Makalah
Filsafat Ilmu
Struktur
Pengetahuan Ilmiah
Disusun
Oleh:
Kelompok
2
Melinda
Puteri
Paras
Sekar Liana
Tanti
Sri Kuswiyanti
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
A.
Latar
Belakang
Pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Berbedanya cara dalam
mendapatkan pengetahuan tersebut serta tentang apa yang dikaji oleh pengetahuan
tersebut membedakan antara jenis pengetahuan yang satu dengan yang lainnya.
Pengetahuan
dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai
bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua adalah kemampuan berpikir menurut
suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti
ini disebut penalaran.[1]
Penalaran
merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai
dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara
tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses
penarikannya dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat didefinisikan
sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”.[2]
Pengetahuan
banyak jenisnya, salah satunya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang objek telaahnya adalah dunia empiris dan proses pendapatkan
pengetahuannya sangat ketat yaitu menggunakan metode ilmiah. Ilmu menggabungkan
logika deduktif dan induktif, dan penentu kebenaran ilmu tersebut adalah dunia
empiris yang merupakan sumber dari ilmu itu sendiri. Pengetahuan yang diproses
menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat
keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah atau
ilmu. Pada pengetahuan ilmiah terdapat struktur yang telah ditetapkan oleh para
ahli sebelumnya. Makalah ini akan membahas lebih dalam mengenai struktur
pengetahuan ilmiah
B.
Rumusan Masalah
- Apakah struktur pengetahuan ilmiah ?
- Bagaimana struktur pengetahuan ilmiah ?
- Apa ciri struktur pengetahuan ilmiah ?
- Apa tujuan pengetahuan ilmiah?
- Apa yang dimaksud sarana berfikir ilmiah?
C. Tujuan
1.
Mengetahui
apa itu struktur pengetahuan ilmiah
2.
Mengetahui
bagaimana struktur pengetahuan ilmiah
3.
Mengetahui
ciri struktur pengetahuan ilmiah
4.
Mengetahui
tujuan pengetahuan ilmiah
5.
Mengatahui
yang dimaksud dengan sarana berfikir ilmiah
D.Struktur Pengetahuan
Ilmiah
Pengatahuan ilmiah atau ilmu
adalah pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah dan memenuhi
syarat-syarat keilmuan. Pengetahuan ilmiah diproses lewat serangkaian langkah-
langkah tertentu yang dilakukan dengan penuh kedisiplinan, karakteristik inilah
membuat ilmu dikonotasikan sebagai disiplin. Disiplin ilmu berkembang relatif lebih cepat bila
dibandingkan dengan pengatahuan- pengatahuan lainnya.[3]
Pengatahuan ilmiah yang baru
akan lahir dan memperkaya khasanah ilmu yang ada, jika telah melakukan
hipotesis secara formal dan teruji kebenarannya. Jika sebuah pengetahuan ilmiah
yang baru tersebut benar, maka pernyataan yang terkandung dalam pengetahuan ini
dapat dipergunakan sebagai premis baru dalam kerangka pemikiran yang menghasilkan
pengetahuan- pengetahuan ilmiah baru pula. Pada dasarnya ilmu dibangun secara
bertahap dan sedikit demi sedikit sesuai kemampuan para ilmuan memberikan
sumbangan ilmunya. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat
menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan
serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut bedasarkan penjelasan yang
ada. Secara garis besar terdapat 4 (empat) jenis pola penjelasan; (1) Deduktif,
(2) Probabilistik, (3) Funsional/teologis, dan (4) Genetik.[4]
Penjelasan
keilmuan memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan
ramalan tersebut kita bisa melakukan upaya untuk mengontrol agar ramalan
tersebut menjadi kenyataan atau tidak. Jadi pengetahuan ilmiah pada hakikatnya
mempunyai tiga fungsi, yakni menjelaskan, meramalkan dan mengontrol.
Teori merupakan pengetahuan
ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah
disiplin keilmuan. Tujuan akhir dari tiap disiplin keilmuan adalah
mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten. Sebuah
teori biasanya terdiri dari hukum- hukum. Dalam teori ilmu ekonomi mikro
misalnya kita mengenal hukum permintaan dan penawaran. Hukum pada hakikatnya
merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih
dalam suatu kaitan sebab akibat. Secara mudah maka kita dapat mengatakan bahwa
teori adalah pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan tentang “mengapa”
suatu gejala-gejala terjadi sedangkan hukum memberikan kemampuan kepada kita
untuk meramalkan tentang “apa” yang
mungkin terjadi. Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini merupakan
“alat” yang dapat kita pergunakan untuk mengontrol gejala alam.
Pengertian teoritis
dikaitkan dengan gejala fisik yang dijelaskan oleh konsep yang dimaksud;
artinya makin teoritis sebuah konsep maka makin jauh pernyataan yang
dikandungnya bila dikaitkan dengan gejala fisik yang tampak nyata. Makin tinggi
keumuman sebuah konsep maka makin “teoritis” konsep tersebut.
Di samping hukum maka teori
keilmuan juga mengenal kategori pernyataan yang disebut prinsip. Prinsip
diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala- gejala tertentu, yang
mampu menjelaskan kejadian yang terjadi, umpamanya saja hukum sebab akibat
sebuah gejala. Dalam ilmu ekonomi mengenal prinsip ekonomi, fisika kita
mengenal prinsip kekekalan energi. Dengan mengetahui prinsip yang mendasarinya,
maka tidak sukar bagi mereka yag mempelajari teknik- teknik tersebut yang bernaung
dalam payung konsep sistem, untuk memahami bukan saja penjelasan teknis namun
sekaligus pengkajian filsafati.
Beberapa disiplin keilmuan
sering mengembangkan apa yang disebut postulat dalam menyusun teorinya.
Postulat merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut
pembuktiannya. Kebenaran ilmiah pada hakikatnya harus disahkan lewat sebuah
proses yang disebut metode keilmuan.
Postulat berbeda dengan
asumsi, asumsi harus ditetapkan dalam
sebuah argumentasi ilmiah.[5]
Asumsi harus merupakan pernyataan yang kebenarannya secara empiris dapat diuji.
Dalam khasanah pengetahuan ilmiah ada beberapa macam teori yang tersedia. Kita
harus memilih teori yang terbaik dari sejumlah teori- teori yang ada berdasarkan
kecocokan asumsi yang dipergunakan. Itulah sebabnya dalam pengkajia ilmiah seperti penelitian dituntut untuk menyatakan
secara tersurat postulat, asumsi, prinsip serta dasar- dasar pemikirah lainnya
yang dipergunakan dalam mengembangkan argumentasi.
Penelitian yang bertujuan
untuk menemukan pengetahuan baru yang
sebelumnya belum pernah diketahui dinamakan penelitian murni atau penelitian
dasar. Sedangkan penelitian yang bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan
ilmiah yang telah diketahui untuk memecahkan masalah kehidupan yang praktis
dinamakan penelitian terapan. Dengan menguasai pengetahuan ini maka manusia
mengembangkan teknologi atau peralatan yang berfungsi sebagai sarana yang
memberi kem udahan dalam kehidupannya.
Diperlukan waktu yang cukup lama untuk
dapat menerapkan penemuan-penemuan ilmiah yang baru kepada pemanfaatan yang
berguna.terdapat selang waktu selama 250 tahun antara percobaan yang pertama
tentang magnet oleh William Gilbert dengan dikembangkannya
teori elektro magnetic oleh Clerk Maxwell sekitar 1870.[6]
Terdapat selang beberapa waktu yang makin lama makin pendek antara penemuan
suatu teori ilmiah dengan penerapannya kepada masalah-masalah yang bersifat
praktis.
E.Ciri dan Tujuan Berpikir Ilmiah
Orientasi
ilmiah dalam kehidupan sehari-hari bukan saja terletak pada penerapan
pengetahuan ilmiah sebagai sumber rujukan tetapi juga pada cara berpikir dalam proses
menemukan pemecahan. Salah satu ciri berpikir ilmiah adalah berpikir secara
berkonsep,[7]
karena pada hakikatnya teori keilmuan merupakan reduksi yang berupa konsepsi.
Cara berpikir masyrakat kita masih merujuk kepad gejala, yang menyebabkan
kurang dalam dan luasnya lingkup cara pemecahan. Titik berat kepada hafalan dan
bukan pengertian dalam pendidikan di sekolah menyebabkan ilmu tumbuh menjadi
pengetahuan yang bersifat intelektual dan bukan sebagai pengetahuan yang
mempunyai kegunaan praktis. Peningkatan pendidikan keilmuan dalam sistem
pendidikan harus disertai dengan usaha untuk membudayakan berpikir secara
ilmiah dalam masyarakat kita. Usaha untuk membudayakan berpikir ilmiah dalam
masyarakat mempuyai tujuan-tujuan. Tujuan-tujuan tersebut antara lain:
1. Mengembangkan
nilai-nilai dan tata hidup dalam masyarakat agar selaras dengan
peningkatanberpikir secara ilmiah.
2. Memanfaatkan
sarana-sarana kebudayaan agar lebih berfungsi sebagai sarana pendidikan.
3. Agar
masyrakat lebih berorientasi kapada pertimbangan ilmiah dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Meningkatkan
aspek kognitif dan sikap masyarakat terhadap landasan-landasan ilmu secara
keseluruhan agar hakikat ilmiah tercermin dalam sistem nilai dan tata hidup
masyarakat.[8]
Untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut maka kita dapat menggunakan cara-cara berupa
pendidikan, meningkatkan peranan dan status keilmuan, serta meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap keilmuan. Pendidkan bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hakikat keilmuan dan peningkatan
peranan keilmuan dalammemecahkan masalah kemasyarakatan akan menempatkan
eksistensi keilmuan dalam struktur kekuasaan pengambilan keputusan. Sedangkan
peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap keilmuan dapat dilakukan dengan
meyakinkan masyarakat bahwa pendekatan ilmiah akan menghasilkan kebenaran yang
objektif dan boleh diandalkan.
F.Sarana Berpikir Ilmiah
Perbedaan manusia dengan
binatang salah satunya adalah manusia dapat membuat alat. Oleh karena itu
manusia disebut juga homo faber.[9]
Kemampuan membuat alat itu disebabkan karena adanya pengetahuan. Berkembangnya
pengetahuan juga memerlukan alat-alat. Untuk melakukan kegiatn ilmiah secara
baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan
dilakukannya penelitian ilmiah secara teratur dan cermat. Sarana berpikir
ilmiah ini harus dikuasai kaarena tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah
yang baik tak dapt dilakukan.
Sarana Berpikir Ilmiah
adalah alat yang membantu kegiata ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh untuk membantu kita mencapai tujuan tertentu. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam sarana ilmiah antara lain:
1. Sarana
ilmiah bukanmerupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiaih itu merupakan
kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
2. Tujuan
mempelajari sarana ilmiah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah
secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu adalah untuk mendapatkan
pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita
sehari-hari[10]
Dengan
kata lain sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk
mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah atau sarana
ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah untuk melakukan fungsinya secar baik.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan
sarana. Sarana berpikir ilmiah tersebut antara lain:
a. Bahasa;
bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah dimana bhasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
b. Logika;
penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika
induktif.
c. Matematika;
matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif.
d. Statistika;
statistika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir induktif.
Proses
pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian
ilmiah yang pada hakikatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau
menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus
didukung oleh penguasaan sarana berpikir yang baik pula.
Daftar Pustaka
Beekman,Gerard
dan R.A Rivai. 1973. Filsafat Para Filsuf Berfilsafat.Jakarta:Penerbit
Erlangga
Lanur,Alex
OFM.1993. Hakikat Pengetahuan dan Cara Kerja Ilmu-ilmu. Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama
Salam,
Burhanuddin. 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara
Surajiyo.2008.Ilmu Filsafat Suatu
Pengantar.Jakarta:PT.Bumi Aksara.
Suriasumantri,
Jujun. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar
Modern. 2009. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suriasumantri, Jujun. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan
Politik. 1990. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian
Pendidikan Malaysia.
Syafii, Inu Kencana. 2004. Pengantar
Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama
[1] Alex Lanur OFM.”Hakikat Pengatahuan dan Cara KerjaIlmu-Ilmu”(Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama,1993),hal.73.
[2] Inu Kencana Syafi’I”Pengantar Filsafat”(Bandung: PT. Rafika
Aditama,2004),hal.143.
[3] Jujun S Suriasumantri. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.
2009. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal. 141
[4] Jujun S Suriasumantri. Loc. Cit,hal 142.
[5] Jujun S Suriasumantri. Loc. Cit,hal 155.
[6] Gerrard Beekman dan RA.Rifai”Filsafat Para Filsuf Berfilsafat”(Jakarta:
Penerbit Erlangga,1973)hal.73.
[7] Burhanuddin Salam”Pengantar filsafat”(Jakarta: PT. Bumi
Aksara,2005)hal.23.
[8] Jujun S Suriasumantri. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan
Politik. 1990. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian
Pendidikan Malaysia, hal.158.
[9] Surawijo.”Ilmu Filsafat Suatu Pengantar”(Jakarta:PT.Bumi Aksara).Hal.174.
[10] Jujun S Suriasumantri. Op. Cit,hal 160.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar