DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
1.
Perkembangan Kepribadian ……………………………………………... 2
2.
Perkembangan Sosial Emosi ……………………………………………... 2
3.
Pendekatan Bronfenbrenner ……………………………………………… 3
4.
Teori Psikososial Erikson ……………………………………………… 3
5.
Perkembangan Moral ……………………………………………………… 5
a. Teori
Kohlberg ……………………………………………………… 6
b. Teori
Piaget ……………………………………………………… 6.
6.
Self Esteem dan Self Concept ……………………………………………… 6
GLOSSARY
DAFTAR
PUSTAKA
URAIAN INTI
1.
Perkembangan Kepribadian
Perkembangan
merupakan pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan, yang berlanjut sepanjang
rentang hidup (Santrock, 2007: 7). Pola perubahan itu dapat terjadi pada
berbagai macam hal, di antaranya perubahan kepribadian atau disebut dengan
perkembangan kepribadian. Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara
individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik (Papalia dan Olds, 2001). Dengan kata lain, perkembangan
kepribadian adalah perubahan yang terjadi pada saat individu memperluas ruang
lingkup sosialnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui perkembangan kepribadian
seorang individu, kita harus mengetahui perkembangan sosial emosi individu
tersebut, lingkungan yang mendukung perkembangan sosial, dan perkembangan
moral.
2. Perkembangan Sosial Emosi
Emosi
adalah adalah perasaan yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu
keadaan tertentu (Campos dan Saarni dalam Santrock, 2007:7). Dengan demikian,
emosi ini dapat berupa rasa senang, sedih, takut, dan hal lainnya bergantung
pada interaksi yang sedang dialami oleh seseorang. Selain itu, emosi juga dapat
diartikan dari segi intensitasnya, misalnya ketakutan yang luar biasa pada
waktu tertentu atau rasa nyaman dan tidak nyaman ketika seseorang berada pada
situasi baru.
Emosi
terkait dengan berbagai tujuan yang ingin dicapai oleh setiap individu. Oleh
karena itu, perkembangan emosi sangat diperlukan dalam perkembangan anak,
terutama untuk menjadikan seorang individu berkompeten dalam mengembangkan
keterampilannya dengan konteks sosial. Dengan kata lain, emosi sangat
berpengaruh terhadap perkembangan tingkah laku sosial seorang individu. Dengan
demikian, dapat diartikan bahwa perkembangan sosial emosi adalah perubahan yang terjadi pada diri
seseorang baik dalam emosi maupun dalam kepribadiannya yang melibatkan hubungan
seseorang dengan orang lain (Santrock, 2007:19).
Proses perubahan sosial emosi tidak
dapat terlepas dari proses biologis dan juga proses kognitif. Hal ini
dikarenakan pada dasarnya pola perkembangan manusia dihasilkan oleh hubungan
dari beberapa proses, yaitu proses biologis, proses kognitif, dan proses sosial
emosi (Santrock, 2007: 18). Perubahan
biologis adalah perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang. Selanjutnya, perubahan kognitif adalah perubahan yang terjadi dalam pikiran,
inteligensi, dan bahasa seseorang. Oleh karena itu, ketiga proses perkembangan
ini saling berkaitan.
3. Pendekatan Bronfenbrenner
Sebagaimana yang telah dipaparkan
bahwa perkembangan sosio emosi merupakan perkembangan yang terjadi saat
terjadinya interaksi dengan orang lain. Oleh karena itu, tentu saja terdapat
engaruh lingkungan terhadap perkembangan tersebut. Bronfenbrenner dan Morrys
(dalam Santrock, 2007: 56) mengemukakan bahwa perkembangan sosio emosi
dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan berikut ini.
1) Mikrosistem
adalah lingkungan individu tinggal. Lingkungan ini meliputi keluarga, teman
sebaya, sekolah, dan juga tetangganya.
2) Mesosistem adalah
hubungan antarkonteks. Misalnya, hubungan pengalaman dalam keluarga dan
pengalaman di sekolah.
3) Ekosistem
adalah pengalaman dalam lingkungan sosial lain. dalam lingkungan ini individu
tidak berperan aktif.
4) Makrosistem
adalah budaya dimana individu tersebut tinggal.
5) Kronosistem adalah
pembuatan pola kejadian lingkungan dan transisi sepanjang kehidupan.
4. Teori Psikososial Erikson
Erikson mengemukakan bahwa dalam
perkembangan psikososial (sosio emosi) manusia mengalami delapan tahap
perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut manusia selalu dihadapkan pada
suatu masalah yang harus diselesaikan. Lebih jauh Erikson (dalam Santrock,
2007:46) menjelaskan bahwa masalah yang dihadapi oleh manusia pada setiap tahap
perkembangan merupakan titik tolak mengukur kemampuan dan kelemahan seseorang
dalam mengalami perkembangannya. Semakin baik seseorang menyelesaikan masalah
yang dihadapi pada tahap tersebut, maka semakin baik perkembangan
psikososialnya. Ke delapan tahap tersebut adalah sebagai berikut.
1) kepercayaan
versus ketidakpercayaan (trust versus mistrust) merupakan tahap pertama
dalam perkembangan psikososial anak. Tahap ini
dialami pada masa bayi yaitu pada saat bayi berumur 0-1 tahun. Pada umur
0-1 tentunya bayi sangat bergantung pada orang lain, terutama pada ibu atau
yang merawatnya. Pada tahap inilah terjadi perkembangan rasa percaya atau
tidaknya bayi terhadap lingkungan sekitarnya. Perkembangan rasa percaya yang
dibentuk oleh bayi tersebut berdasarkan kesungguhan atau kualitas penjaganya. Jika
penjaganya mampu membuat bayi tersebut merasa nyaman, akan tercipta rasa
percaya terhadap lingkungan sekitar pada bayi tersebut. Namun sebaliknya, jika
penjaganya tidak berhasil menciptakan rasa percaya pada bayi tersebut, bayi
tersebut akan merasa cemas dan takut terhadap lingkungan sekitar sehingga dia
akan selalu merasa cemas dan mempunyai sifat curiga pada orang lain.
2. Otonomi
versus malu dan ragu-ragu merupakan tahap yang dialami oleh bayi pada umur 1-3 tahun. Pada masa
ini disebut masa balita. Jika bayi telah mampu membangun rasa percaya yang baik
terhadap lingkungan sekitarnya, maka pada masa ini bayi cenderung lebih aktif
ingin melakukan apa saja yang diinginkannya. Kemandirian ingin melakukan suatu
hal sesuai denga keinginan ini disebut dengan otonomi. Oleh karena itu, pada
masa ini bayi tidak boleh dibatasi ruang geraknya. Hal ini dikarenakan
pembatasan ruang gerak pada anak akan menyebabkan anak merasa ragu-ragu dalam
melakukan keinginannya.
3. Inisiatif
versus rasa bersalah merupakan tahap perkembangna yang dialami oleh anak
pada masa kanak-kanaknya yaitu pada tahun prasekolah, pada umur 3-5 tahun. Pada
masa ini anak sudah memasuki dunia sosial yang lebih luas sehingga perilaku
yang ditunjukkan pada masa ini cenderung lebih aktif. Pada masa ini timbul rasa
ingin tahu terhadap segala hal mengenai dunia sekitarnya, sehingga muncul
inisiatif tersendiri dari rasa ingin tahu itu. Meskipun demikian, rasa bersalah
juga dapat muncul pada masa ini. oleh karena itu, jika anak tidak berhasil
melakukan apa yang diinginkannya, dia akan merasa bersalah dan hanya akan
berdiam diri.
4. Kerja
keras versus rasa inferior merupakan tahap perkembangan yang terjadi pada
usia SD. Inisiatif yang terbentuk pada tahap sebelumnya akan menjadikan anak
berhubungan dengan banyak pengalaman baru. Ditingkat ini anak mulai keluar dari
lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah, sehingga semua aspek harus berperan
dengan baik. Misal orang tua harus
selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima
kehadirannya. Pada usia ini anak mengembangkan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan intelektualnya. Selain itu, keungkinan munculnya rasa tidak
berkompeten (inferior) juga akan dapat tumbuh pada tahap ini.
5. Identitas
versus kebingungan identitas merupakan tahap yang berada pada masa remaja
anak. Pada tahap ini individu memiliki banyak peran dan dihadapkan pada masa
mencari tau tentang siapa diri anak itu sebenarnya. Pada tahap inilah akan
tercipta perkembangan identitas jika remaja tersebut diizinkan oleh orang tua untuk
menjalani peran tersebut. jika remaja itu menjalani peran dengan cara yang baik
akan tercipta identitas positif untuk diikuti dalam hidup. Namun, jika suatu
identitas dipaksakan oleh orang tua dan menyebabkan remaja tidak cukup
menjelajahi banyak peran, maka terciptalah kebingungan identitas.
6. Keintiman
versus isolasi merupakan tahap perkembangan yang dialami seseorang selama
masa awal memasuki kedewasaannya. Pada masa ini individu menghadapi tugas yaitu
membentuk hubungan akrab dengan orang lain. jika para dewasa muda membentuk
persahabatan yang baik, keintiman akan tercapai. Namun, jika tidak, akan
terjadi isolasi diri.
7. Generatif
versus stagnasi merupakan tahap perkembangan yang dialami pada masa dewasa
tengah. Pada tahap ini tugas utamanya adalah membantu generasi lebih muda dalam
mengembangkan dan mengarahkan kehidupan (generativitas). Jika ia tidak
melakukan apa-apa terhadap generasi mendatang disebut stagnasi.
8. Integritas
versus keputusasaan merupakan tahap terakhir dalam perkembangan psikososial
ini. tahap ini dialami oleh seseorang pada masa dewasa akhir. Pada tahap ini, seseorang bercermin pada masa
lalu dan menyimpulkan tentang perjalanan hidupnya.
5.
Perkembangan Moral
Perkembangan
moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar
mengenai benar dan salah. (Santrock, 2007:117). Perkembangan moral ini
dipelopori oleh Kohlberg dan Piaget.
a) Teori Kohlberg
Menurut Kohlberg
terdapat tiga tingkatan penalaran moral, yaitu penalaran prakonvensional,
penalaran konvensional, dan penalaran pascakonvensional. Pertama, penalaran prakonvensional adalah tahap perkembangan yang
menginterpretasikan baik buruknya melalui imbalan dan hukuman eksternal.
Artinya, penalaran moral individu dikontrol oleh reward dan punishment
eksternal. Kedua, penalaran
konvensional adalah tahap perkembangan moral yang dialami oleh individu yang
pada saat ini individu individu mematuhi standar tertentu, tetapi standar ini
ditetapkan oleh orang lain. Ketiga,penalaran
pascakonvensional yaitu tahap tertinggi dalam teori Kohlberg. Pada tahap ini
moralitas adalah sesuatu yang sepenuhnya terinternalisasi dan tidak didasari
oleh orang lain.
b) Teori Piaget
Piaget (dalam
Santrock, 2007:117) mengatakan bahwa terdapat dua tahap yang berbeda dalam cara
anak berpikir tentang moralitas.
(a) Heteronimus.
Pada tahap perkembangan moral ini, anak menganggap keadilan dan aturan sebagai
sifat-sifat dunia yang tidak berubah dan lepas dari kendali manusia. Dan
biasanya tahap ini menjadi sudut pandang dari anak usia 4-7 tahun.
(b) Moralitas
otonimus. Pada tahap ini
anak sudah menyadari bahwa hukum dan aturan-aturan itu diciptakan oleh manusia
bahwa menilai tindakan seseorang harus mempertimbangkan maksud si pelaku dan
akibatnya. Anak mengalami fase ini pada usia 7-10 tahun.
6. Self-Esteem dan Self Concept
Perkembangan
kepribadian seorang individu juga dapat dilihat dari pemahaman terhadap dirinya
sendiri. Pemahaman terhadap diri sendiri ini terdiri atas dua konsep yaitu Self-Esteem dan Self Concept. Self-Esteem adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menjelaskan penilaian positif seseorang untuk dirinya sendiri;
penilaian yang dilakukan adalah penilaian secara menyeluruh terhadap dirinya
sendiri. Self Concept adalah adalah
istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang evaluasi yang lebih spesifik
yang dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya.
GLOSSARY
·
Psikososial
Disiplin ilmu yang mempelajari tingkah
laku sosial
·
Proses biologis
Perubahan pada bentuk tubuh
·
Proses kognitif
Perubahan pada pikiran, perasaan,
dan juga bahasa
·
Otonomi
Kemandirian melakukan sesuatu
·
Self esteem
Penilaian positif terhadap diri sendiri
secara umum
·
Self concept
Penilaian
terhadap diri sendiri secara lebih spesifik
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak (Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Papalia, D. E. & Olds, S. W. 1998. Human
Development. Ed. ke-7. New York. McGraw-Hill.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar