Kamis, 20 November 2014

perkembangan anak didik



DAFTAR ISI

            DAFTAR ISI
1.      Perkembangan Kepribadian    ……………………………………………...             2
2.      Perkembangan Sosial Emosi   ……………………………………………...             2
3.      Pendekatan Bronfenbrenner   ………………………………………………            3
4.      Teori Psikososial Erikson        ………………………………………………            3
5.      Perkembangan Moral  ………………………………………………………            5
a.       Teori Kohlberg      ………………………………………………………            6
b.      Teori Piaget           ………………………………………………………            6.
6.      Self Esteem dan Self Concept            ………………………………………………            6
GLOSSARY
DAFTAR PUSTAKA










URAIAN INTI
1. Perkembangan Kepribadian
            Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan, yang berlanjut sepanjang rentang hidup (Santrock, 2007: 7). Pola perubahan itu dapat terjadi pada berbagai macam hal, di antaranya perubahan kepribadian atau disebut dengan perkembangan kepribadian. Perkembangan  kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik (Papalia dan Olds, 2001). Dengan kata lain, perkembangan kepribadian adalah perubahan yang terjadi pada saat individu memperluas ruang lingkup sosialnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui perkembangan kepribadian seorang individu, kita harus mengetahui perkembangan sosial emosi individu tersebut, lingkungan yang mendukung perkembangan sosial, dan perkembangan moral.
2. Perkembangan Sosial Emosi
Emosi adalah adalah perasaan yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan tertentu (Campos dan Saarni dalam Santrock, 2007:7). Dengan demikian, emosi ini dapat berupa rasa senang, sedih, takut, dan hal lainnya bergantung pada interaksi yang sedang dialami oleh seseorang. Selain itu, emosi juga dapat diartikan dari segi intensitasnya, misalnya ketakutan yang luar biasa pada waktu tertentu atau rasa nyaman dan tidak nyaman ketika seseorang berada pada situasi baru.
Emosi terkait dengan berbagai tujuan yang ingin dicapai oleh setiap individu. Oleh karena itu, perkembangan emosi sangat diperlukan dalam perkembangan anak, terutama untuk menjadikan seorang individu berkompeten dalam mengembangkan keterampilannya dengan konteks sosial. Dengan kata lain, emosi sangat berpengaruh terhadap perkembangan tingkah laku sosial seorang individu. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa perkembangan sosial emosi adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang baik dalam emosi maupun dalam kepribadiannya yang melibatkan hubungan seseorang dengan orang lain (Santrock, 2007:19).
            Proses perubahan sosial emosi tidak dapat terlepas dari proses biologis dan juga proses kognitif. Hal ini dikarenakan pada dasarnya pola perkembangan manusia dihasilkan oleh hubungan dari beberapa proses, yaitu proses biologis, proses kognitif, dan proses sosial emosi (Santrock, 2007: 18). Perubahan biologis adalah perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang.  Selanjutnya, perubahan kognitif adalah perubahan yang terjadi dalam pikiran, inteligensi, dan bahasa seseorang. Oleh karena itu, ketiga proses perkembangan ini saling berkaitan.
3. Pendekatan Bronfenbrenner
            Sebagaimana yang telah dipaparkan bahwa perkembangan sosio emosi merupakan perkembangan yang terjadi saat terjadinya interaksi dengan orang lain. Oleh karena itu, tentu saja terdapat engaruh lingkungan terhadap perkembangan tersebut. Bronfenbrenner dan Morrys (dalam Santrock, 2007: 56) mengemukakan bahwa perkembangan sosio emosi dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan berikut ini.
1)      Mikrosistem adalah lingkungan individu tinggal. Lingkungan ini meliputi keluarga, teman sebaya, sekolah, dan juga tetangganya.
2)      Mesosistem adalah hubungan antarkonteks. Misalnya, hubungan pengalaman dalam keluarga dan pengalaman di sekolah.
3)      Ekosistem adalah pengalaman dalam lingkungan sosial lain. dalam lingkungan ini individu tidak berperan aktif.
4)      Makrosistem adalah budaya dimana individu tersebut tinggal.
5)      Kronosistem adalah pembuatan pola kejadian lingkungan dan transisi sepanjang kehidupan.
4. Teori Psikososial Erikson
            Erikson mengemukakan bahwa dalam perkembangan psikososial (sosio emosi) manusia mengalami delapan tahap perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut manusia selalu dihadapkan pada suatu masalah yang harus diselesaikan. Lebih jauh Erikson (dalam Santrock, 2007:46) menjelaskan bahwa masalah yang dihadapi oleh manusia pada setiap tahap perkembangan merupakan titik tolak mengukur kemampuan dan kelemahan seseorang dalam mengalami perkembangannya. Semakin baik seseorang menyelesaikan masalah yang dihadapi pada tahap tersebut, maka semakin baik perkembangan psikososialnya. Ke delapan tahap tersebut adalah sebagai berikut.
1)  kepercayaan versus ketidakpercayaan (trust versus mistrust) merupakan tahap pertama dalam perkembangan psikososial anak. Tahap ini  dialami pada masa bayi yaitu pada saat bayi berumur 0-1 tahun. Pada umur 0-1 tentunya bayi sangat bergantung pada orang lain, terutama pada ibu atau yang merawatnya. Pada tahap inilah terjadi perkembangan rasa percaya atau tidaknya bayi terhadap lingkungan sekitarnya. Perkembangan rasa percaya yang dibentuk oleh bayi tersebut berdasarkan kesungguhan atau kualitas penjaganya. Jika penjaganya mampu membuat bayi tersebut merasa nyaman, akan tercipta rasa percaya terhadap lingkungan sekitar pada bayi tersebut. Namun sebaliknya, jika penjaganya tidak berhasil menciptakan rasa percaya pada bayi tersebut, bayi tersebut akan merasa cemas dan takut terhadap lingkungan sekitar sehingga dia akan selalu merasa cemas dan mempunyai sifat curiga pada orang lain. 

2. Otonomi versus malu dan ragu-ragu merupakan tahap yang  dialami oleh bayi pada umur 1-3 tahun. Pada masa ini disebut masa balita. Jika bayi telah mampu membangun rasa percaya yang baik terhadap lingkungan sekitarnya, maka pada masa ini bayi cenderung lebih aktif ingin melakukan apa saja yang diinginkannya. Kemandirian ingin melakukan suatu hal sesuai denga keinginan ini disebut dengan otonomi. Oleh karena itu, pada masa ini bayi tidak boleh dibatasi ruang geraknya. Hal ini dikarenakan pembatasan ruang gerak pada anak akan menyebabkan anak merasa ragu-ragu dalam melakukan keinginannya.

3. Inisiatif versus rasa bersalah merupakan tahap perkembangna yang dialami oleh anak pada masa kanak-kanaknya yaitu pada tahun prasekolah, pada umur 3-5 tahun. Pada masa ini anak sudah memasuki dunia sosial yang lebih luas sehingga perilaku yang ditunjukkan pada masa ini cenderung lebih aktif. Pada masa ini timbul rasa ingin tahu terhadap segala hal mengenai dunia sekitarnya, sehingga muncul inisiatif tersendiri dari rasa ingin tahu itu. Meskipun demikian, rasa bersalah juga dapat muncul pada masa ini. oleh karena itu, jika anak tidak berhasil melakukan apa yang diinginkannya, dia akan merasa bersalah dan hanya akan berdiam diri.

4. Kerja keras versus rasa inferior merupakan tahap perkembangan yang terjadi pada usia SD. Inisiatif yang terbentuk pada tahap sebelumnya akan menjadikan anak berhubungan dengan banyak pengalaman baru. Ditingkat ini anak mulai keluar dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah, sehingga semua aspek harus berperan dengan baik.  Misal orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya. Pada usia ini anak mengembangkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektualnya. Selain itu, keungkinan munculnya rasa tidak berkompeten (inferior) juga akan dapat tumbuh pada tahap ini.

5. Identitas versus kebingungan identitas merupakan tahap yang berada pada masa remaja anak. Pada tahap ini individu memiliki banyak peran dan dihadapkan pada masa mencari tau tentang siapa diri anak itu sebenarnya. Pada tahap inilah akan tercipta perkembangan identitas jika remaja tersebut diizinkan oleh orang tua untuk menjalani peran tersebut. jika remaja itu menjalani peran dengan cara yang baik akan tercipta identitas positif untuk diikuti dalam hidup. Namun, jika suatu identitas dipaksakan oleh orang tua dan menyebabkan remaja tidak cukup menjelajahi banyak peran, maka terciptalah kebingungan identitas.

6. Keintiman versus isolasi merupakan tahap perkembangan yang dialami seseorang selama masa awal memasuki kedewasaannya. Pada masa ini individu menghadapi tugas yaitu membentuk hubungan akrab dengan orang lain. jika para dewasa muda membentuk persahabatan yang baik, keintiman akan tercapai. Namun, jika tidak, akan terjadi isolasi diri.

7. Generatif versus stagnasi merupakan tahap perkembangan yang dialami pada masa dewasa tengah. Pada tahap ini tugas utamanya adalah membantu generasi lebih muda dalam mengembangkan dan mengarahkan kehidupan (generativitas). Jika ia tidak melakukan apa-apa terhadap generasi mendatang disebut stagnasi.

8. Integritas versus keputusasaan merupakan tahap terakhir dalam perkembangan psikososial ini. tahap ini dialami oleh seseorang pada masa dewasa akhir.  Pada tahap ini, seseorang bercermin pada masa lalu dan menyimpulkan tentang perjalanan hidupnya.

5. Perkembangan Moral
            Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. (Santrock, 2007:117). Perkembangan moral ini dipelopori oleh Kohlberg dan Piaget.
a)      Teori Kohlberg
            Menurut Kohlberg terdapat tiga tingkatan penalaran moral, yaitu penalaran prakonvensional, penalaran konvensional, dan penalaran pascakonvensional. Pertama, penalaran prakonvensional adalah tahap perkembangan yang menginterpretasikan baik buruknya melalui imbalan dan hukuman eksternal. Artinya, penalaran moral individu dikontrol oleh reward dan punishment eksternal. Kedua, penalaran konvensional adalah tahap perkembangan moral yang dialami oleh individu yang pada saat ini individu individu mematuhi standar tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh orang lain. Ketiga,penalaran pascakonvensional yaitu tahap tertinggi dalam teori Kohlberg. Pada tahap ini moralitas adalah sesuatu yang sepenuhnya terinternalisasi dan tidak didasari oleh orang lain.

b)     Teori Piaget  
            Piaget (dalam Santrock, 2007:117) mengatakan bahwa terdapat dua tahap yang berbeda dalam cara anak berpikir tentang moralitas.
(a)  Heteronimus. Pada tahap perkembangan moral ini, anak menganggap keadilan dan aturan sebagai sifat-sifat dunia yang tidak berubah dan lepas dari kendali manusia. Dan biasanya tahap ini menjadi sudut pandang dari anak usia 4-7 tahun.
(b) Moralitas otonimus. Pada tahap ini anak sudah menyadari bahwa hukum dan aturan-aturan itu diciptakan oleh manusia bahwa menilai tindakan seseorang harus mempertimbangkan maksud si pelaku dan akibatnya. Anak mengalami fase ini pada usia 7-10 tahun.

6. Self-Esteem dan Self Concept
            Perkembangan kepribadian seorang individu juga dapat dilihat dari pemahaman terhadap dirinya sendiri. Pemahaman terhadap diri sendiri ini terdiri atas dua konsep yaitu Self-Esteem dan Self Concept. Self-Esteem adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan penilaian positif seseorang untuk dirinya sendiri; penilaian yang dilakukan adalah penilaian secara menyeluruh terhadap dirinya sendiri. Self Concept adalah adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang evaluasi yang lebih spesifik yang dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya.












GLOSSARY
·         Psikososial
Disiplin ilmu yang mempelajari tingkah laku sosial
·         Proses biologis
Perubahan pada bentuk tubuh
·         Proses kognitif
Perubahan pada pikiran, perasaan, dan juga bahasa
·         Otonomi
Kemandirian melakukan sesuatu
·         Self esteem
Penilaian positif terhadap diri sendiri secara umum
·         Self concept
Penilaian terhadap diri sendiri secara lebih spesifik

           













DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak (Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Papalia, D. E. & Olds, S. W. 1998. Human Development. Ed. ke-7. New York. McGraw-Hill.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar