struktur formal sastra dalam sebuah kajian objektif.
- Karya-karya drama Caoyu sangat terkenal, diantaranya “Badai", "Matahari terbit","Manusia Peking", "Keluarga".
- Ketertarikan Caoyu terhadap drama bermulai dari keluarga birokrasi dimana ia dilahirkan, ia mempunyai kesempatan untuk menikmati drama tradisional China sejak kecil. Kemudian secara meluas ia mengenal sastrawan barat misalnya Shakespeare, Ibsen Chekhov, O'Neill dll pada saat berkuliah di Universitas Tsinghua.
- Ketertarikan Caoyu terhadap drama bermulai dari keluarga birokrasi dimana ia dilahirkan, ia mempunyai kesempatan untuk menikmati drama tradisional China sejak kecil. Kemudian secara meluas ia mengenal sastrawan barat misalnya Shakespeare, Ibsen Chekhov, O'Neill dll pada saat berkuliah di Universitas Tsinghua.
3.
Penerapan
Strukturalisme karya Caoyu
- Dalam karya Caoyu, terlihat adanya penerapan strukturalisme.
- Kalau asal usul strukturalisme dilacak dengan Poetica Aristoteles, dalam kaitannya dengan tragedi, lebih khusus lagi dalam pembicaraannya mengenai plot.
- Maka dalam karya Caoyu yang berjudul “Badai” terlihat jelas ciri-ciri: kesatuan, keseluruhan, kebulatan, dan keterjalinan terutama diakhir drama “badai” ini.
- Kalau Strukturalisme beranggapan bahwa seluruh organisasi manusia ditentukan secara luas oleh struktur sosial atau psikologi yang mempunyai logika independen yang menarik, berkaitan dengan maksud, keinginan, maupun tujuan manusia.
- Pada karya Caoyu ini juga ditonjolkan unsur-unsur diatas ini semuanya.
4.
Konklusi
- Teori formalisme tidak dapat berkembang di RRC karena unsur politik dan sosial. Lebih lagi China memiliki sejarah sastra yang relatif panjang hingga ribuan tahun, sehingga tidak terlalu mudah bagi teori ini untuk menyerap ke dalamnya.
- Sedangkan teori strukturalisme lebih memiliki keberterimaan pada negeri China. Maka dalam karya sastra Caoyu terlihat teori Strukturalisme.
Sebagai contoh :
• Tokoh Zhou Fuyuan memiliki sifat
yang selalu ingin mendominan terhadap istrinya Fanyi. Sebelum menikah dengan
Fanyi ia telah berhubungan dengan pembantunya Shiping, namun tidak mau
mengawini sebagai istri karena alasan sosial.
• Disini terdapat konflik antara
status sosial dengan psikologi.
• Kemudian tragedi terjadi dalam suatu
malam yang berbadai, dimana putranya menjalin hubungan cinta yang mendalam
dengan adiknya sendiri. Karena ia tdk tahu bahwa pembantu yang datang membawa
gadis desa anaknya ini sebenarnya adalah ibu kandungnya sendiri.
Di malam hari yang berbadai :
Terjadilah:
- Bunuh diri sang putra zhouchong.
- Bunuh di dengan melompat ke dalam kolam sang putri Sifeng.
Bab III
KESIMPULAN
1.
Pada umumnya penekanan perhatian teori sastra pada studi
teks dapat digolongkan ke dalam konsep strukturalisme, sekalipun konsep ini
sangat beragam jangkauan, kedalaman, dan model analisisnya. Strukturalisme, bagaimanapun,
merupakan bidang teori sastra yang sudah menjadi urutan utama kebudayaan
intelektual ilmu sastra.
2.
Bahwa
teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap
teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks.
3.
Perbedaan
pendapat dalam teori strukturalisme sendiri dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu strukturalisme formalis, strukturalisme genetik, strukturalisme
dinamik yang pada dasarnya secara global strukturalisme menganut paham penulis
paris yang dikembangkan oleh Ferdinand de Sausessure, yang memunculkan konsep
bentuk dan makna ( sign and meaning).
4.
Karya sastra yang dibangun atas dasar bahasa,
memiliki ciri bentuk (form) dan isi (content) atau makna (significante)
yang otonom. Artinya pemahaman karya sastra dapat diteliti dari teks sastra itu
sendiri. Hanya saja, pemahaman harus mampu mengaitkan kebertautan antar unsur
pembangun karya sastra. Kebertautan unsur itu akan membentuk sebuah makna utuh.
Berarti prinsip menyeluruh sangat dipegang oleh kaum strukturalisme.
Referensi
Abrams,M.H. 1979. The Mirror and
the lamp : Romantic Theory and the CriticalTradition. New York :
Oxford University Press.
Barry, P. 2010.
Beginnig Theory. Yogyakarta:
Jalasutra.
Hartoko,Dick dan B.Rahmanto.1984. Pemandu
di Dunia Sastra. Yogyakarya: Kanisius.
Montefiore,
Simon , Stalin: Kisah-kisah yang tak terungkap, terjemahan Yanto Mustofa dan Ida Rosdalina, Jakarta :
Pustaka Alvabet, 2011
Pradopo,
Rachmat Djoko. 1993. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Teeuw,A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: pengantar Teori Sastra.
Jakarta: Pustaka Jaya- Giri Mukti Pustaka
Wolfreys, Julian.
Robbins, Ruth. and
Womack, Kenneth, Key Concepts in Literary
Bennett, Tony. Formalism and Marxism, New York, Routledge, 1979.
Theory
Second Edition .Edinburgh-UK,
Edinburg University Press, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar