Makalah
Kelompok 2
FIKSI, PUISI, DRAMA, &
FILM
Disajikan
Untuk Mata Kuliah Teori, Apresiasi Dan Pengajaran Sastra
Dosen
: Prof. Dr. Emzir, M.Pd dan Dr. Nuruddin, MA
Oleh
:
Ajeng Priendarningtyas (No. Reg. 7316130628)
Andina Ichsani (No. Reg. 7316130243)
Pendidikan
Bahasa (S2)
Program
Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Karya sastra
merupakan hasil pemikiran dan cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang
memiliki kebudayaan, oleh karena itu dalam karya sastra banyak menceritakan
mengenai interaksi manusia dengan manusia dan lingkungannya. Karya sastra juga
merupakan salah satu ungkapan rasa dan ekspresi dari seorang pengarang terhadap
alam sekitarnya. Karya sastra merupakan suatau karya imajinatif dari seseorang
yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya
seni, karya sastra pun banyak memberikan gambaran kehidupan sebagaimana yang diinginkan
oleh pengarangnya serta untuk menunjukkan sosok manusia sebagai insan seni yang
memiliki unsur estetis dominan.
Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui
bahasa. Karya sastra terdiri dari beragam bentuk, yaitu puisi, drama dan film.
Melalui karya sastra pengarang dapat dengan bebas berbicara mengenai kehidupan
yang dialami oleh manusia dengan berbagai peraturan dan norma-norma dalam
interaksinya dengan lingkungan, sehingga dalam karya sastra terdapat makna
tertentu mengenai kehidupan. Sastra cukup banyak digemari oleh para
penikmatnya, hal ini dikarenakan karya sastra merupakan bentuk penggambaran
dari manusia, dalam hal ini sang pengarang, sebagai bagian dari masyarakat.
Sehingga pembaca merasa dekat menembus pikiran, perasaan, dan imajinasi manusia
yang juga tidak lepas dari unsur-unsur filsafat, kemasyarakatan, psikologi,
sains, ekologi, dan sebagainya. Jenis puisi di Indonesia sebagai kreasi manusia selalu berkembang
dari masa ke masa. Perkembangan puisi merupakan refleksi pemikiran penyair
dalam menyikapi zaman, sekaligus menyikapi perpuisian itu sendiri. Akan tetapi,
walaupun puisi berubah menjadi seribu macam bentuk, ada yang tetap melakat
dalam puisi sebagai hakikatnya, yaitu menyampaikan sesuatu secara langsung.[1]
Di Indonesia, puisi
telah mulai ditulis oleh Hamzah Fansuri dalam bentuk syair Melayu dan ditulis
dengan huruf Arab di akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17 (Ismail, 2001:5).
Ahli-ahli sastra banyak yang membedakan dan membagi perpuisian Indonesia
menjadi puisi lama dan puisi baru. Namun, apa yang disebut puisi lama itu masih
tetap diapresiasi dan diproduksi sampai saat ini. Selain itu, puisi baru juga
tidak dapat melepaskan puisi lama karena bisa dijadikan sebagai ilham yang penuh dengan rasa keindahan untuk
diciptakan.
Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah
pekerjaan kreatif yang pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan
bahasa untuk mengungkapkan mengenai kehidupan manusia. Kategori lain dalam karya sastra meliputi
seni sandiwara atau drama. Drama atau teater adalah salah satu sastra yang amat
terkenal hingga sekarang, bahkan di zaman saat ini telah terjadi perkembangan
yang sangat pesat di bidang teater. Contohnya antara lain seperti sinetron,
film layar lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain yang menggambarkan
kehidupan makhluk hidup.
Pada
dasarnya, film dan sinetron adalah bagian dari drama, atau disebut juga drama
modern. Perbedaan antara sinetron atau film dan drama hanya pada latar cerita.
Latar cerita sebuah drama adalah pentas atau panggung, sedangkan latar cerita
sinetron atau film adalah tempat yang nyata. Jadi, sebuah tiruan kejadian atau
peristiwa hidup manusia yang disajikan atau dilakonkan di atas pentas atau di
tempat yang nyata dapat dikatakan sebagai sebuah drama dan diketahui bahwa
sebuah film atau sinetron pada dasarnya juga merupakan sebuah drama karena sebuah
drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dilakonkan.
1.2 Rumusan Masalah
Pada
laporan hasil diskusi kami, permasalahan-permasalahan yang terdapat pada
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Definisi dan Konsep Fiksi
2. Definisi Puisi dan Ruang Lingkup Puisi
3. Unsur Pembangun dalam Puisi
4. Definisi dan Ruang Lingkup Drama
5. Definisi dan Jenis Film
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep
dan Definisi Fiksi
Meskipun
penulisan epik tradisional telah ditulis berupa ayat-ayat, tetapi mereka dengan
jelas berbeda dengan format puisi berdasarkan panjang, struktur naratif,
pembagian karakter, pola alur cerita, dan semuanya berhubungan dengan
romantisme yang tertuang pada novel. Tetapi mayoritas epik tradisional berputar
pada kepahlawanan yang memiliki banyak misi pada suatu bangsa atau signifikansi
episode yang panjang yang sebagian besar semua ide berasal dari mitos, sejarah,
dan agama, yang merefleksikan era tertentu, atau peradaban bangsa tertentu.
Istilah fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak
menyaran pada kebenaran sejarah tetapi suatu yang benar ada dan terjadi di
dunia nyata sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris.
Yang membedakan karya fiksi dengan karya nonfiksi yaitu tokoh, peristiwa dan
tempat yang disebut dalam karya fiksi bersifat imajinatif sedangkan pada karya
nonfiksi bersifat faktual ( Abrams, 1981 : 61 ).
Fiksi nonfiksi menurut Abrams dibedakan kedalam tiga
jenis fiksi, yaitu pertama fiksi historis (historical
fiction) apabila menjadi dasar penulisan fakta sejarah, kedua fiksi
biografis (biographical
fiction) apabi;a menjadi dasar penulisan fakta biografis, dan yang
ketiga fiksi sains (science
fiction) apabila menjadi dasar penulisan fakta Ilmu Pengetahuan.
Fiksi menurut Altenbernd dan Lewis
(1966:14) dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun
biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasi hubungan–hubungan
antar manusia. Pengarang mengemukakan hal itu berdasarkan pengalaman dan
pengamatannya terhadap kehidupan. Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan
dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukan unsur hubungan dan
dengan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia.
Fiksi
menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan
lingkungan dan sesama, interaksinya dengan diri sendiri serta
interaksinya dengan Tuhan. Tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil
kerja lamunan belaka, sebab fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi
kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreatifitas sebagai karya seni. Dengan
tujuan memberikan hiburan kepada pembaca disamping adanya tujuan estetik.
Dalam kajian sastra alur cerita (plot), karakter, seting,
perspektif naratif, dan gaya bahasa tidak hanya menghiasi cerita-cerita pada
karya sastra seperti novel , prosa, dapat juga ditemui pada cerita pendek pada
genre- genre tertentu yang bersifat fiksi yang menjadi acuan untuk melahirkan
karya- karya sastra. Elemen paling penting dari sebuah karya sastra berbentuk
fiksi yakni :
Plot What happens?
Characters Who acts?
Narrative perspective Who sees what?
Setting Where and when do the events
take place?[2]
Klarer juga melihat pentingnya alur cerita dalam karya sastra fiksi dan
ia mendefinisikan Plot sebagai interaksi logis pada macam-macam elemen tematik
dalah teks yang diarahkan pada perubahan situasi sebenarnya seperti yang
disajikan diluar dari proses narasi.
“Plot is the logical interaction of the
various thematic elements of a text
which lead to a change of the original situation as presented at the outset of the narrative.”[3]
Dengan demikian plot
dapat diindentifikasikan apakah alut cerita berjalan maju, mundur, ataupun maju
dan juga mundur, pemilihan jenis plot tersebut juga dapat dijadikan patokkan
latar waktu cerita sekaligus bagian-bagian penting apa yang hendak disampaikan
oleh pengarang terlebih dahulu untuk sebagai pengantar si pengarang bercerita.
Elemen lain yang sangat
penting lainnya yang menentukan pada sebuah cerita yakni karakter
yang merupakan pelaku yang memainkan cerita dari karya
sastra tersebut yang kemudian
ceritanya dapat dipahami oleh pembaca. Di dalam sebuah karya sastra, karakter
memiliki macam-macam konflik yang dapat membuat cerita tersebut semakin menarik. Konflik adalah perasaan ataupun masalah
yang timbul akibat dari ketidakpuasan
hasrat yang ingin dicapai dimana konflik tersebut erat kaitannya dengan ide, kepercayaan, kebiasaan, peraturan,
kebutuhan, nilai dan lain-lain.
Klerer juga menjelaskan dalam bukunya yang berjudul An Introduction to Literary
Studies, bahwa jenis- jenis karakter ada beberapa, diantaranya: flat character, dan round character. “A
typified character
in literature is dominated by one specific trait and is referred to as a flat character. The term round
character usually denotes a
persona with more complex and differentiated features. Typified characters often represent the
general traits of a group of persons
or abstract ideas. Medieval allegorical depictions of characters preferred typification in order
to personify vices, virtues, or philosophical
and religious positions.”
Sudut pandang atau Point
of view dalam sebuah karya prosa, adalah cara bagaimana seorang pengarang
menceritakan keberadaan tokoh dalam sebuah peristiwa. Peristiwa dalam sebuah
cerita tidak selamanya dilihat dari sudut pandang tokoh utama. Untuk
menentukan hal tersebut kita bisa meninjaunya dari siapa yang melihat cerita
itu?, atau siapa yang menceritakan cerita itu? Sudut pandang terbagi menjadi;
orang I, orang III, atau campuran (orang I dan orang III).[4]
Adanya sudut pandang dalam
sebuah cerita akan mengantarkan pembaca cerita untuk lebih memahami konflik dan
kejadian-kejadian yang tertuang dalam sebuah karya sastra fiksi baik novel,
prosa, cerita pendek, maupun film. Dalam pengertian seting atau
latar cerita oleh Klerer, bahwa latar cerita adalah aspek yang secara
tradisional yang mencakup analisis prosa fiksi, dan relevan untuk didiskusikan
yang juga pada genre yang lain. Latar cerita berarti lokasi, periode sejarah,
dan keadaan sosial sekitar yang dikembangkan dalam adegan-adegan dalam teks.
“ Setting
is another aspect traditionally included in analyses of
prose fiction, and it is relevant to discussions of other genres, too. The term
‘g’ “setting” denotes the location, historical period, and social surroundings
in which the action of a text develops.”[5]
Latar cerita akan
menentukan seberapa detail seorang pengarang mendeskripsikan tiap-tiap bagian
pada ceritanya, yang membuahkan pemahaman pada setiap pembaca yang diharapkan
dapat menjadi jembatan sampainya pesan dari sebuah cerita yang dapat membawa
alam dunia seorang pembaca dan nantinya dapat larut ke dalam cerita yang
dibacanya.
2.2 Konsep dan Definisi Puisi
Puisi sebagai sebuah
karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji
struktur dan unsur-unsurnya, mengingat puisi itu adalah struktur yang tersusun
dari bermacam-macam unsur dan saran-saran kepuitisan, dapat pula puisi dikaji
dari jenis-jenis atau ragam-ragamnya mengingat bahwa banyak ragam puisi. Begitu
juga puisi dapat dikaji dari sudut nilai sejarahnya, mengingat bahwa sepanjang
sejarahnya dari waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan dibaca orang.
Meskipun
demikian, seseorang tidak dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa
mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang
mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna, maka dari itu
puisi harus dianalis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya
secara nyata sebagai struktur norma-norma[6]. Bermacam-macam
definisi puisi, seperti : menurut KBBI, puisi merupakan sebuah bentuk karangan
yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa
yang padat. Menurut
William Wordsworth (1988:4) puisi merupakan suatu pengucapan tentang perasaan
ghairah yang imiginatif, biasanya berentak dan berlaku secara spontan, dalam
suasana tenang, sedangkan Menurut Samuer Taylor Coledridge (1988:4)
mendefinisikan puisi sebagai ,”the best words in the best order”,
sedangkan menurut Horatius (seorang kritikus Romawi) : isi yang indah dan
menghibur (dulce), namun puisi juga harus berguna dan mengajarkan sesuatu
(utile). Lalu menurut William Wordsworth (seorang penyair Romantik Inggris) : puisi sebagai suatu luapan spontan dari
perasaan yang kuat atau a spontaneous overflow of powerful feelings
.
2.3
Ruang Lingkup Puisi
Menurut
zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru, seperti berikut :
2.3.1 Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat
oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
1.
Jumlah kata dalam 1 baris.
2.
Jumlah baris dalam 1 bait.
3.
Persajakan (rima).
4.
Banyak suku kata tiap baris.
5.
Irama.
2.3.2 Ciri-ciri Puisi Lama
Ciri
puisi lama:
a) Merupakan puisi rakyat yang
tak dikenal nama pengarangnya.
b) Disampaikan lewat mulut ke
mulut, jadi merupakan sastra lisan.
c) Sangat terikat oleh
aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
2.3.3 Jenis dan Contoh Puisi Lama
a. Mantra
adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contoh :
Assalammu’alaikum
putri satulung besar
Yang beralun berilir
simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul
rambutmu
Aku membawa sadap
gading
Akan membasuh mukamu
b.
Pantun
adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris
berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun
anak, muda-mudi, agama atau nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh
:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke
dalam peti
Kalau ada kataku yang
salah
Jangan dimasukan ke
dalam hati
c.
Gurindam
adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak
a-a-a-a, berisi nasihat. Contoh :
Kurang pikir kurang
siasat (a)
Tentu dirimu akan
tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan
sembahyang (b)
Bagai rumah tiada
bertiang (b)
Jika suami tiada berhati
lurus (c)
Istri pun kelak menjadi
kurus (c)
d.
Syair
adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak
a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh
:
Pada zaman dahulu kala
(a)
Tersebutlah sebuah
cerita (a)
Sebuah negeri yang aman
sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan
bijaksana (a)
2.3.4 Ciri-ciri dari
jenis puisi lama
a) Mantra
Ciri-ciri:
1.
Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd,
abcde-abcde.
2.
Bersifat lisan, sakti atau magis.
3.
Adanya perulangan.
4.
Metafora merupakan unsur penting.
5.
Bersifat esoferik (bahasa khusus antara
pembicara dan lawan bicara) dan misterius.
6. Lebih
bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris.
b) Pantun
Ciri – ciri :
1.
Setiap bait terdiri 4 baris
2.
Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3.
Baris 3 dan 4 merupakan isi
4.
Bersajak a – b – a – b
5.
Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6.
Berasal dari Melayu (Indonesia)
e) Gurindam
Ciri-ciri :
1.
Baris pertama berisikan semacam persoalan,
masalah atau perjanjian
2. Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari
masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
f) Syair
Ciri-ciri
:
1.
Terdiri dari 4 baris
2.
Berirama aaaa
3. Keempat baris tersebut mengandung arti atau
maksud penyair
2.3.5 Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada
puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
1. Ciri-ciri Puisi Baru
a) Bentuknya rapi, simetris.
b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur).
c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada
pola lain.
d) Sebagian besar puisi empat seuntai.
e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis).
f)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar): 4-5 suku kata.
2.3.6 Jenis-jenis dan Contoh Puisi Baru
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
a) Himne
adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Contoh :
Bahkan
batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan
nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat
derita pada lekuk dan liku
bawah
sayatan khianat dan dusta.
Dengan
hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan
darah dari tangan dan kaki
dari
mahkota duri dan membulan paku
Yang
dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa
luka-luka yang lebar terbuka
dunia
kehilangan sumber kasih
Besarlah
mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu
tersalib di datam hati.
(Saini
S.K)
b) Ode adalah puisi sanjungan untuk
orang yang berjasa. Contoh :
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi
kenang-kenangan
Pada
zaman dalam dunia
(Asmara
Hadi)
c) Epigram adalah
puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup.
Contoh :
Hari
ini tak ada tempat berdiri
Sikap
lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
2.3.7 Ciri-ciri dari Jenis Puisi Baru
a) Himne
Ciri-ciri
:
Lagu
pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau
almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi
berkembang. Himne dapat diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian
terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan
ke-Tuhan-an.
b) Ode
Ciri-ciri
:
Ciri
ode nada dan gayanya sangat resmi, bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia,
bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
c) Epigram
Epigramma
(Greek) merupakan unsur pengajaran, didaktik, nasihat yang membawa ke arah
kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
d) Romance
Romantique
(Perancis) berisikan keindahan perasaan, persoalan kasih sayang, rindu, dendam,
dan kasih mesra.
2.4 Unsur Pembangun
Puisi
Banyak
teori tentang unsur pembangun puisi yang dikemukakan oleh para ahli yang
ditinjau dari berbagai macam pendekatan dalam apresiasi puisi. Richard
mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari:
1. Hakikat
puisi yang meliputi tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada
(tone)
2. Metode
puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima (Waluyo,
1987:27).
Menurut Waluyo (1987: 27-28) mengatakan bahwa dalam
puisi terdapat struktur fisik yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan
struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
Puisi terdapat 7 unsur struktur fisik, yaitu:
diksi, pengimajian, kata konkret, majas, verifikasi, tipografi, dan sarana
retorika. Sedangkan struktur batin puisi yaitu tema, nada, perasaan, dan amanat[7].
Dari
beberapa teori unsur pembangun puisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli
maka penulis menyimpulkan unsur pembangun puisi kedalam dua bagian, yaitu:
1. Struktur Fisik
Diksi yakni pemilihan
kata
Pengimajian, yaitu gambaran
angan-angan, gambaran pikiran, kesan mental, atau bayangan visual dan bahasa
yang menggambarkannya biasa disebut dengan istilah citra atau imaji.
Kata-kata yang konkret,
yaitu kata yang digunakan penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan
atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imajinasi
pembaca.
Bahasa figuratif adalah bahasa
yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa,
yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna (Wulyo, 1987: 83).
Versifikasi meliputi rima
(pengulangan bunyi), ritma (panjang-pendek dan keras-lembutnya bunyi bahasa),
dan Metrum (irama yang tetap artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu).
Tipografi, merupakan pembeda
yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa, fiksi,
dan drama.
2. Struktu batin
Tema,
adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair dalam puisinya.
Perasaan penyair, dalam
menciptakan puisi perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati
oleh pembaca.
Nada dan suasana, nada merupakan
sikap penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana adalah keadaan jiwa atau
akibat yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca.
Amanat, atau tujuan adalah hal
yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya (Jabrohim, 2001:67).
Selain itu, ada juga
macam-macam puisi yang diciptakan oleh beberapa penyair Indonesia,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Puisi
naratif
Puisi
naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Puisi-puisi naratif
misalnya: epik, romansa, balada, dan syair.
2. Puisi
Lirik
Dalam
puisi lirik
yaitu penyair mengungkapkan aku pada lirik atau gagasan pribadinya. Jenis puisi
lirik misalnya: elegi, ode, dan serenada.
3. Puisi
deskriptif
Puisi
deskriptif yaitu
puisi yang penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap peristiwa atau
kejadian, benda, atau suasana yang dipandang dapat menarik perhatian si
penyair.
4. Puisi
platonik
Yaitu
puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan.
5. Puisi
subjektif
Puisi
yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair.
Sebaliknya puisi objektif adalah puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri
penyair.
6. Puisi
inspiratif
Puisi
ini diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-benar masuk ke
dalam suasana yang hendak dilukiskan.
2.5 Definisi dan Ruang Lingkup
Drama
Karya
sastra terdiri atas tiga bentuk, yaitu puisi, prosa, dan drama. Pada pelajaran
yang lalu kamu telah belajar membaca puisi. Menurut Bagas Wardana Kintoko, 2008 :104), drama merupakan
kehidupan sehari-hari yang dipentaskan dengan sistematis dan menarik. Drama
berisi dialog antara beberapa tokoh disertai akting yang sesuai dengan petunjuk
pemeranan. Oleh karena itu, dalam membaca drama hendaknya dapat berlaku sebagai
tokoh yang kamu perankan, seperti apabila mendapat tugas memerankan tokoh orang
gila, tokoh drama harus dapat bertingkah laku seolah-olah sebagai orang gila
(baik dialog yang diucapkan maupun gerak-gerik tubuhnya). [8]Jika mendapat tugas memerankan
tokoh dokter, harus bisa bertingkah laku seolah-olah
sebagai dokter. Seperti halnya prosa, drama juga mempunyai unsur-unsur, unsur-unsur
dalam drama meliputi tokoh dan sifatnya, latar, tema, alur atau jalan
cerita, dan amanat.
2.5.1 Jenis-jenis Drama
Jenis-jenis drama menurut
isinya
1.
Drama tragedi
Drama yang menggambarkan kesedihan
pelakunya.
2.
Drama komedi
Drama yang menggambarkan lelucon.
3.
Drama komedi tragedi (Tragikomedi)
Drama yang menggambarkan lelucon, juga
menggambarkan perasaan sedih dan duka, sebab dan nasib buruk yang menimpa pelakunya. Contoh : Sendratari
Abimanyu, Gugur dengan lawakan para punakawan (Semar,
Gareng, Petruk, Bagong).
2.5.2 Elemen Drama
1. Tokoh dan sifatnya
Tokoh
adalah pelaku dalam drama. Sifat atau watak tokoh dapat diketahui dari perkataan dan
perbuatannya. Misalnya, tokoh yang suka memfitnah teman, memiliki
sifat jahat.
2. Latar
Latar
adalah tempat, waktu dan suasana terjadinya peristiwa. Latar dibedakan atas
latar waktu,
tempat, dan suasana, seperti:
1.
Latar waktu, misalnya, pagi hari, siang hari,
malam hari.
2.
Latar tempat, misalnya, di rumah, di jalan,
di sekolah, di pasar, dan sebagainya.
3.
Latar suasana, misalnya suasana gembira,
sedih, cemas, dan sebagainya.
3. Tema
Tema
adalah gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan naskah drama. Tema harus
dirumuskan sendiri oleh pembaca melalui keseluruhan peristiwa dalam
cerita (drama).
4. Alur atau jalan cerita
Alur
adalah rangkaian peristiwa dalam cerita (drama) yang saling berhubungan. Alur terdiri
atas sebagai berikut:
a. Eksposisi atau
pemaparan, yaitu pengarang mulai mengenalkan tokoh-tokohnya.
b. Pertikaian,
yaitu tahap alur yang menggambarkan mulai adanya pertikaian, baik antar tokoh
maupun pada diri seorang tokoh.
c. Klimaks,
yaitu tahap alur yang menggambarkan bahwa persoalan yang dihadapi tokoh
mencapai puncaknya.
d. Leraian,
yaitu tahap alur yang menggambarkan bahwa persoalan mulai menurun.
e. Penyelesaian,
yaitu tahap yang menggambarkan bahwa persoalan selesai.
2.5.3
Unsur-unsur Drama
Didalam unsur-unsur drama terdapat tiga langkah yang harus
diperhatikan. Langkah pertama dalam apresiasi karya drama adalah keterlibatan
jiwa, yaitu suatu peristiwa ketika pembaca atau penonton menyimak pikiran dan
perasaan pengarang dalam hubungannya dengan suatu masalah yang dihadapi di
dalam kehidupannya. Langkah kedua dalam apresiasi karya drama adalah kemampuan
pembaca atau penonton untuk melihat hubungan mantik (logis) antara gerak-gerik,
pikiran, perasaan, dan khayalannya dengan unsur-unsur drama yang terdapat di
dalam karya itu. Dalam langkah kedua apresiasi ini termasuk juga sebagai
pengungkap buah pikiran dramawan. Langkah ketiga dalam apresiasi karya drama
dicapai ketika pembaca atau penonton mempermasalahkan dan menemukan atau tidak
menemukan hubungan (relevansi) antara buah pikiran pengarang dengan pengalaman
pribadinya dan pengalaman kehidupan masyarakat secara umum.[9] Dalam tingkat ini, pembaca
atau penonton menetapkan apakah buah pikiran dramawan itu ada manfaatnya, baik
bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
2.6 Konsep dan Jenis Film
Menurut Wibowo (2006:196)
film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui
sebuah media cerita., sedangkan KBBI : selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan
untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah objek gambar.
Pada awalnya di abad ke-20, sulit memungkiri keberadaan
film sebagai bagian dari jenis karya sastra yang memiliki genre semi-tektual
yang baik mengilhami maupun mempengaruhi ilmu sastra dan kritik sastra. “At
the beginning of the twenty-first century, it is impossible to neglect film as a semi-textual
genre both influenced by and exerting influence
on literature and literary criticism.”[10]
Karya sastra berupa film yang beraliran fiksi akhirnya dinyatakan
sebagai kategori karya sastra berdasarkan efek yang dihasilkan bagi penonton,
bisa juga film dikategorikan pementasan drama modern yang dapat ditampilkan
sebagai pertunjukkan utuh yang memenuhi kriteria dari elemen-elemen penting
karya fiksi, seperti alur cerita (plot), karakter, seting, perspektif naratif, gaya bahasa, dan pesan yang ingin
disampaikan oleh si pembuat film melalui media audio visual.
Kajian penelitian sastra sendiri dalam film dapat dibahas
melalui skenario film atau teks, yang dapat difokuskan pada analisis karakter
tokoh-tokoh, penokohan, elemen-elemen alur cerita serta seting waktu dan
tempat, dan yang tidak kalah penting yaitu isu yang ingin diangkat oleh seorang
pengarang lewat film tersebut.
Jenis-jenis genre film cukup banyak, berbeda-beda,
dan mempunyai karakter masing-masing. Mengenal jenis-jenis genre film menjadi
suatu hal yang perlu diketahui bagi para penggemar film. Dengan begitu kita
bisa mengetahui jenis film apa yang telah kita tonton.
2.6.1 Jenis-Jenis Genre Film :
Film Action
Film ini biasanya bercerita tentang
hal-hal yang berhubungan dengan tembak-tembakan, balapan, perkelahian,
kepolisian, penjahat, detektif dan hal lain yang sejenisnya. Film action ini juga biasa disebut sebagai
film laga. Film action ada yang berbentuk serial dan ada juga yang ‘one
case’ (satu cerita selesai). Beberapa yang termasuk dalam jenis genre
film action antara lain :
HANSEL & GRETEL WITCH HUNTERS, 48 Hours, Face/Off,
Die Hard, Air Force One
Film Komedi
Film komedi merupakan cerita lucu,
lawakan, adegan konyol dan hal-hal yang membuat tertawa yang disusun menjadi
sebuah cerita dalam sebuah film. Contoh jenis genre film komedi : Ace Ventura, Pet Detective (also Adventure – the name gives
it away), Analyze This, Annie Hall, Bowfinger.
Film Drama
Beberapa yang termasuk dalam jenis
genre film drama : Zero Dark
Thirty, The Tower, Rectoverso, Letters To Juliet, The Last
Tycoon, CJ7, HABIBIE & AINUN.
Film Horor
Film horor adalah film yang
menyeramkan, mendebarkan dan memunculkan rasa takut dan penasaran saat
menontonnya. Film horor biasanya bercerita tentang hantu, vampir dan
sejenisnya.
Film Adventure (Petualangan)
Beberapa yang termasuk dalam jenis
genre film adventure (petualangan) antara lain : CHINESE
ZODIAC, Apollo 13, The Deep, Get Shorty (extraordinary blend of Gangster, Love,
and Crime with a twist), Indiana Jones and the Temple of Doom, Lawrence of
Arabia, Quest For Fire, Rain Man, Robinson Crusoe, Water World.
Film Kartun
Film kartun merupakan film yang pemeran-pemerannya
adalah kartun atau animasi gambar bergerak. Film ini dibuat dari gambar-gambar
yang dikumpulkan, kemudian disatukan dengan media komputer dan
program animasi sehingga menjadi sebuah film.
Film Dokumenter
Film dokumenter adalah film yang dibuat
secara amatir oleh orang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk
mendokumentasikan sebuah perjalanan hidup bersama kelompok tersebut selama
beberapa waktu. Film ini biasanya dibuat untuk mengenang sebuah kebersamaan
dari waktu ke waktu. Contoh film dokumenter adalah : Film Dokumentasi Sekolah,
Film Dokumentasi Mahasiswa, Film Dokumentasi Organisasi, dan lain-lain.
Film Romantis (CINTA)
Film romantis atau film cinta ini
paling banyak digemari oleh kaum muda di Indonesia,
terutama wanita. Film Cinta adalah film yang menceritakan kisah cinta dua insan
yang menjalani sebuah perjalanan percintaan.
Film Musikal
Film musikal adalah film yang
dibekali dengan unsur-unsur musik didalamnya berupa nyanyian-nyanyian, lagu,
dlsb. Film jenis ini banyak menampilkan adegan menyanyi disaat tokoh
didalamnya mengalami keadaan tertentu. Fim musikal ini memadukan seni musi dengan
seni perfilm-an. Contoh film musikal adalah : Cinderella – Once upon a Song,
Walk hard, dan lain-lain.
2.6.2 Unsur-Unsur Dalam Film
Film merupakan hasil kerja kolektif, yang
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
a. Produser
Merupakan unsur yang paling tertinggi dalam suatu tim kerja produksi dalam pembuatan film.
Merupakan unsur yang paling tertinggi dalam suatu tim kerja produksi dalam pembuatan film.
b. Sutradara
Merupakan unsur kedua yang paling penting dalam proses pembuatan sebuah film karena sutradaralah yang bertanggung jawab dalam proses tersebut.
Merupakan unsur kedua yang paling penting dalam proses pembuatan sebuah film karena sutradaralah yang bertanggung jawab dalam proses tersebut.
c. Penulis
Skenario
Penulis Skenario adalah seseorang yang
menulis naskah yang difilmkan.
d. Penata
Kamera (Kameramen)
Seseorang yang bertanggung jawab dalam proses
perekaman (pengambilan) gambar didalam pembuatan sebuah film.
e. Penata
Artistik
Seseorang yang bertugas menampilkan cita rasa
artistik pada sebuah film yang di produksi.
f. Penata
Musik
Seseorang yang bertanggung jawab dalam pengisian
suara musik sebuah film.
g. Editor
Seseorang yang bertanggung jawab dalam pengeditan suatu gambar dalam film.
Seseorang yang bertanggung jawab dalam pengeditan suatu gambar dalam film.
h. Pengisi
dan Penata Suara
Seseorang yang bertugas mengisi suara pameran
atau pemain film.
i. Aktor atau Aktris
i. Aktor atau Aktris
Mereka yang membintangi film yang diproduksi
dengan memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita film tersebut.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Unsur-unsur intrinsik dalam karya-karya sastra
beraliran fiksi adalah unsur-unsur yang dapat dikaji secara ilmiah karena
unsur-unsur tersebut memiliki pola, jenis, dan dibuktikan dalam bentuk
kutipan-kutipan kalimat yang mengandung analisa terhadap plot atau alur cerita,
setting atau latar cerita, point of view atau perspektif
naratif, karakter, penokohan. Yang semuanya adalah cara agar ketersampaian
pesan antara pengarang cerita fiksi dengan pembacanya (penontonnya dalam karya
sastra film).
Adapun karya sastra fiksi sendiri
yang didalamnya dapat berupa puisi, drama, dan film disebut juga sebagai pencerminan
jaman, yang mana
banyak dari para sastrawan terinspirasi dari fenomena yang terjadi di sekitar
mereka pada jaman tersebut. Maka perlunya pendidikan untuk mengapresiasikan
karya sastra adalah untuk mengenalkan sejarah yang terjadi pada masa
karya-karya itu diterbitkan dalam bentuk yang lebih bersifat menghibur yakni
karya sastra fiksi. Karya sastra terwujud karena adanya imajinasi atau buah
pikir seseorang yang dituangkan melalui media (karya sastra), sehingga dapat
dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Adanya karya sastra menunjukkan bahwa
para sastrawan sangat berperan penting dalam terbentuknya karya sastra, seperti
puisi dan sebagainya.
Apa
yang telah diciptakan oleh para satrawan terdahulu mencerminkan bahwa manusia
tercipta yang pada hakikatnya adalah manusia yang terlahir cerdas dan unggul.
Manusia memiliki kemampuan untuk mengimajinasikan dari apa yang dipikirkan,
direnungkan, dan kemudian dibuktikan melalui sebuah karya sastra yang mungkin
untuk zaman sekarang ini, karya sastra tersbut hanya beberapa saja yang masih
dinilai dan diapresiasikan.
3.2
Saran
Kita
sebagai generasi muda yang hidup pada dunia atau era globalisasi saat ini,
sudah seharusnya secara sadar untuk terus menjaga dan melestarikan karya-karya
sastra yang telah diciptakan oleh generasi-genarasi kita sebelumnya. Namun,
banyak kendala-kendala yang dihadapi, yakni kurangnya kepedulian kita untuk
terus mengapresiasikan karya-karya yang telah diciptakan karena pada dasarnya
bahwa karya-karya pada zaman dahulu lebih baik dan unggul, baik dari segi
estetika maupun nilai moral yang berisikan nasihat-nasihat untuk disampaikan
kepada masyarakat luas.
DAFTAR
PUSTAKA
Aziz, Abdul. 2012 Belajar
Sastra. Bandung
Budianta,
Melani, dkk. 2002. Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan
Tinggi). Jakarta : Indonesiatera
Klarer, Mario. 1999. An
Introduction to Literary Studies. New York
Sarjono.
2001. Pemikiran Riffaterre. Jakarta
http://lifeiseducation.com diakses pada tanggal 21 Sepetember 2013 pk.
22.00 WIB
[2]
Mario Klarer. 1999. An Introduction
to Literary Studies. New York. p.14
[3]
Ibid. p.15
[4]
Abdul Aziz. Belajar Sastra. Bandung,
2012. p.6
[5]
Op.Cit. Klerer, p.25
[6]
Norma disini menurut Rene Welek (1968:50-151) jangan dikacaukan dengan norma-norma
klasik, etika, ataupun politik. Norma itu harus dipahami sebagai norma implisit
yang harus ditarik dari setiap pengalaman individu karya sastra.
[7]
Jabrohim (2001: 34)
[8]
Melani Budianta, dkk. 2002. Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk
Perguruan Tinggi). Jakarta : Indonesiatera
[10]
Ibid. Klerer, p.56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar