Kamis, 20 November 2014

Struktur Pengetahuan Ilmiah



Makalah Filsafat Ilmu
Struktur Pengetahuan Ilmiah





Disusun Oleh:
Kelompok 2
Melinda Puteri
Paras Sekar Liana
Tanti Sri Kuswiyanti


PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013

A.     Latar Belakang
Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Berbedanya cara dalam mendapatkan pengetahuan tersebut serta tentang apa yang dikaji oleh pengetahuan tersebut membedakan antara jenis pengetahuan yang satu dengan yang lainnya.
Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.[1]
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu  kesimpulan yang berupa pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu. Suatu penarikan  kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikannya dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”.[2]
Pengetahuan banyak jenisnya, salah satunya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang objek telaahnya adalah dunia empiris dan proses pendapatkan pengetahuannya sangat ketat yaitu menggunakan metode ilmiah. Ilmu menggabungkan logika deduktif dan induktif, dan penentu kebenaran ilmu tersebut adalah dunia empiris yang merupakan sumber dari ilmu itu sendiri. Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Pada pengetahuan ilmiah terdapat struktur yang telah ditetapkan oleh para ahli sebelumnya. Makalah ini akan membahas lebih dalam mengenai struktur pengetahuan ilmiah
B. Rumusan Masalah
  1. Apakah struktur pengetahuan ilmiah ?
  2. Bagaimana struktur pengetahuan ilmiah ?
  3. Apa ciri struktur pengetahuan ilmiah ?
  4. Apa tujuan pengetahuan ilmiah?
  5. Apa yang dimaksud sarana berfikir ilmiah?
C.    Tujuan
1.    Mengetahui apa itu struktur pengetahuan ilmiah
2.    Mengetahui bagaimana struktur pengetahuan ilmiah
3.    Mengetahui ciri struktur pengetahuan ilmiah
4.    Mengetahui tujuan pengetahuan ilmiah
5.    Mengatahui yang dimaksud dengan sarana berfikir ilmiah

D.Struktur Pengetahuan Ilmiah
Pengatahuan ilmiah atau ilmu adalah pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah dan memenuhi syarat-syarat keilmuan. Pengetahuan ilmiah diproses lewat serangkaian langkah- langkah tertentu yang dilakukan dengan penuh kedisiplinan, karakteristik inilah membuat ilmu dikonotasikan sebagai disiplin. Disiplin ilmu  berkembang relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan pengatahuan- pengatahuan lainnya.[3]
Pengatahuan ilmiah yang baru akan lahir dan memperkaya khasanah ilmu yang ada, jika telah melakukan hipotesis secara formal dan teruji kebenarannya. Jika sebuah pengetahuan ilmiah yang baru tersebut benar, maka pernyataan yang terkandung dalam pengetahuan ini dapat dipergunakan sebagai premis baru dalam kerangka pemikiran yang menghasilkan pengetahuan- pengetahuan ilmiah baru pula. Pada dasarnya ilmu dibangun secara bertahap dan sedikit demi sedikit sesuai kemampuan para ilmuan memberikan sumbangan ilmunya. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut bedasarkan penjelasan yang ada. Secara garis besar terdapat 4 (empat) jenis pola penjelasan; (1) Deduktif, (2) Probabilistik, (3) Funsional/teologis, dan (4) Genetik.[4]
Penjelasan keilmuan memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan ramalan tersebut kita bisa melakukan upaya untuk mengontrol agar ramalan tersebut menjadi kenyataan atau tidak. Jadi pengetahuan ilmiah pada hakikatnya mempunyai tiga fungsi, yakni menjelaskan, meramalkan dan mengontrol.
Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Tujuan akhir dari tiap disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten. Sebuah teori biasanya terdiri dari hukum- hukum. Dalam teori ilmu ekonomi mikro misalnya kita mengenal hukum permintaan dan penawaran. Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Secara mudah maka kita dapat mengatakan bahwa teori adalah pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan tentang “mengapa” suatu gejala-gejala terjadi sedangkan hukum memberikan kemampuan kepada kita untuk meramalkan tentang  “apa” yang mungkin terjadi. Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini merupakan “alat” yang dapat kita pergunakan untuk mengontrol gejala alam.
Pengertian teoritis dikaitkan dengan gejala fisik yang dijelaskan oleh konsep yang dimaksud; artinya makin teoritis sebuah konsep maka makin jauh pernyataan yang dikandungnya bila dikaitkan dengan gejala fisik yang tampak nyata. Makin tinggi keumuman sebuah konsep maka makin “teoritis” konsep tersebut.      
Di samping hukum maka teori keilmuan juga mengenal kategori pernyataan yang disebut prinsip. Prinsip diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi  sekelompok gejala- gejala tertentu, yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi, umpamanya saja hukum sebab akibat sebuah gejala. Dalam ilmu ekonomi mengenal prinsip ekonomi, fisika kita mengenal prinsip kekekalan energi. Dengan mengetahui prinsip yang mendasarinya, maka tidak sukar bagi mereka yag mempelajari teknik- teknik tersebut yang bernaung dalam payung konsep sistem, untuk memahami bukan saja penjelasan teknis namun sekaligus pengkajian filsafati.
Beberapa disiplin keilmuan sering mengembangkan apa yang disebut postulat dalam menyusun teorinya. Postulat merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. Kebenaran ilmiah pada hakikatnya harus disahkan lewat sebuah proses yang disebut metode keilmuan.
Postulat berbeda dengan asumsi, asumsi harus  ditetapkan dalam sebuah argumentasi ilmiah.[5] Asumsi harus merupakan pernyataan yang kebenarannya secara empiris dapat diuji. Dalam khasanah pengetahuan ilmiah ada beberapa macam teori yang tersedia. Kita harus memilih teori yang terbaik dari sejumlah teori- teori yang ada berdasarkan kecocokan asumsi yang dipergunakan. Itulah sebabnya dalam pengkajia ilmiah  seperti penelitian dituntut untuk menyatakan secara tersurat postulat, asumsi, prinsip serta dasar- dasar pemikirah lainnya yang dipergunakan dalam mengembangkan argumentasi.
Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan  baru yang sebelumnya belum pernah diketahui dinamakan penelitian murni atau penelitian dasar. Sedangkan penelitian yang bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan ilmiah yang telah diketahui untuk memecahkan masalah kehidupan yang praktis dinamakan penelitian terapan. Dengan menguasai pengetahuan ini maka manusia mengembangkan teknologi atau peralatan yang berfungsi sebagai sarana yang memberi kem udahan dalam kehidupannya.
Diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menerapkan penemuan-penemuan ilmiah yang baru kepada pemanfaatan yang berguna.terdapat selang waktu selama 250 tahun antara percobaan yang pertama tentang magnet oleh William Gilbert dengan dikembangkannya teori elektro magnetic oleh Clerk Maxwell sekitar 1870.[6] Terdapat selang beberapa waktu yang makin lama makin pendek antara penemuan suatu teori ilmiah dengan penerapannya kepada masalah-masalah yang bersifat praktis.
E.Ciri dan Tujuan Berpikir Ilmiah
Orientasi ilmiah dalam kehidupan sehari-hari bukan saja terletak pada penerapan pengetahuan ilmiah sebagai sumber rujukan tetapi juga pada cara berpikir dalam proses menemukan pemecahan. Salah satu ciri berpikir ilmiah adalah berpikir secara berkonsep,[7] karena pada hakikatnya teori keilmuan merupakan reduksi yang berupa konsepsi. Cara berpikir masyrakat kita masih merujuk kepad gejala, yang menyebabkan kurang dalam dan luasnya lingkup cara pemecahan. Titik berat kepada hafalan dan bukan pengertian dalam pendidikan di sekolah menyebabkan ilmu tumbuh menjadi pengetahuan yang bersifat intelektual dan bukan sebagai pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis. Peningkatan pendidikan keilmuan dalam sistem pendidikan harus disertai dengan usaha untuk membudayakan berpikir secara ilmiah dalam masyarakat kita. Usaha untuk membudayakan berpikir ilmiah dalam masyarakat mempuyai tujuan-tujuan. Tujuan-tujuan tersebut antara lain:
1.    Mengembangkan nilai-nilai dan tata hidup dalam masyarakat agar selaras dengan peningkatanberpikir secara ilmiah.
2.    Memanfaatkan sarana-sarana kebudayaan agar lebih berfungsi sebagai sarana pendidikan.
3.    Agar masyrakat lebih berorientasi kapada pertimbangan ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.
4.    Meningkatkan aspek kognitif dan sikap masyarakat terhadap landasan-landasan ilmu secara keseluruhan agar hakikat ilmiah tercermin dalam sistem nilai dan tata hidup masyarakat.[8]
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut maka kita dapat menggunakan cara-cara berupa pendidikan, meningkatkan peranan dan status keilmuan, serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap keilmuan. Pendidkan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hakikat keilmuan dan peningkatan peranan keilmuan dalammemecahkan masalah kemasyarakatan akan menempatkan eksistensi keilmuan dalam struktur kekuasaan pengambilan keputusan. Sedangkan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap keilmuan dapat dilakukan dengan meyakinkan masyarakat bahwa pendekatan ilmiah akan menghasilkan kebenaran yang objektif dan boleh diandalkan.
F.Sarana Berpikir Ilmiah
Perbedaan manusia dengan binatang salah satunya adalah manusia dapat membuat alat. Oleh karena itu manusia disebut juga homo faber.[9] Kemampuan membuat alat itu disebabkan karena adanya pengetahuan. Berkembangnya pengetahuan juga memerlukan alat-alat. Untuk melakukan kegiatn ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelitian ilmiah secara teratur dan cermat. Sarana berpikir ilmiah ini harus dikuasai kaarena tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapt dilakukan.
Sarana Berpikir Ilmiah adalah alat yang membantu kegiata ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh untuk membantu kita mencapai tujuan tertentu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sarana ilmiah antara lain:
1.    Sarana ilmiah bukanmerupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiaih itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
2.    Tujuan mempelajari sarana ilmiah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari[10]
Dengan kata lain sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah atau sarana ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah untuk melakukan fungsinya secar baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana. Sarana berpikir ilmiah tersebut antara lain:
a.    Bahasa; bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bhasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
b.    Logika; penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
c.    Matematika; matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif.
d.    Statistika; statistika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir induktif.
Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakikatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir yang baik pula.



















Daftar Pustaka
Beekman,Gerard dan R.A Rivai. 1973. Filsafat Para Filsuf Berfilsafat.Jakarta:Penerbit Erlangga
Lanur,Alex OFM.1993. Hakikat Pengetahuan dan Cara Kerja Ilmu-ilmu. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Salam, Burhanuddin. 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara
Surajiyo.2008.Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.Jakarta:PT.Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Modern. 2009. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suriasumantri, Jujun. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik. 1990. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.
Syafii, Inu Kencana. 2004. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama























[1] Alex Lanur OFM.”Hakikat Pengatahuan dan Cara KerjaIlmu-Ilmu”(Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,1993),hal.73.
[2] Inu Kencana Syafi’I”Pengantar Filsafat”(Bandung: PT. Rafika Aditama,2004),hal.143.
[3] Jujun S Suriasumantri. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. 2009. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal. 141
[4] Jujun S Suriasumantri. Loc. Cit,hal 142.
[5] Jujun S Suriasumantri. Loc. Cit,hal 155.
[6] Gerrard Beekman dan  RA.Rifai”Filsafat Para Filsuf Berfilsafat”(Jakarta: Penerbit Erlangga,1973)hal.73.
[7] Burhanuddin Salam”Pengantar filsafat”(Jakarta: PT. Bumi Aksara,2005)hal.23.
[8] Jujun S Suriasumantri. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik. 1990. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, hal.158.
[9] Surawijo.”Ilmu Filsafat Suatu Pengantar”(Jakarta:PT.Bumi Aksara).Hal.174.
[10] Jujun S Suriasumantri. Op. Cit,hal 160.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar