Makalah
Kelompok 3
PERIODESASI SASTRA
Disajikan Untuk Mata Kuliah
Teori, Apresiasi Dan Pengajaran Sastra
Dosen
: Prof. Dr. Emzir, M.Pd dan Dr. Nuruddin, MA
Oleh
:
Tanti Sri
Kuswiyanti (No Reg. 7316130289 )
Anis
Fuad (No Reg. 7316130245)
Pendidikan
Bahasa (S2)
Program
Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta
2014
A.
Pendahuluan
Sebagai sebuah produk
budaya, sastra memiliki perkembangan baik dalam bentuk maupun isinya. Hal itu
juga semakin memperkaya khazanah kesusatraan di setiap periodenya baik sastra
Inggris maupun sastra Indonesia.
Di dalam makalah ini,
kami akan membahas tentang periodesasi sastra baik sastra Inggris maupun sastra
Indonesia.
B. Masalah yang dibahas
Masalah yang dibahas
dalam makalah ini antara lain:
1. Bagaimana
perkembangan sastra Inggris sejak dahulu sampai saat ini?
2. Bagaimana
perkembangan sastra Indonesia sejak dahulu sampai saat ini?
C. Pembahasan
1. Periodesasi
Sastra Inggris
Periode
sastra Inggris dibagi menjadi dua yakni periodesasi sastra Inggris dan periodesasi
sastra Amerika (Klarer, hlm. 67-68).Periode sastra Inggris dibagi menjadi
delapan periode. Delapan periode tersebut antara lain:
a. Periode Old English atau
Anglo-Saxon (abad ke-5 sampai abad ke-11)
b. Periode Middle English
(abad ke-12 sampai abad ke-15)
c. Periode Renaissance
(abad ke-16 sampai abad ke-17)
d. Periode Eighteenth
Century (abad ke-18)
e. Periode Romantic
(pertengahan pertama abad ke-19)
f. Periode Victorian Age
(pertengahan kedua abad ke-19)
g. Periode Modernism (zaman
Perang Dunia I sampai Perang Dunia II)
h. periode
Postmodernism (tahun 1960an sampai tahun 1970an)
Periode sastra
Amerika dibagi menjadi lima periode. Lima periode tersebut antara lain:
a. Periode
kolonial atau Puritan Age (abad ke-17 sampai abad ke-18)
b. Periode
Romantic dan Transcendentalism (pertengahan pertama abad ke-19)
c. Periode
Realism dan Naturalism (pertengahan kedua abad ke-19)
d. Periode
Modernism (zaman Perang Dunia I sampai Perang Dunia II)
e. Periode
Postmodernism (tahun 1960an sampai tahun 1970an)
Periode
Old English (Anglo-Saxon) berlangsung sejak invasi bangsa Inggris oleh bangsa
Jerman sampai invasi oleh bangsa Perancis di bawah pimpinan William tahun
1066.Tulisan yang ditulis antar abad 18 sampai abad 11 dinamakan Old English
atau Anglo-Saxon. Tulisan-tulisan yang dikumpulkan dari abad ini tidak begitu
banyak mulai dari mantra-mantra ajaib, teka-teki, dan puisi-puisi seperti The
Seafarmer (abad 9) atau The Wanderer (abad 9-10) serta epic seperti mitologi
Beowulf (abad 8) atau The Battle of Maldon yang berdasarkan fakta sejarah.
Periode
Middle English berlangsung sejak abad 12 sampai abad 15 ketika orang Norman
berbahasa Perancis menaklukan Inggris. Ada banyak tulisan-tulisan yang
tersimpan dari zaman ini, diantaranya termasuk lirik-lirik puisi yang panjang
dan epic dengan isi agama seperti Piers Plowman. Romansa, sebuah genre baru
yang sekuler, juga berkembang pada zaman ini termasuk “Sir Gawain and The Green
Knight” yang ditulis pada abad 14 dan
“Le Morte d’Arthur” yang ditulis pada tahun 1470 oleh Thomas Malory. Bentuk ini
secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan novel di abad 18. Periode
Middle English juga menghasilkan tulisan-tulisan narrative seperti “Canterbury
Tales” karya Geoffrey Chaucer pada tahun 1387.
Periode
Rennaissance juga disebut periode awal New English yang memfokuskan pada
sejarah bahasa dan Elizabethan Age (Queen Elizabeth I) atau Jacobean Age (King
James). Tulisan-tulisan di zaman ini dibagi berdasarkan aturan-aturan politik,
seperti: cerita epic Edmund Spenser, “Faerie Queene” dan drama modern William
Shakespeare, Christopher Marlowe, dan lain-lain. Periode English Renaissance
juga menghasilkan genre prosa seperti: cerita romantis John Lyly yang berjudul “Euphues”
(1578) atau Phillip Sidney yang berjudul “Arcadia” (1580).
Periode
Eighteenth Century juga dikenal sebagai zaman neoclassical, golden atau
Augustan Age. Pada zaman ini teori klasik sastra diadaptasi untuk menyesuaikan
budaya kontemporer. Penulis-penulis seperti John Dryden, Alexander Pope, Joseph
Addison dan Jonathan Swift menulis terjemahan-terjemahan, essai-essai teoritis
dan tulisan-tulisan literatur dalam berbagai macam genre. Zaman ini memberikan
pengaruh terhadap pendistribusian teks-teks termasuk perkembangan novel sebagai
genre baru dan pengenalan koran dan majalah literatur seperti The Tatler(1709-11)
dan The Spectator (1711-14).
Banyak
tulisan-tulisan literatur pada abad 17 dan abad 18 yang bersifat agamis, hal
ini dikarenakan tulisan-tulisan ini berada pada zaman Puritan atau Kolonial.
Periode ini dapat dilihat sebagai fenomena literatur pertama di benua Amerika
utara. Tulisan-tulisan literatur Amerika merefleksikan akar-akar agama pada
zaman kolonial Amerika. Tulisan-tulisan yang dihasilkan antara lain catatan
Cotton Mather dan John Winthrop dalam bentuk diary dan puisi-puisi Anne
Bradstreet. Tulisan-tulisan ini adalah sumber-sumber yang penting untuk
memahami kondisi awal kolonial Amerika. Tulisan-tulisan yang ditulis oleh
seorang budak Amerika, Phillis Wheatley “Poems on Various Subjects” (1773)
menyediakan gambaran-gambaran tentang kondisi sosial pada zaman itu dari
perspektif orang bukan eropa.
Periode
Romantic dimulai dengan edisi pertama “The Lyrical Ballads” (1798) oleh William
Wordsworth dan Samuel Taylor Coleridge dimana individu dan alam serta
pengalaman emosi mempunyai peranan penting dalam penulisannya. Romanticism
dapat dipandang sebagai reaksi terhadap pencerahan dan perubahan politik di
Eropa dan amerika pada akhir abad 18. Pada periode inilah definisi literatur
mulai berkembang. Literatur dipandang sebagai hal yang imajinatif. Kata
imajinatif memiliki istilah yang dapat digambarkan yakni “imaginary” yang
berarti “tidak nyata atau khayalan”, namun kata imajinatif juga dapat memiliki
arti “visioner” (Eagleton, hlm.15).
American
Transcendentalism dipengaruhi oleh antusias Romantisme terhadap alam. Pada
periode ini alam merupakan kunci pemahaman filosofis. Dari perspektif ini
manusia tidak boleh puas dengan fenomena alam tetapi harus dapat memahami lebih
dalam agar mendapatkan pandangan filosofis tentang dunia secara
menyeluruh.Tulisan-tulisan yang dihasilkan pada periode ini antara lain:
tulisan-tulisan filosofis Ralph Waldo Emerson, cerita-cerita pendek Nathaniel
Hawthorne dan novel Henry David Thoreau
“Walden” (1854).
Periode
Realism dan Naturalism dinamakan juga periode Victorian Age di Inggris. Realism
sering digambarkan sebagai gerakan yang mencoba menggambarkan realita
sebenar-benarnya melalui bahasa. Di sisi lain, Naturalism memfokuskan pada
penggambaran dari dampak perubahan sosial dan lingkungan sebagai akibat dari
penemuan-penemuan science yang digambarkan melalui tokoh-tokoh yang ada di
dalam tulisan tersebut. Di amerika tulisan ini kebanyakan berupa fiksi
sedangkan di Inggris tulisan ini dituangkan ke dalam drama seperti karya George
Bernard Shaw. Penulis-penulis amerika yang terkenal pada periode ini antara
lain Mark Twain, Henry James dan Kate Chopin. Dan penulis-penulis Inggris
seperti Charles Dickens, Charlotte and Emily Bronte serta George Elliot
merupakan penulis-penulis terkenal pada periode ini.
Periode
Modernism Amerika dan Inggris dapat dilihat sebagai reaksi dari pergerakan
realistis di akhir abad 19. Pada periode ini penulis menemukan teknik penulisan
narrative yang inofatif. Tulisan-tulisan pada periode ini dipengaruhi oleh
psikoanalisis dan peristiwa-peristiwa sejarah budaya. Contoh-contoh penulis di
periode ini antara lain: James Joyce dengan karyanya “Ulysses” (1922), Virginia
Woolf dengan karyanya “Mrs. Dalloway” (1925), dan T.S. Eliot dengan karyanya
“The Wasteland” (1922).
Perkembangan
literatur pada periode Postmodernism berhubungan dengan Nazi dan dampak
kerusakan dari nuklir pada era Perang Dunia II. Periode ini secara struktur
juga merupakan perkembangan dari pendekatan Modernism. Karakter literatur pada
zaman ini antara lain: teknik narasi dengan perspektif yang beragam, untaian
alur yang terjalin dan eksperimen tata huruf, contohnya: tulisan John
Barthdalam “Lost in The Funhouse” (1968), Thomas Pynchon dalam “The Crying of
Lot 49” (1966), John Fowles dalam “The French Lieutenat’s Woman” (1969). Pada
tahun 1980an, karya-karya Postmodernism yang sekarang terlihat melebih-lebihkan
banyak dipengaruhi oleh kelompok-kelompok marginal termasuk wanita, gays, atau
etnik minoritas. Penulis-penulis wanita tersebut antara lain: Sylvia Plath
dengan karyanya “The Bell Jar” (1963), Doris Lessing dengan karyanya “The
Marriages Betwen Zone Three, Four, and Five” (1980) dan Margaret Atwood dengan
karyanya “ The Handmaid’s Tale” (1985).
2. Periodesasi Sastra Indonesia
Perkembangan karya
sastra khususnya di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti adat
istiadat, agama, ideology, politik, dan ekonomi. Secara garis besar, perjalanan
sastra Indonesia terbagi menjadi dua periode, yakni periode sastra Indonesia
lama dan periode sastra Indonesia baru atau modern (Kosasih; p.14).
a.
Sastra
Lama
Kesusastraan lama
disebut juga kesusastraan klasik atau kesusastraan tradisional. Zaman
perkembangan kesusastraan klasik ialah sebelum masuknya
pengaruh Barat ke Indonesia. Bentuk-bentuk kesusastraan yang berkembang pada
zaman ini adalah dongeng, mantra, pantun, syair, dan sejenisnya.
Sastra Lama atau
kesusastraan klasik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Nama
penciptanya tidak diketahui (anonim).
2) Pralogis
atau cerita-ceritanya banyak diwarnai oleh hal gaib.
3) Banyak
menggunakan kata-kata yang baku, seperti alkisah,
sahibul hikayat, menurut empunya cerita, konon, dan sejenisnya.
4) Peristiwa
yang dikisahkan berupa kehidupan istana (istana sentris), raja-raja, dewa-dewa,
para pahlawan, atau tokoh-tokoh mulia lainnya.
5) Karena
belum ada media cetak dan elektronik, sastra klasik berkembang secara lisan.
Perkembangan
kesusastraan Indonesia pada periode klasik menjadikan referensi bagi proses
kreatif pada sastra Indonesia baru. Eksistensi sejumlah bentuk karya sastra
lama hingga kini masih dapat dijumpai di sejumlah daerah yang didalamnya
memiliki budaya sastra warisan leluhur.
Berbagai bentuk dan
jenis kesusastraan lama menjadi khazanah tersendiri bagi peradaban sastra di
tanah air. Sehingga sejumlah manuskrip sastra lama yang masih menggunakan
bahasa daerah kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, khususnya yang
mengandung nilai sejarah, agar dapat dipelajari karakteristiknya.
b.
Sastra
Baru
Tonggak sastra baru
Indonesia dimulai pada zaman ’20-an. Sastra baru Indonesia terus berkembang
seiring dengan perjalanan waktu dan dinamika kehidupan masyarakatnya. Dari
rentang waktu ’20-an hingga sekarang, para ahli menggolongkannya menjadi
beberapa angkatan.
1)
Angkatan
’20-an atau Angkatan Balai Pustaka
Karya
sastra yang lahir pada periode 1920-1930-an sering disebut sebagai karya sastra
Angkatan ’20-an atau Angkatan Balai Pustaka. Disebut Angkatan ’20-an karena
novel yang pertama kali terbit adalah pada 1920, yakni novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar.
Karya-karya yang lahir pada periode tersebut disebut pula Angkatan Balai
Pustaka karena banyak diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka. Selain disebut
Angkatan Balai Pustaka, Angkatan ’20-an disebut juga Angkatan Siti Nurbaya
karena novel yang paling laris dan digemari oleh masyarakat pada masa itu
adalah novel Siti Nurbaya karangan
Marah Rusli.
Karya-karya
sastra Angkatan ’20-an tentu memiliki ciri berbeda dengan karya-karya
sebelumnya yang masih merupakan karya sastra lama. Ciri-ciri sastra Angkatan
’20-an sebagai berikut:
a) Temanya
tentang kehidupan masyarakat sehari-hari (masyarakat sentris), misalnya tentang
adat, pekerjaan, dan persoalan rumah tangga.
b) Telah
mendapat pengaruh dari kesusastraan Barat. Hal ini tampak pada tema dan
tokoh-tokohnya.
c) Pengarangnya
dinyatakan dengan jelas.
2)
Angkatan
’30-an atau Angkatan Pujangga Baru
IstilahAngkatanPujanggaBaruuntukkarya-karyayanglahirsekitar‘30–40-andiambildarimajalahsastrayangterbitpada1933.Majalah
itubernama PujanggaBaroeyangkepengurusannyadipimpinoleh
SutanTakdir Alisyahbana,
AmirHamzah,SanusiPane,dan Armijn Pane.AngkatanPujangaBarudisebutjuga
Angkatan’30-ansebab angkatan ini lahir pada tahun 1930-an.
Karyasastrayanglahirpadaangkataniniberbedadengankarya
sastra angkatan sebelumnya. Karya-karya pada periode ini mulai memancarkan jiwa
yang dinamis, individualistis, dan tidak lagimempersoalkan tradisi sebagai tema
sentralnya. Hal semacam itu
timbulkarenaparapengarangkhususnyasudahmemilikipandangan
yangjauhlebihmajudansudahmengenalbudaya-budayayang lebih modern. Di samping
itu, semangat nasionalisme mereka sudah semakin tinggi sehingga isu-isu yang
diangkat dalam karya mereka tidak lagi kental dengan warna kedaerahan.
3)
Angkatan
‘45
Angkatan’45 disebut
juga sebagai Angkatan Chairil Anwar karena perjuangan Chairil Anwar sangat besar
dalam melahirkan angkatan ini. Dia pula yang dianggap sebagai pelopor Angkatan’45. Angkatan’45 disebut juga Angkatan Kemerdekaan sebab dilahirkan ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Pengarang
yang terkenal pada waktu itu, antara lain adalah,
Indrus,UsmarIsmail,RosihanAnwar,ElHakim,danAmirHamzah.
PadaperiodeinijugamunculpenyairterkenalChairil Anwar.Dua karyayangterkenaladalahAtheiskaryaAchadiatKartamiharjadan
DariAve Maria ke Jalan Lain ke
Roma karya Idrus.
4)
Angkatan
‘66
Nama Angkatan’66dicetuskanolehH.B.Jassinmelaluibukunya yang berjudul Angkatan
’66. Angkatan ini lahir bersamaan dengan kondisi politik Indonesia yang
tengah mengalami kekacauan akibat teror dan merajalelanya paham komunis. PKI
hendak mengambil alih kekuasaan negara dan menggantikan ideologi Pancasila
dengan ideologi komunis. Oleh karena itu, karya sastra yang lahir pada periode ini
lebih banyak berwarna protes terhadap keadaan sosial dan politik pemerintah
pada masa itu.
Pengarangyangproduktifpadamasaituantaralain Taufik Ismail, Mansur Samin, dan Bur Rasuanto. Contoh dua karya
yang diterbitkan oleh angkatan ini adalah Pagar Kawat Berduri karya Toha Mohtar dan Tirani
(kumpulan puisi) karyaTaufik
Ismail.
5)
Angkatan
’70-an
Sekitar tahun ‘70-an, muncul karya-karya sastra yang lain dengan karya
sebelumnya. Kebanyakan karya-karya itu tidak menekankan
maknakata.Parakritikussastramenggolongkankarya-karyatersebut ke dalam jenis
sastra kontemporer. Kemunculan
sastra semacam ini dipelopori oleh Sutardji Calzoum Bachri.
Dengan karya-karyanya yang seperti itu, Sutardji sering disebut sebagai
pelopor puisi kontemporer. Ciri umum
puisi Sutardji adalah dikesampingkannyaunsurmakna.Unsurpermainanbunyidanbentuk
grafis lebih ditekankannya.Puisi-puisi Sutardji
terkumpul dalam
sebuahbukuyangberjudulO,Amuk,Kapakyangditerbitkanpada
1981.Kekontemporerantampakpulapadapuisi-puisiLeon Agusta dalam kumpulan puisinya
yang berjudul Hukla (1979), Hamid Jabar dalam Wajah Kita (1981), F.
Rahardi dalam Catatan Sang Koruptor (1985), Rahim Qahhar dalam Blong,
dan Ibrahim Sattah dalam Dandandik (1975).
Beberapa sastrawan lainnya dalam angkataniniadalahUmarKayamIkranegara ArifinC.Noer,Akhudiat,DarmantoJatman, Arief Budiman,
Goenawan Mohamad, Budi Darma, HamsadRangkuti,
Putu Wijaya, WisranHadi, WingKardjo,
TaufikIsmail, MotinggoBusye, PurnawanTjondronegoro, Djamil Suherman,Bur Rasuanto, Sapardi Djoko Damono,
Satyagraha, Hoerip Soeprobo, dan termasuk H.B. Jassin.
6)
Angkatan
’80-an
Memasuki
dasawarsa pertama 1980-an, suara lokal dalam sastra Indonesia masih berkutat
pada persoalan nilai tradisional dan modern. Untuk menyebut beberapa contoh,
novel tetralogi Pulau Buru karya
Pramoedya Ananta Toer, Burung-burung
Manyar (1981) dan Ikan-ikan Hiu, Ido,
Homa (1983) karya Y.B. Mangunwijaya, Bako
(1982) karya Darman Moenir, trilogi Ronggeng
Dukuh Paruk (1982) karya Ahmad Tohari, masih berkutat pada persoalan
ritual, agama, dan kekerabatan.
Karya sastra
Indonesia pada masaangkatan80-antersebarluas di berbagai majalah dan penerbit
umum. Satu hal yang ikut menandai angkatan 80-an adalah banyaknya roman
percintaan. Sastrawan wanita yang menonjol pada masa itu adalah MargaT.
Beberapasastrawanlainnya yangdapatmewakili Angkatan80-
anantaralainadalahRemySylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno
Gumira Ajidarma, dan Kurniawan Junaidi.
7)
Angkatan
Reformasi
Seiring
dengan jatuhnya kekuasaan pemerintahan Orde Baru, muncullah wacana tentang
Sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya
karya-karya sastra, puisi, cerpen, dan novel yang bertemakan social-politik,
khususnya seputar reformasi. Di sejumlah media, pementasan-pementasan sajak,
dan penerbitan-penerbitan, didominasi oleh karya sastra reformasi.
Sastrawan
reformasi merefleksi keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir
1990-an. Di zaman ini, sejumlah penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial
politik, turut meramaikan kondisi ini dengan berbagai karyanya.
8)
Angkatan
2000
WacanatentanglahirnyaSastrawan
AngkatanReformasimuncul,
tetapitidakberhasildikukuhkankarenatidakmemiliki‘jurubicara’. Namun, Korrie
Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentanglahirnyaSastrawan Angkatan2000.Sebuahbukutebal
tentangAngkatan2000yangdisusunnyaditerbitkanolehGramediaJakarta,pada2002.Seratuslebihpenyair,cerpenis,novelis,eseis,dan
kritikussastradimasukkanKorriekedalamAngkatan2000,termasuk
merekayangsudahmulaimenulissejak1980-an,seperti Afrizal Malna AhmadunYosiHerfanda,danSenoGumira
Ajidarma,serta yangmunculpadaakhir1990-an,seperti AyuUtamidanDorothea Rosa Herliany.
Angkatan 2000 juga ditandai pula dengan karya-karya
yang cenderung berani dan vulgar, seperti novel Saman karya Ayu Utami. Sebagai pengimbang atas maraknya karya-karya
yang vulgar dan novel-novel teenlit, bermunculan fiksi-fiksi islami. Gerakan
fiksi islami seakan-akan sengaja memberi wacana alternatif agar dunia fiksi
Indonesia tidak hanya didominasi oleh fiksi-fiksi seksual.
Oleh karena itu, fiksi islami kemudian
didefinisikan sebagai karya sastra berbentuk fiksi yang ditulis dengan
pendekatan islami, baik eksplorasi tema maupun pengemasannya. Satu hal yang
menarik adalah aktifis gerakan fiksi islami didominasi oleh para perempuan
penulis seperti halnya pada fiksi sekuler. Dua kelompok main stream sastra yang berbeda ideologi itu seakan saling berebut
pengaruh dan pembaca dalam perkembangan sastra Indonesia kontemporer.
D. Kesimpulan
Dalam
kesusastraan Inggris dan dunia, kondi sisosial-politik, diketahui sangat mempengaruhi
karya-karya sastra di dalam setiap periodenya.Keanekaragaman jenis kekaryaan masing-masing
sastrawan membuat karya-karya sastra pada periode berikutnya semakin berkembang
sesuai dengan kondisi zaman.
Selain
itu, periodesasi juga menunjukkan karya sastra menempatkan dirinya di tengah hegemoni
masyarakat, khususnya di Indonesia.Dengan mempelajari periodesasi sastra, dapat
di teliti perkembangan sastra dan pengaruhnya sesuai dengan zamannya.
E. Referensi
Klarer,
M. (2004). An Introduction to Literary
Studies. New York:
Routledge.
Eagleton,
T. (1996). Literary Theory. UK: Blackwell.
Kosasih, E. (2008).ApresiasiSastra
Indonesia, Jakarta: Nobel Edumedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar