Kamis, 20 November 2014

ilmu dan kebudayaan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu  secara mendalam mengenai ketuhanan, alam manusia, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat yang dapat dicapai akal manusia setelah mencapai pengetahuan. Filsafat pengetahuan membicarakan tentang ontologis, epistomologis, dan aksiologi. Dalam kajian aksiologi ilmu membicarakan untuk apa dan untuk siapa. Dalammakalahini kamimembahastentangilmu dan kebudayaan, sertaperkembangan ilmu dan kebudayaan.
Nilai-nilai budaya adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar segenap wujud kebudayaan. Kegiatan manusia mencerminkan budaya yang dikandungnya. Pada dasarnya tata hidup merupakan pencerminan kongkret dari nilai budaya yang bersifat abstrak. Pada hakikatnya yaitu kegiatan manusia dapat ditangkap oleh pancaindera sedangkan nilai budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh perwujudan kebudayaan yang ketiga yaitu berupa sarana kebudayaan. Sarana kebudayaan ini pada dasarnya merupakan perwujudan yang bersifat fisik yang merupakan produk dari kebudayaan atau alat yang memberikan kemudahan berkehidupan.[1]
Ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan nilai moral suatu masyarakat. Keseluruhan fasedari kebudayaan tersebut di atas sangat erat hubungannya dengan pendidikan sebab semua materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh manusia secara sadar lewat proses belajar. Lewat proses pembelajaran inilah diteruskan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya. Kebudayaan diteruskan dari waktu ke waktu; kebudayaan masa kini disampaikan ke masa yang akan datang. Dengan demikian, kebudayaan  secara langsung dapat diperoleh melalui pendidikan.[2]
Suraijyomenjelaskan bahwa pada hakikatnya ilmu merupakan unsur dari kebudayaan, antara ilmu dan kebudayaan ada hubungan pengaruh timbal-balik.[3]Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan, sedangkan  perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan. Hal ini merupakan sistem pola yang bersifat mutlak. Keadaan sosial dan kebudayaan, saling tergantung dan saling mendukung. Keduanya bersinergi untuk tetap saling memperngaruhi satu sama lain. Pada beberapa kebudayaan, ilmu dapat  berkembang dengan subur. Disini ilmu mempunyai  peran ganda yakni: 1) Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung  pengembangan  kebudayaan. 2) Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa.
1.2  Rumusan Masalah
Dari beberapa hal yang telah diungkapkan dalam  latar belakang di atas didapatkan suatu rumusan masalah, yaitu:
a.    Apakah pengertian ilmu dan pengertian kebudayaan?
b.    Bagaimana perkembangan ilmu dan perkembangan kebudayaan?

1.3  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a.    Untuk mengetahui pengertian ilmu dan pengertian kebudayaan
b.    Untuk mengetahui perkembangan ilmu dan perkembangan kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN



2.1  Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman dengan wazan fa’ila, yaf’alu, yang berarti mengerti memahami benar – benar. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut science; dari bahasa Latin scientia (pengetahuan), scire (mengetahui). Sinonim yang paling dekat dengan bahasa Yunani adalah episteme. Dan pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tetang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode – metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala – gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia. Melalui ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih murah. Peradapan manusia sangat berhutang kepada ilmu, karena ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Ilmu adalah pengetahuan yang pasti, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi. Ilmu membentuk daya intelegensi yang menghasilkan  keterampilan atau (skill).[4] Ilmu merupakan sesuatu yang diketahui oleh individu. Ilmu digali dan ditemukan oleh manusia untuk mempermudah aktivitas dalam kehidupannya. Praja menyatakan ilmu sebagai sesuatu yang melekat pada manusia di mana ia dapat mengetahui segala sesuatu yang asalnya ia tidak ketahui.[5] Ilmu dapat dikatakan secara umum itu berarti tahu. Ilmu itu pengetahuan. Seseorang yang memilki banyak ilmu dapat dikatakan sebagai seorang ilmuan, ahli pengetahuan dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian di atas, ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh oleh manusia dengan syarat kriteria ilmiah yang merupakan kebenaran. Pada hakikatnya tujuan ilmu untuk mempermudah aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya. Berdasarkan hal tersebut Van Melsen dalamSuraijyo mengemukakan ada delapan  ciri yang menandai ilmu, yaitu:
1.    Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis).
2.    Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuwan.
3.    Universalitas ilmu pengetahuan, semua ilmu yang diketahui itu bersifat universal.
4.    Obyektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh obyek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subyektif.
5.    Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan. Ilmu pada dasarnya sudah diakui oleh peneliti ilmiah. Terdapat kesepakatan yang sesuai dengan fakta dan pengetahuan yang ada.
6.    Progresivitas artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan-perta-nyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi.
7.    Kritis, artinya tidak ada teori yang definitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
8.    Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertauan antara teori dengan praktis.[6]

2.2  Hakikat Ilmu
Melalui hakikat ilmu dan nilai-nilai yang dikandungnya memiliki pengaruh terhadap pengembangan kebudayaan nasional yang kembali lagi pada tujuannya untuk mempermudah aktivitas manusia. Pada dasarnya bagaimana peranan ilmu sebagai sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan nasional. Tapi sebelumnya pemahaman mengenai hakikat ilmu akan membantu untuk meningkatkan peranan keilmuan. Berdasarkan hal tersebut berikut menurut Suriasumantri peranan ilmu yaitu:
1)   Ilmu Sebagai Suatu Cara Berpikir
Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan pengetahuan yang berupa pengetahuan yang dapat di andalkan. Ilmu merupakan produk dari proses berpikir menurut langkah-langkah tertentu yang secara umum disebut sebagai berpikir ilmiah. Dari hakikat berpikir ilmiah tersebut kita dapat menyimpulkan beberapa karakteristik ilmu. Menurut Suriasumantri karakteristik ilmu yaitu:
a)    Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar
b)   Ilmu memiliki alurjalan pikiran yang logis dan konsisten dengan pengetahuan yang telah ada.
c)    Memperoleh ilmu dilakukan pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif.
d)   Ilmu memiliki mekanisme yang terbuka terhadap koreksi.

Dengan demikian, maka manfaat nilai yang dapat ditarik dari karakteristik ilmu adalah sifat rasional, logis, objektif dan terbuka, serta dilandasi oleh sifat kritis untuk mengetahui perkembangan ilmu. Ilmu yang diperoleh dari pengetahuan dan kriteria lainnya. Pada dasarnya ilmu merupakan bagian dari pengetahun dan pengetahuan merupakan unsur kebudayaan.

2)      Ilmu Sebagai Asas Moral
Ilmu merupakan proses berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, atau secara sederhana, ilmu bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Kriteria kebenaran bersifat otonom dan terbebas dari struktur kekuasaan di luar bidang keilmuan. Bagi kaum ilmuan terdapat dua asas moral yaitu meninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal. Tentu saja dalam kenyataannya pelaksanaan asas moral ini tidak mudah sebab sejak tahap perkembangan ilmu pada kegiatan ilmiah dipengaruhi oleh struktur kekuasaan dari luar.[7]

2.3 Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa Sangsekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Berikut ini beberapa pengertian kebudayaan dari para ahli yaitu :
a.   Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuang manusia terhadap dua pengaruh kuat yakni alam dan zaman (kodrat dan manusia) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
b.   Sultan Takdir Alisyahbana
Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas sebab semua laku dan perbuatan tercangkup di dalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir termaksud di dalamnya perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.
c.    Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
d.   A.L Kroeber dan C. Kluckhohn
Kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya
e.    Malinowski
Kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas. Misalnya guna memenuhi kebutuhan manusia akan keselamatannya maka timbul kebudayaan yang berupa perlindungan yakni seperangkat budaya dalam bentuk tertentu seperti lembaga kemasyarakatan.[8]
Dari pendapat-pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwakebudayaan merupakan suatu analisis tertentu yang mengandung makna totalitas dari dari hasil cipta dan karya yang bersumber dari akal budi manusia.
2.4  Ilmu dan Kebudayaan
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. MenurutTalcot Parsons dalam Suriasumantri, mereka saling mendukung satu sama lain : Dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembang dengan pesat, demikian pula sebaliknya, masyarakat tersebut tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa didukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapan.[9]
Ilmu dan kebudayaan berada pada posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan dipihak lain , pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan.Ilmu terpadu secara intim dengan keseluruhan sistem sosial dan tradisi kebudayaan.
Menurut E.B Taylor dalam buku Primitive Culture ,1871 yang dikutip oleh Jujun, kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.[10]
Selain dari pendapat diatas terdapat ratusan lain definisi tentang kebudayaan yang telah dipublikasikan tentang kebudayaan selama lebih kurang tiga perempat abad, namun pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang bersifat prinsip dengan definisi pertama yang dicetuskan Taylor.
Menurut Kunjraningrat dalam Suriasumantri menyatakan bahwa kebudayaan terdiri atas system religi dan kepercayaan,upacara keagamaan,system dan organisasi kemasyarakatan,system pengetahuan, bahasa, kesenian,system mata pencarian serta teknologi dan peralatan.[11]
Manusia sebagai suatu objek dan sekaligus subjek dari suatu kebudayaan memiliki kebutuhan –kebutuhan yang sangat banyak,pemenuhan kebutuhan inilah yang menjadi salah satu cara manusia untuk mengembangkan unsur-unsur kebudayaan yang dikenalnya
Maslow dalam Suriasumantrikebutuhan manusia sebagai makhluk diidentifikasi menjadi lima kelompok, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, afiliasi, harga diri dan pengembangan potensi.
Ă¼  Fisiologis berhubungan dengan seluk beluk kelompok,fungsi dan bagian kehidupan.
Ă¼  Rasa aman berhubungan dengan perlindungan diri.
Ă¼  Afiliasai berhubungan dengan kerjasama atau hubungan dengan orang lain.
Ă¼  Harga diri berhubungan dengan kehormatan
Ă¼  Pengembangan potensi berhubungan dengan kemampuan untuk memaksimalkan bakat dan sebagainya.[12]
Manusia sebagai makhluk tuhan pada dasarnya tidak mampu untuk bertindak instrintif atau berdasarkan naruni semata seperti yang terjadi pada hewan. Oleh karena itulah dikembangkan suatu cara untuk mengajarkan cara hidup yang kita sebut sebagai kebudayaan. Akan tetapi meski tidak dapat bertindak instrintif, manusia memiliki kemampuan komunikasi, belajar dan menguasai objek-objek secara fisik.
Nilai-nilai kebudayaan adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan. Selain nilai budaya kebudayaan juga diwujudkan dalam tata hidup yang merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya. Nilai budaya bersifat abstrak sedangkan tata hidup bersifat real. Kegiatan manusia dapat ditangkap oleh panca indera sedangkan nilai budaya hanya tertangguk oleh budi manusia.
Keseluruhan yang dipaparkan diatas sangat erat kaitannya dengan pendidikan, sebab semua materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh manusia dengan sadar lewat proses belajar, secara belajarlah yang membuat transfer kebudayaan dari generasi yang satu kegenerasi berikutnya. Dengan demikian kebudayaan diteruskan dari waktu kewaktu : kebudayaan yang telah lalu bereksitensi pada masa kini, kebudayaan masa kini disampaikan ke masa yang akan datang.
Kebudayaan adalah hasil cipta, karya dari manusia, yang bersumber dari akal, rasa dan kehendak manusia. Oleh karena itu, kebudayaan tidak akan dapat berhenti, selama manusia masih menciptakan karya maka, prosesnya akan terus ada. Selama adanya aktivitas manusia untuk mencapai keinginan dan kehendaknya untuk hidup berkualitas. Dengan demikian, apabila kebudayaan adalah hasil karya manusia, maka ilmu ilmu sebagai hasil akal pikir manusia juga merupakan kebudayaan. Namun dapat dikatakan sebagai hasil akhir dalam perkembangan  mental manusia dan dapat dianggap sebagai hasil yang paling optimal dalam kebudayaan manusia.

2.5   Kebudayaan dan Pendidikan
Aliport, Vermon, dan Lindzeydikutip Suriasumantri mengidentifikasikan enam nilai dasar dalam kebudayaan yakni nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik, dan agama.[13] Nilai teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode, seperti rasionalisme, empirisme, dan metode ilmiah. Nilai ekonomi mencakup kegunaan dan berbagai benda dalam memenuhi kebutuhan manusia. Nilai estetika berhubungan dengan keindahan dan segi-segi artistik yang menyangkut antara lain bentuk, harmoni, wujud kesenian lainnya yang memberikan kenikmatan kepada manusia. Nilai sosial berorientasi pada hubungan antarmanusia dan penekanan segi-segi kemanusiaan yang luhur. Nilai politik berpusat pada kekuasaan dan pengaruh baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dunia politik sedangkan nilai agama merengkuh penghayatan yang bersifat mistik dan transedental dalam usaha manusia untuk mengerti dan memberi arti bagi kehadirannya di muka bumi.
Pendidikan salah satu media penyampaian ilmu. Berdasarkan hal tersebut Suriasumantri mengemukakan masalah yang dihadapi pendidikan adalah menetapkan nilai-nilai budaya apa yang harus dikembangkan pada diri generasi muda (anak kita)[14]. Pendidikan dapat diartikan secara luas sebagai usaha sadar dan sistematis dalam membantu mengembangkan pikiran, kepribadian dan fisiknya. Oleh karena itu, selalu dibutuhkan untuk mengkaji masalah tersebut. Nilai budaya harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan. Usaha pendidikan yang sadar dan sistematis mengharuskan untuk bersikap eksplisit dan definitive tentang nilai-nilai budaya tersebut.

2.6   Perkembangan Ilmu dan Kebudayaan Nasional
Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Suriasumantri menyatakan pada satu pihak perkembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaann.[15]Di lain pihak, pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunyai peranan ganda. Pertama, ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya perkembangan kebudayaan nasional. Kedua, ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa. Pada kenyataannya kedua fungsi ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan. Dengan demikian, terdapat nilai-nilai ilmiah pada pengembangan kebudayaan nasional yang didasarkan ke arah peningkatan peranan keilmuan. Berikut secara rinci Suriasumantri menjelaskan mengenai dua hal tersebut:
1)   Nilai-nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalahperubahan kebudayaan yang sekarang bersifat konvensional ke arah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan apresiasi dan tujuan nasional. Proses pengembangan kebudayaan ini pada dasarnya adalah penafsiran kembali nilai-nilai konvensional agar nilai sesuai dengan tuntunan zaman serta pertumbuhan nilai-nilai baru yang fungsional.
2)   Peningkatan Peranan Keilmuan
Keadaan masyarakat kita sekarang masih jauh dari tahap masyarakat yang berorientasi pada ilmu. Bahkan dalam masyarakat yang telah terdidik pun ilmu masih merupakan koleksi teori-teori yang bersifat akademik yang sama sekali tidak fungsional  dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, perlunya meningkatkan peranan dan kegiatan  keilmuan yang pada pokoknya mengandung beberapa pemikiran dibawah ini:
a) Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab itu langkah-langkah ke arah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat kita.
b) Ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran.
c) Asumsi dasar dari semua kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah rasa percaya terhadap metode yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut.
d)Pendidikan keilmuan harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral. Makin pandai seseorang dalam bidang keilmuan dianggap harus makin luhur landasan moralnya.
e) Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan.
f)  Kegiatan ilmiah harus bersifat otonom yang terbebas dari kekangan struktur kekuasaan.[16]
Berdasarkan hal tersebut, pengkajian pengembangan kebudayaan nasional tidak dapat dilepaskan dari pengembangan ilmu. Dalam kurun dewasa ini yang dikenal sebagai kurun ilmu dan teknologi, kebudayaan kita pun tak terlepas dari pengaruhnya, dan mau tidak mau harus ikut memperhitungkan faktor ini. Oleh karena itu, pengkajian akan difokuskan pada usaha untuk meningkatkan peranan ilmu sebagai sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan nasional. Dalam hal ini, akan dikaji hakikat dan nilai-nilai yang dikandungnya serta pengaruhnya terhadap pengembangan kebudayaan nasional.
Kebudayaan Indonesia pada hakekatnya adalah satu. Walaupun Indonesia memiliki perbedaan perbedaan budaya, tradisi, adat istiadat dan kebiasaan. Tetapi, dengan tujuan dan semangat kebangasaan budaya Indonesia yang beragam tetap utuh dan satu dalam perbedaaan tersebut.  Pada  dasarnya corak ragam kebudayaan yang ada menggambarkan kekayaan kebudayaan bangsa Indonesia yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya. Hasil-hasil dari pengembangan budaya tersebut dapat dinikmati oleh seluruh bangsa. Oleh karena itu, pentingnya pembinaan dan pemeliharaan kebudayaan nasional. Pentingnya dilakukan penggalian dan pemupukan kebudayaan daerah sebagai unsur penting yang memperkaya dan memberi corak kepada kebudayaan nasional.
Tradisi serta peninggalan sejarah yang mempunyai nilai perjuangan dan kebanggaan serta kemanfaatan nasional juga dibina dan dipelihara untuk dapat diwariskan kepada generasi muda. Pembinaan kebudayaan nasional harus sesuai dengan norma-norma Pancasila. Di samping itu harus dicegah timbulnya nilai-nilai sosial budaya yang bersifat feodal dan untuk menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif. Di lain pihak cukup memberikan kemannpuan masyarakat untuk menyerap nilai-nilai  dari luar  yang positif dan yang memang diperlukan bagi  pembaharuan dalam  proses  pembangunan,  selama  tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa.
Pola kebudayaan muncul berdasarkan sistem suatu masyarakat. Perkembangannya dipengaruhi oleh ilmu, menurut Suriasumantri mengemukakan di negara kita telah mengalami polarisasi membentuk kebudayaan sendiri.[17] Polarisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pembagian atas dua bagian (kelompok orang yang berkepentingan) yang berlawanan. Polarisasi ini didasarkan kepada kecendrungan beberapa kalangan tertentu untuk memisahkan ke dalam dua golongan yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial. Perbedaan ini menjadi sedemikian tajam seolah-olah kedua golongan itu membentuk dirinya sendiri yang masing-masing terpisah satu sama lain. Seakan-akan terdapat dua kebudayaan dalam bidang keilmuan. Tak dapat disangkal terdapat perbedaan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, namun perbedaan ini hanya bersifat teknis. Jika di telaah kembali dasar ontologis,epostemologis, danaksiologisnyasama.















BAB III
KESIMPULAN

Ilmu adalah pengetahuan yang pasti, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi. Ilmu membentuk daya intelegensi yang menghasilkan  keterampilan atau (skill).
Kebudayaan adalah hasil cipta, karya dari manusia, yang bersumber dari akal, rasa dan kehendak manusia.
Perkembangan ilmu dan kebudayaan sangat beriringan. Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung kebudayaan.




















DAFTAR PUSTAKA


Praja, Juhaya S. (2003). Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Prenada Media.

Suriasumantri, Jujun S. (2005). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Surajiyo. (2009). “Hubungan dan Peranan Ilmu terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional”.  http://research.mercubuana.ac.id/?p=84. Di akses online 28 November 2013.

Susanto. (2011). Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: PT. Bumi Aksara.













ILMU DAN KEBUDAYAAN
Disajikan Untuk Mata Kuliah FilsafatIlmu
Dosen Pengampu: Dr. Endang K. Trijanto, M.PddanDr. Hanif Pujiati








Disusun Oleh :

Franscy                        (7316130261)
Fahruldin         (7316130257)
Nuraini                        (7316130      )


MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013



[1]Jujun S.Suriasumantri.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.262
[2]Jujun S.Suriasumantri,.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.236
[3]Suraijyo, HubungandanPeranIlmuterhadapPengembanganKebudayaanNasional.2009. Hlm. 8
[4]Susanto.FilsafatIlmu: SuatuKajiandalamDimensiOntologis, Epistemologis, danAksiologis(Jakarta: PT. BumiAksara, 2011) hlm.122
[5]S Juhaya, Praja. Aliran-aliran Filsafat dan Etika (Jakarta: Prenada Media, 2003).hlm. 9

[6]Van MelsendalamSurajiyo, HubungandanPeranIlmuterhadapPengembanganKebudayaanNasional.2009. Hlm. 4
[7]Jujun S.Suriasumantri.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.273-275
[8]SupartonoWidyosiswoyodalamSurajiyo, HubungandanPeranIlmuterhadapPengembanganKebudayaanNasional.2009. Hlm. 4
[9]Talcotdalam Jujun S.Suriasumantri.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.272
[10]Taylor dalamJujun S.SuriasumantriFilsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.261
[11]Kunjraningratdalam_______________.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.261
[12]Maslow dalam Jujun S.Suriasumantri.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.262
[13]Allportdkkdalam Jujun S.Suriasumantri.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.263
[14]Jujun S.Suriasumantri.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.264
[15]Jujun S.Suriasumantri.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.272
[16]Jujun S.Suriasumantri.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.278-280
[17]Jujun S.Suriasumantri.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.281

Tidak ada komentar:

Posting Komentar