JARUM
SEJARAH PENGETAHUAN
Makalah Ini
Disusun Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu:
Dr. Endang Koenmarjati, M.Pd
Dr. Hanif
Pujiati
Oleh:
Karmila
No. Reg. 7316130265
Reni
Oktaviani No Reg. 7316130283
PENDIDIKAN BAHASA
PROGRAM
PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebelum abad ke 17, tidak ada perbedaan antara
jenis-jenis pengetahuan. Konsep dasar pengetahuan adalah kriteria kesamaan bukan
perbedaan. Pada masa itu, pengetahuan bersifat universal dan
hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu seperti raja atau orang pintar. Seorang
kepala suku misalnya dia merangkap sebagai hakim, penghulu, panglima perang dan
ahli pengobatan.
Setelah berkembangnya abad penalaran
pada pertengahan abad ke 17 konsep dasarnya berubah dari kesamaan kepada
perbedaan berbagai pengetahuan yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi
pekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur kemasyarakatan. Pada masa
ini, manusia
telah memiliki pengetahuan. Pengetahuan yang berasal dari
pengalaman pribadi maupun kelompok, yang berhubungan dengan bagaimana cara
seseorang atau kelompok itu menemukan pengetahuan itu.
Pohon
pengetahuan dibedakan berdasarkan apa yang diketahui, bagaimana cara mengetahui
dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan. Pengetahuan merupakan
kumpulan ilmu
untuk menjawab permasalahan kehidupan sehari-hari yang ditemui manusia. Dalam filsafat
ilmu, pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau
tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi dari sejarah?
2. Apa
definisi dari pengetahuan?
3. Bagaimana jarum sejarah pengetahuan?
C.
Tujuan
penulisan makalah
1. Mengetahui
definisi dari sejarah.
2. Mengetahui definisi dari pengetahuan.
3. Mengetahui jarum sejarah pengetahuan.
BAB II
Landasan Teori
A.
Pengertian Sejarah
Kata sejarah
berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun
yang artinya pohon. Menurut bahasa Arab, sejarah sama artinya dengan sebuah
pohon yang terus berkembang dari tingkat sederhana ke tingkat yang lebih
kompleks atau ke tingkat yang lebih maju. Maka dari itu, sejarah diumpamakan
menyerupai perkembangan sebuah pohon yang terus berkembang dari akar sampai
ranting yang paling kecil yang kemudian bisa diartikan silsilah. Dalam bahasa
Inggris, kata sejarah (history) berarti masa lampau umat
manusia. Sedangkan dalam bahasa
Jerman, kata sejarah (geschichte)
berarti sesuatu yang telah terjadi, sedangkan dalam bahasa Latin dan Yunani, kata sejarah (histor atau istor)
berarti orang pandai.[1]
Menurut Dr.
Kuntowijoyo sejarah dapat diartikan dua macam:
1.
Sejarah dalam arti negatif
a.
Sejarah
itu bukan mitos
Meskipun
sama-sama menceritakan masa lalu, sejarah berbeda dengan mitos. Mitos
menceritakan masa lalu dengan waktu yang tidak jelas dan kejadiannya tidak
masuk akal di masa sekarang. Contoh
mitos dari Jawa tentang Raja Dewatasangkar, pemakan manusia yang dikalahkan
oleh Ajisaka, sedangkan dalam sejarah semua peristiwa secara tepat diceritakan
waktu dan tempat terjadinya.
a.
Sejarah
bukan filsafat
Sejarah
mempelajari sesuatu yang konkret, sedangkan filsafat itu abstrak dan
spekulatif, dalam arti hanya berkaitan dengan pikiran umum.
b.
Sejarah
bukan ilmu alam
Sejarah
menuliskan sesuatu yang khas atau unik, sedangkan ilmu alam menuliskan sesuatu
yang umum.
c.
Sejarah
itu bukan sastra
Perbedaan
sejarah dengan sastra ada 4 hal yaitu cara kerja, kebenaran, hasil keseluruhan,
dan kesimpulan.
2.
Sejarah dalam arti positif
a.
Sejarah
adalah ilmu tentang manusia
Karena yang
dipelajari adalah manusia dalam sebuah peristiwa bukan cerita masa lalu manusia
secara keseluruhan.
b.
Sejarah
adalah ilmu tentang waktu
Sejarah
membicarakan masyarakat dari segi waktu, jadi sejarah adalah ilmu tentang waktu
yang mencakup empat hal yaitu:
i. Perkembangan, terjadi bila masyarakat secara terus menerus
bergerak dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks.
ii. Kesinambungan, terjadi bila sesuatu,
masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-lembaga lama.
iii. Pengulangan, terjadi bila suatu peristiwa yang pernah terjadi di
masa lampau terjadi lagi di masa sekarang.
iv. Perubahan, terjadi bila masyarakat mengalami pergerakan dan
perkembangan yang besar
dalam waktu yang singkat yang disebabkan oleh pengaruh dari luar.
c.
Sejarah adalah ilmu
tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial
Dalam
sejarah yang dipelajari bukan hanya aktivitas manusia saja, melainkan aktivitas manusia yang mempunyai makna sosial.
d.
Sejarah adalah ilmu
tentang sesuatu yang terperinci dan tertentu
Sejarah
adalah sejarah tertentu. Sejarah menulis peristiwa, tempat, dan waktu yang
hanya sekali terjadi. Sejarah harus terperinci artinya sejarah harus menyajikan
yang kecil-kecil, tidak terbatas pada hal-hal yang besar.[2]
Jadi dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah peristiwa yang pernah terjadi
dan digambarkan secara terperinci baik meliputi tempat maupun waktu.
B. Pengertian Sejarah Berdasarkan
Bentuk dan Sifatnya
1. Sejarah sebagai peristiwa
Peristiwa
merupakan aktivitas manusia yang hanya sekali terjadi dan hilang bersama dengan
lewatnya waktu, yang kemudian
dilanjutkan dengan aktivitas lain. Sejarah sebagai peristiwa adalah peristiwa
masa lampau, dalam arti peristiwa sebagaimana terjadi.
2. Sejarah sebagai kisah
Sejarah
sebagai kisah adalah peristiwa yang sudah terjadi diungkap kembali melalui
tulisan maupun lisan. Peristiwa sejarah yang dimaksud terutama
peristiwa-peristiwa penting yang menyangkut kehidupan manusia secara umum.
3. Sejarah sebagai ilmu
Sejarah
sebagai ilmu dikarenakan sejarah sebagai pengetahuan. Ilmu pengetahuan sejarah
seperti halnya ilmu pengetahuan lainnya mulai berkembang pada abad ke-19.
Pengetahuan ini meliputi kondisi-kondisi masa manusia yang hidup pada suatu
jenjang sosial tertentu.
Ciri-ciri sejarah sebagai ilmu adalah
a.
Sejarah
itu mempunyai obyek, yaitu aktivitas dan peristiwa di masa lampau.
b. Sejarah itu mempunyai teori, yaitu memberi penjelasan tentang
kapan sesuatu itu terjadi.
c. Sejarah itu mempunyai metode, yaitu bahwa suatu pernyataan dari
peneliti harus didukung oleh bukti-bukti sejarah. Proses rekonstruksi sejarah
mulai dari heuristik (mencari
sumber sejarah), kritik sumber, interpretasi data sampai dengan penulisan hasil
penelitian (historiografi), harus berdasarkan metode. Dengan metode itu
rekonstruksi sejarah akan menghasilkan tulisan sejarah ilmiah dan penulisan
sejarah tanpa dilandasi oleh metode sejarah hanya akan menghasilkan tulisan
populer yang uraiannya bersifat deskriptif naratif dan tidak menunjukkan
ciri-ciri karya ilmiah sejarah.
d. Sejarah bersifat sistematis, yaitu sejarah sebagai kisah
ditulis secara sistematis. Hubungan antar bab dengan hubungan antar sub bab
pada setiap bab disusun secara kronologis, sehingga uraian secara keseluruhan
bersifat diakronis (memanjang menurut alur waktu). Uraian sistematis akan
menunjukkan hubungan antara satu fakta
dengan fakta lain yang bersifat kausalitas
(hubungan sebab akibat) karena sejarah merupakan proses.
4. Sejarah sebagai seni
Sejarah
sebagai seni merupakan sejarah tentang pengetahuan rasa. Sejarah memerlukan
pemahaman dan pendalaman. Sejarah tidak saja mempelajari segala sesuatu gerakan
dan perubahan yang tampak di permukaan tetapi juga mempelajari motivasi yang
mendorong terjadinya perubahan.
Adapun ciri-ciri sejarah sebagai seni antara lain:
a.
Sejarah
menentukan intuisi, yaitu pemahaman langsung dan instingtif selama masa
penelitian berlangsung.
b. Sejarah memerlukan imajinasi, yaitu untuk membayangkan apa yang
sebelum, sekarang dan sesudah kejadian sebuah peristiwa.
c. Sejarah memerlukan emosi, yaitu untuk membuat orang yang
membaca tulisan sejarah seolah-olah hadir menyaksikan sendiri peristiwa itu.
C. Fungsi
Intrinsik Sejarah
1. Sejarah sebagai ilmu
Sejarah
sebagai ilmu artinya siapa saja dapat mengaku sebagai sejarawan secara sah asal
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sebagai ilmu.
2. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
Terhadap
sejarah setelah orang mengetahui masa lampaunya pasti akan melestarikan atau
menolaknya.
3. Sejarah sebagai pernyataan pendapat
Banyak
penulis sejarah yang menggunakan ilmunya untuk menyatakan pendapat.
4. Sejarah sebagai profesi
4. Sejarah sebagai profesi
Tidak semua
lulusan sejarah dapat tertampung dalam profesi kesejarahannya dan tidak sedikit
yang menjadi guru di luar ilmunya.
D. Fungsi
Ekstrinsik Sejarah
Fungsi
sejarah yang penting untuk dipahami adalah fungsi edukatif yang mencakup:
1. Sejarah sebagi pendidikan moral
Jika
pendidikan moral harus berbicara tentang benar dan salah maka sejarah harus
berbicara dengan fakta. Fakta sangat penting dalam sejarah tanpa fakta tidak
boleh bersuara.
2. Sejarah sebagai pendidikan penalaran
Mempelajari
sejarah secara kritis atau menulis sejarah secara ilmiah akan mendorong
meningkatkan daya nalar orang yang bersangkutan.
3. Sejarah sebagai pendidikan politik
Sejarah
mengandung pendidikan politik karena peristiwa tertentu menyangkut tindakan
politik atau kegiatan bersifat politik.
4. Sejarah sebagai pendidikan kebijakan
Kebijakan di
masa lampau sangat mungkin dapat dijadikan bahan acuan dalam menghadapi
kehidupan di masa kini.
5. Sejarah sebagai pendidikan perubahan
Sejarah
adalah proses yang menyangkut perubahan. Pada dasarnya kehidupan manusia terus
berubah, walaupun kadar perubahan dari waktu ke waktu tidak sama. Perubahan itu
karena disengaja atau tidak disengaja. Sejarah bisa relevan dengan perubahan asalkan tidak mempelajari waktu yang terlalu jauh.
6. Sejarah sebagai pendidikan keindahan
Pengalaman
estetik akan datang melalui mata waktu kita antara lain datang ke monumen,
candi, istana dan membaca. Kita hanya diminta untuk membuka hati dan perasaan.
7. Sejarah sebagai alat bantu
Sejarah
sebagai pengetahuan dan ilmu dapat membantu menjelaskan permasalahan yang
dikaji oleh ilmu-ilmu lain seperti antropologi, sosiologi, ekonomi, politik,
hukum, dan lain-lain.
8. Sejarah sebagai latar belakang
Tanpa
mengetahui sejarah latar belakang maka seseorang tidak akan menjadi terampil.
9. Sejarah sebagai bukti
Sejarah
selalu dipakai untuk membenarkan perbuatan.
E. Kegunaan
Sejarah
Sejarah
mempunyai beberapa kegunaan atau manfaat antara lain:
1. Kegunaan Edukatif
Banyak
manusia belajar dari sejarah. Belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan.
Pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yang dialaminya sendiri,
melainkan juga dari generasi sebelumnya. Dengan belajar sejarah, seseorang akan senantiasa berdialog antara masa kini dan masa lampau
sehingga bisa memperoleh nilai-nilai penting yang berguna bagi kehidupannya.
Nilai-nilai itu dapat berupa ide maupun konsep kreatif sebagai sumber motivasi
bagi pemecahan masalah kini dan selanjutnya untuk merealisasikan harapan masa
yang akan datang.
2. Kegunaan Inspiratif
Berbagai
kisah sejarah dapat memberikan inspirasi para pembaca dan pendengarnya. Belajar
sejarah akan memperoleh ide atau konsep baru kreatif yang berguna bagi
pemecahan masalah masa kini, juga penting untuk memperoleh inspirasi dan
semangat bagi mewujudkan identitas sebagai suatu bangsa, semangat nasionalisme
maupun dalam upaya mnumbuhkan harga diri bangsa.
3. Kegunaan Rekreatif
Sejarah
sebagai kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar. Melalui penulisan sejarah
yang menarik pembaca dapat terhibur. Membaca menjadi media hiburan yang
rekreatif.
4. Kegunaan Instruktif
Kegunaan
instruktif sejarah berkaitan dengan fungsi sejarah dalam menunjang
bidang-bidang teknologi, dalam artian bahwa studi tahu hasil penelitian sejarah
yang menyangkut penemuan-penemuan teknik sepanjang sejarah kehidupan manusia,
dimana sejarah masing-masing penemuan tersebut diperlukan bagi usaha
menjelaskan prinsip-prinsip kerja teknik-teknik tertentu dalam masa setelahnya.
F. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil kegiatan ingin tahu manusia tentang
apa saja melalui cara-cara dan dengan alat-alat tertentu.[4]
Selain itu, pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang
muncul dalam kehidupan.[5]
Jadi dapat disimpulkan pengetahuan adalah sumber jawaban dari rasa ingin tahu
manusia dalam kehidupan.
Setiap jenis pengetahuan memiliki
ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan
untuk apa (aksiologi). Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas
pada lingkup pengalaman kita. Tahap selanjutnya dengan mengembangkan
pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis dan berakar pada pengalaman
berdasarkan akal sehat. Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme
yang secara kritis mempertanyakan dasar-dasar pikiran. Lalu berkembang lagi ke arah empirisme yang didasarkan pada
kenyataan pengalaman.
Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses
tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Dengan kata lain, ilmu adalah
pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode keilmuan. Karena ilmu
merupakan sebagian dari pengetahuan. [6]
G. Jarum Sejarah Pengetahuan
Konsep keilmuan sejarah berjalan secara lambat,
walaupun orang telah menggunakan istilah-istilah history (Inggris), geschichte
(Jerman), geschidenis (Belanda), dan
yang lain. Menurut W. H. Walsh terdapat dua disiplin yang memikirkan peristiwa
masa lampau, yaitu filsafat sejarah dan ilmu sejarah. Filsafat sejarah
memusatkan perhatian pada tindakan manusia dan objek tindakan tersebut secara
analitis dan spekulatif. Ilmu sejarah memusatkan perhatiannya pada
pengalaman-pengalaman dan tindakan manusia.[7] Pemerolehan
pengalaman dan tindakan manusia tersebut menjadi penuturan berasal dari olahan
metodis sehingga pengalaman dan tindakan manusia pada masa lampau tersebut
tersusun secara sistematis. Paparan cerita tersebut tersusun menjadi suatu
bangunan kebenaran umum. Pengetahuan tersebut memungkinkan terjadinya suatu
prediksi yang berhasil untuk mengontrol kejadian-kejadian pada masa yang akan
datang, suatu kontrol pada batas-batas tertentu. Pengetahuan tentang pengalaman
manusia pada masa lampau tersebut adalah objektif. Paparan tentang pengalaman
dan tindakan manusia pada masa lampau tersebut adalah bersfat ilmiah, artinya
memenuhi persyaratan ilmu pengetahuan. Sejarah yang ditulis berdasarkan aturan
penelitian keilmuan tersebut adalah benar-benar suatu cabang ilmu pengetahuan.
Demikianlah sejarah sebagai suatu penuturan cerita pengalaman dan tindakan
manusia pada masa lampau baru menjadi ilmu pengetahuan otonom pada awal abad
dua puluh.
Contoh sejarah pengetahuan yaitu pernahkah Anda mendengar
seorang tukang obat menawarkan panacea
(untuk segala macam penyakit) di kaki lima yang berkata, “Untuk urat kaku,
pegal, linu, darah tinggi, sakit bengek, eksim, keputihan, sukar tidur, hilang
nafsu makan, kurang jantan… makanlah tablet ini tiga kai sehari, diguyur dengan
air minum, yang hamil dilarang makan?” Raja obat yang mampu mengobati segala
macam penyakit ini adalah warisan dari zaman dulu, di mana pada waktu itu,
perbedaan antara ujud yang satu dengan ujud yang lain, belum dilakukan. [8]
Pada masyarakat primitif, perbedaan antara berbagi
organisasi kemasyarakatan belum tampak, yang diakibatkan belum adanya pembagian
pekerjaan. Seorang ketua suku, umpamanya, bisa merangkap hakim, penghulu yang
menikahkan, panglima perang, guru besar atau tukang tenung. Sekali kita
menempati status tertentu dalam jenjang kemasyarakatan maka status itu tetap,
ke mana pun kita pergi, sebab organisasi kemasyarakatan pada waktu itu,
hakikatnya hanya satu. Jadi sekali menjadi seorang ahli maka seterusnya dia
akan menjadi seorang ahli. Seorang ahli di bidang peternakan ayam akan dianggap
ahli dalam masalah perkawinan, kebatinan, perdagangan, ekonomi, seks, kenakalan
remaja dan entah apa saja.
Jadi kriteria kesamaan dan bukan perbedaan yang
menjadi konsep dasar pada waktu dulu. Semua menyatu dalam kesatuan yang
batasan-batasannya kabur dan mengambang. Tidak terdapat jarak yang jelas antara
objek yang satu dengan yang lain. Konsep dasar ini baru mengalami perubahan
fundamental, dengan berkembangnya Abad Penalaran (The Age of Reason) pada
pertengahan abad ke-17. Sebelum Charles Darwin menyusun teori evolusinya kita
menganggap semua makhluk adalah serupa yang diciptakan dalam waktu yang sama.
Jadi wajar saja kalau dalam kurun waktu itu tidak terdapat pembedaan antara
berbagai pengetahuan. Pokoknya segala apa yang kita ketahui adalah pengetahuan,
apakah itu cara memburu gajah, cara mengobati sakit gigi, menentukan kapan
mulai bercocok tanam atau biografi para dewa di kayangan. Pokoknya semua adalah
satu apakah itu objeknya, metodenya, atau kegunaannya.
Dengan berkembangnya Abad Penalaran maka konsep dasar
berubah dari kesamaan kepada pembedaan. Mulailah terdapat pembedaan yang jelas
antara berbagai pengetahuan, yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi
pekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur kemasyarakatan. Pohon pengetahuan
mulai dibeda-bedakan paling tidak berdasarkan apa yang diketahui, bagaimana cara mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan.
Salah satu cabang pengetahuan itu yang berkembang
menurut jalannya sendiri adalah ilmu yang berbeda dengan
pengetahuan-pengetahuan lainnya terutama dari segi metodenya. Metode keilmuan
adalah jelas sangat berbeda dengan ngelmu
yang merupakan paradigma dari Abad Pertengahan. Demikian juga ilmu dapat
dibedakan dari apa yang ditelaahnya serta untuk apa ilmu itu dipergunakan.
Deferensiasi dalam bidang ilmu dengan cepat terjadi. Secara metafisika ilmu
mulai dipisahkan dengan moral. Berdasarkan objek yang ditelaahnya mulai
dibedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Orang yang ingin memutar jarum
sejarah kembali dengan mengaburkan batas-batas otonomi masing-masing disiplin
keilmuan. Dengan dalih inter-disipliner maka berbagai disiplin keilmuan
dikaburkan batas-batasnya, perlahan-lahan menyatu dalam kesatuan yang
berdifusi.
Pendekatan inter-disipliner merupakan keharusan, namun
tidak dengan mengaburkan otonomi masing-masing disiplin keilmuan yang telah
berkembang berdasarkan route-nya
masing-masing, melainkan dengan menciptakan paradigma (konsep dasar yang dianut
oleh suatu masyarakat tertentu termasuk masyarakat ilmuwan) baru. Paradigma ini
adalah bukan ilmu melainkan sarana berpikir ilmiah seperti logika, matematika,
statistika, dan bahasa. Setelah Perang Dunia II muncullah paradigma “konsep sistem”
yang diharapkan sebagai alat untuk mengadakan pengkajian bersama antar-disiplin
keilmuan. Jelasnya bahwa pendekatan inter-disipliner bukan merupakan fusi
antara berbagai disiplin keilmuan yang akan menimbulkan anarki keilmuan,
melainkan suatu federasi yang diikat oleh suatu pendekatan tertentu, di mana
tiap disiplin keilmuan dengan otonominya masing-masing, saling menyumbangkan
analisisnya dalam mengkaji objek yang menjadi telaahan bersama.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sejarah adalah peristiwa yang pernah terjadi dan digambarkan secara
terperinci baik meliputi tempat maupun waktu. Sedangkan pengetahuan adalah sumber jawaban dari rasa ingin tahu
manusia dalam kehidupan. Dalam jarum sejarah pengetahuan, kriteria kesamaan dan
bukan perbedaan yang menjadi konsep dasar pada waktu dulu. Semua menyatu dalam
kesatuan yang batasan-batasannya kabur dan mengambang. Tidak terdapat jarak
yang jelas antara objek yang satu dengan yang lain.
Dengan berkembangnya Abad Penalaran maka konsep dasar
berubah dari kesamaan kepada pembedaan. Mulailah terdapat pembedaan yang jelas
antara berbagai pengetahuan, yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi
pekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur kemasyarakatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Dimyati, Muhammad. Pengajaran
Ilmu-ilmu Sosial di Sekolah: Bagian Integral Sistem Ilmu pengetahuan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989.
Suhartono, Suparlan. Dasar-dasar Filsafat. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2009.
Suriasumantri, Jujun S. Ilmu dalam
Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997.
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010.
Http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/03/makna-dan-kegunaan-sejarah (Diakses Selasa, 01 Oktober 2013)
[1] Http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/03/makna-dan-kegunaan-sejarah
(Diakses Selasa,
01 Oktober 2013)
[5]
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), h. 104.
[7] Muhammad Dimyati, Pengajaran
Ilmu-ilmu Sosial di Sekolah: Bagian Integral Sistem Ilmu pengetahuan (Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989), h. 7-8.
[8] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2010), h. 101.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar