MAKALAH
METODOLOGI PENELITIAN: PENGUMPULAN DATA KUALITATIF
(Observasi, Wawancara, Dokumentasi, Perekaman, dan
Pemeriksaan keabsahan data)
Di ajukan untuk memenuhi tugas
kelompok
kuliah metodelogi penelitian
OLEH:
Mida Sulfiana (7316130271)
M. Jabal An nur (7316930273)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian kualitaif adalah penelitian yang
berusaha menggabarkan keadaan ataupun perilaku terhadap objek yang diamati.
Menurut Bogdan dan Taylor metodologi kualitataif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data dsekriptif yang berupaka kata lisan ataupun tertulis[1]`
Penelitian kuliatatif meupakan penelitian
yang menekankan pada aspek natural dalam pelaksaanya. Metode penelitian
kulitatif distilahkan dengan metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting).[2]
Penelitian kualitatif berusaha memahami
fenomena yang terjadi terhadap subjek penelitian. Menurut Moleong dalam
Prastowo penelitian kuliatif adalah
penelitian yang mencoba memahami subjek peneliti seperti perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan,dsb secara holistik.[3]
Proses pengolahan data dalam penilitian ini
menjadi hal sangat esensial mengingat kesalahan prosedur maupun teknik didalamnya
akan mengakibatkan hasil dari sebuah penelitian kulaitatif menjadi tidak sah
dan tentunya menagkibatkan peneliti harus melakukan penelitian ulang terhadap
temuannya.
Dalam penelitian kualitatif peneliti
berfungsi sebagai instrumen kunci yang berarti setiap proses pengumpulan data
dan tekniknya sangat bergantung pada
peneliti itu sendiri. Menurut Nasution dalam prastowo, peneliti adalah key instrument atau alat penelitian
utama.[4]
Penelitilah dalam hal ini yang secara langung melakukan pengamtan dalam bentuk
wawancara tak berstruktur, email, ataupun instrument-instrumen lain dalam
penelitian kualitatif.
Peneliti dalam hal ini masuk ke
dalam perspektif manusia dimana hanya manusialah yang dapat memahami pesan dari
sebuah interaksi antar-manusia, membaca mimik, serta menyelami perasaan dari
tutur yang disampaikan oleh responden.
Dengan demikian tentu sangatlah
tepat untuk kemudian diperlukan panduan dalam hal teknik pengumpulan data
penelitian kualitatif dengan harapan bahwa setiap peneliti yang ingin melakukan
penelitian kualitatif mampu melakukan proses pengolahan datanya dengan tepat
agar validitas dan realibilitas dari data tersebut menjadi terjamin
keabsahannya.
B.
Identifikasi Masalah
Sejalan
dengan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya tentunya terdapat
bebarapa masalah yang dapat ditelaah lebih lanjut antara lain :
1. Apakah sumber-sumber pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif ?
2. Bagaimana
pengolahan data dari sumber-sumber data yang telah dperoleh?
3. Bagaimana
mengolah data dengan benar agar data menjadi benar dan dapat dipercaya?
C.
Tujuan
Penulisan
Dalam
upaya untuk meningkatkan kemampuan para penelitian kualiatatif dalam hal teknik
pengumpulan data penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan sebagao berikut:
1.
Mengetahui sumber-sumber pengumpulan data
dalam penelitian kualitatif.
2.
Memahami dengan baik bagaimana teknik
pengolahan data dari penelitian kualitatif.
3.
Menjamin agar data yang dikumpulkan bersifat
sah dan dapat dipercaya.
BAB
II
ISI
A. Sumber Pengumpulan Data
Terdapat
beberapa sumber penelitian dalam kualitatif yang akan menjadi pokok pembahasan
dalam makalah ini anatra lain observasi, wawancara, angket, rekaman, dokumen,
dan bahkan tentang validitas dan realibitas dalam teknik pengumpulan data.
a.
Observasi
Observasi termasuk dalam teknik pengumpulan
data kualitatif. Berikut beberapa pendapat yang memaparkan pengertian
observasi:
Menurut Sutrisno Hadi, dikutip oleh Soedjono,
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan.[5]
Menurut Cresswell, observasi merupakan proses pengumpulan
data dimana informasi didapatkan melalui pengamatan objek yang dan tempat pada
daerah penelitian tersebut.[6]
Sehingga dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan proses pengumpulan data
melalui cara pengamatan secara langsung pada objek dan tempat yang menjadi
pusat penelitian.
Observasi mempunyai kelebihan serta kekurangan. Kelebihannya, berkesempatan langsung
merekam informasi yang terjadi pada saat itu juga, dapat mengkaji tingkah laku,
serta mengkaji individu-individu yang masih memiliki kesulitan dalam
mengemukakan suatu pendapat, seperti anak TK. Disisi lain kekurangannya antara
lain, ketika mendapatkan akses-peneliti akan terbatasi dengan ruang (tempat
yang akan dijadikan tempat observasi) dan situasi.[7]
Observasi dibedakan berdasarkan dari segi
proses pelaksanaan pengumpulan data dan segi instrumentasi yang digunakan.
Menurut Cresswell dan Sugoyono, obervasi dibagi lagi menjadi dua dari segi
proses pelaksanaan pengumpulan data bagian antara lain:
1) Observasi
berperan serta (participant observation)
Pada
observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatam, peneliti juga ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data
serta turut serta merasakan apa yang dirasakan oleh sumber data. Dengan
observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam,
dan sampai mengethaui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.[8]
2) Observasi
Nonpartisipan
Dalam observasi
non-partisipan,peneliti tidak terlibat dalam aktivitas dan hanya sebagai
pengamat tunggal.[9]
Sebagai contoh, pada saat pemilihan suara. Peneliti datang ke tempat pemungutan
suara, mengamati bagaimana perilaku masyarakat dalam hal menggunakan hak
pilihnya. Selanjutnya, peneliti dapat membuat kesimpulan dari hasil
observasinya tentang perilaku masyarakat dalam pemilihan umum. Sebaliknya,
pengumpulan data pada observasi nonpartisipan ini, data yang diperoleh tidak
mendalam dan tidak sampa pada tingkat makna. Makna disini adalah nilai-nilai
dibalik perilaku yang tampak, yang terucapkan, dan yang tertulis.
Cresswell menambahkan selain kedua jenis obsevasi di
atas, yakni changing observational roles.
Dalam observasi tersebut, peneilti berpindah(beradaptasi) peran dari
partisipan menjadi nonpartispan pada situasi tertentu. Contohnya, peneliti pada
awal observasi masuk sebagai peneliti nonpartisipan dan hanya mengamati setiap
peristiwa yang terjadi.
Kemudian, secara perlahan-lahan terlibat dalam kegiatan
dan menjadi partisipan. Hal ini biasa terjadi ketika dalam proses pemerolehan
data, seorang peneliti akanmenjadi non-partisipan akan tetapi, setelah
pengembangan data, seorang peneliti akan berubah peran menjadi partisipan.
Dalam proses peralihan peran observasi ini, maka diperbolehkan untuk menilai
secara subjektif sebagaimana yang terjadi ditempat secara objektif.[10]
Selanjutnya, pengumpulan
data dari segi instrumentasi yang digunakan, observasi dibagi menjadi:
1.) Observasi
terstruktur (controlled obesrvation)
Observasi terstruktur adalah
obervasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati,
kapan dan dimana tempatnya. Observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti
telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan, peneliti menggunakan
instrument penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitanya.
Pedoman wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga digunakan
sebagai pedoman melakukan observasi. Misalnya, peneliti akan melakukan
pengukuran terhadap kinerja pegawai yang bertugas dalam pelayanan di kelurahan,
maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dan ucapan dengan menggunakan
instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan tersebut.
2.) Observasi
tidak terstruktur (uncontroled observation)
Observasi tidak terstrukyur adalah
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang
apa yang akan diamati. Misalnya, dalam suatu pameran bursa kerja yang diadakan
di PRJ, peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu
peneliti dapat melakukan pengamatan bebas dengan mencatat apa yang menarik
(secara garis besar) kemudian melakukan analisis dan kemudian dibuat
kesimpulan.
Pengumpulan data melalui observasi ini juga
bisa diaplikasikan pada metode ilmiah. Berikut beberapa syarat observasi sebagai
metode ilmiah:
1. Observasi
harus dipergunakan dan dirumuskan menurut tujuan-tujuan penelitian tertentu
(ada kerangka teori tertentu, ada perumusan masalah, ada teknik-teknik
tertentu)
2. Observasi
harus direncanakan secara sistematis
3. Observasi
harus dicatat (direkam) secara sistematis sehingga hasilnya dapat dianalisis
dan diiterpretasikan.
4. Observasi
harus dapat diperiksa atau diulang kembali terutama validitas dan
reliabilitasnya.
5. Observer
harus objektif.
6. Observer
harus dapat membedakan antara fakta dengan interpretasi (penafsiran).
7. Observer
harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang apa yang akan diobservasi.
8. Observer
harus menentukan tujuan berikut aspek-aspeknya.
9. Observer
harus memiliki kualitas pribadi seperti, sabar, toleran, menyenangi tugasnya,
mampu bekerja dengan waktu yang lama, mampu mengatasi perasaan, mempunyai rasa
ingin tahu dan mudah menyesuaikan diri.[11]
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas,
maka dalam proses observasi terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan
agar proses observasi dapat berjalan dengan baik. Berikut beberapa proses dalam
melaksanakan observasi.
1. Memilih
tempat yang akan dijadikan pusat observasi akan memudahkan kita dalam melihat
kejadian yang ada, kemudian mendapatkan ijin yang dibutuhkan untuk mengkakses
tempat.
2. Secara
pelan-pelan masuk ke dalam tempat yang ingin dijadikan pusat observasi,
merasakan situasi di tempat tersebut kemudian mengambil catatan singkat
setidaknya sebagai permulaan observasi.
3. Mengidentifikasi
apa dan siapa yang akan diobservasi dan berapa lama observasi dijalakan.
4. Pertimbangkan
peran apa yang ingin kita aplikasikan pada saat observasi, baik partisipan
maupun non-partisipan. Serta mempertimbangkan keuntungan jika ingin beralih
peran partisipan ataupun non-partisipan selama proses observasi.
5. Lakukan
obervasi beberapa kali untuk mendapatkan pemahaman yang baik dari segi tempat
observasi maupun individual yang akan diobservasi.
6. Buatlah
beberapa cara untuk merekam catatan selama proses observasi. Data yang telah
dicatat selama proses observasi disebut fieldnotes.
7. Mempertimbangkan
informasi apa saja yang ingin diamati selama proses observasi berlangsung.
8. Catat
hasil lapangan dengan cara deskriptif (descriptive
fieldnotes) maupun reflektif (reflective
fieldnotes). Descriptive fieldnotes
merekam peristiwa, aktivitas dan orang yang terlibat (dalam hal ini apa yang terjadi). Sedangkan reflective fieldnotes merekam pikiran secara personal dimana
observer kemudian menghubungkannya dengan pandangan, dugaan, ide yang muncul
selam proses observasi berlangsung.[12]
9. Jadikan
diri anda( sebagai observer) dikenal selama proses observasi akan tetapi dengan
tetap memiliki sikap rendah hati.
10. Setelah
selesai melakukan observai, secara perlahan meninggalkan tempat observasi dan
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mengijinkan tempat dan juga
individu yang telah diobsrvasi.[13]
An Observational Checklist
|
|
____
did you gain permission to study the site?
|
____ will you develop rapport with individuals at the
site?
|
____
do you know your roleas an observer?
|
___ will your observation change from broad to narrow?
|
____
do you have means for recording fieldnotes, such an observational protocol?
|
___will you take limited notes at first?
|
____
will you enter and leave the site slowly, so as not to disturb the setting?
|
____will you take both descriptive as well as
reflective notes?
|
_____
will you make multiple observations over time?
|
____will you describe in complete sntences so that you
have detailed fieldnotes?
|
|
Did you thank your participants at the site?
|
Figure
1.1 An observational Checklist
B. Wawancara
Wawancara
atau lebih akrab disebut interview
adalah teknik pengumpulan data kualitatif dengan cara mengajukan beberapa
pertanyaan guna mendapatkan informasi yang mendalam dari responden.[14]
Wawancara juga merupakan sebuah interaksi antara satu orang dengan tujuan
mendapatkan informasi dari orang lain.[15]
Wawancara, seperti halnya dengan observasi dalam penelitian kualitatif.
Hanya saja dalam wawancara, peneliti
mengajukan beberapa open-ended
pertanyaan dan merekam jawaban dari narasumber. Kemudian, menulis catatan
tersebut dan memasukan ke dalam file komputer untuk dianalisis.[16]
Singkatnya, wawancara adalah suatu percakapan langsung dengan tujuan-tujuan
tertentu yang menggunakan format tanya – jawab.
Open-ended question
merupakan format pertanyaan yang membolehkan narasumber bebas mengutarakan
pendapat. Sehingga narasumber dapat memberikan pendapat terbaik mereka tanpa
adanya paksaan dari perspektif pewawancara. Sebagai contoh dalam penelitian
kualitatif, interviewer mewawancarai
seorang atlit yang masih menempuh jenjang pendidikan di sekolah, “bagaimana
anda menyeimbangkan waktu antara atletik dan sekolah?”.[17]
Proses pengumpulan data kualitatif dengan wawancara
memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihannya antara lain, wawancara
menyediakan informasi yang berguna ketika peneliti tidak bisa langsung
melakukan observasi, narasumber dibolehkan untuk memberikan informasi yang
sejelas-jelasnya. Dibandingkan dengan observasi, peneliti(pewawancara) lebih
mempunyai kontrol yang baik dalam memeroleh hasil wawancara dikarenakan
pewawancara dapat mengajukan pertanyaan yang lebih spesifik guna memeroleh
informasi.[18]
Kekurangannya antara lain; hal yang memungkinkan dapat
terjadi ialah kehadiran dari peneliti sendiri yang akan mempengaruhi tanggapan
dari narasumber. Tanggapan narasumber dapat beragam dalam segi artikulasi dan
perspektif pendapat. Hal yang tidak boleh dilupakan yakni mengenai alat yang
akan digunakan dalam proses wawancara. Peneliti perlu mengatur alat rekam guna
meminimalisir kesalahan.
Menurut Gaya dkk , Cresswell
dan Sugiono, wawancara dibagi menjadi dua yakni unstructural interviews
(wawancara tidak terstruktur) dan structural interview (wawancara terstruktur).
1. Structural interview (wawancara
terstruktur)
Dalam wawancara ini, peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh kareana itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat
menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Berikut contoh
pertanyaan dalam wawancara terstruktur.[19]
1. Bagaimanakah tanggapan Bapak/ibu
terhadap pelayanan pendidikan di Kabupaten ini?
a. Sangat Bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat tidak bagus
|
2. Unstructural interview (Wawancara tidak
terstruktur)
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara
yang bebas dimana penelii tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengupulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.[20]
Sebagai contoh:
Bagaimanakah pendapat Bapak/ibu terhadap
kebijakan pemerintah tentang impor kedelai saat ini? Dan bagaimana dampaknya
terhadap pedagang dan petani?[21]
Wawancara ini sering digunakan dalam
penelitian pendahuluan atau malah penelitian yang lebih mendalam tentang
responden. Peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang bagaimana isu
atau permasalahan yang ada pada objek sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel yang
akan diteliti.
Selanjutnya, wawancara memiliki beberapa
jenis antara lain:
§ One-on-One Interviews,
proses interview ini dimana pewawancara menanyakan beberapa pertanyaan dan
merekam jawaban hanya dari satu narasumber pada waktu itu. Jenis interview ini termasuk jenis yang paling
ideal karena narasumber dapat mengutarakan pendapatnya dengan nyaman.
§ Focus Group Interviews,
jenis interview ini dapat digunakan untuk mewawancarai suatu kelompok yang
terdiri dari banyak narasumber, idealnya empat sampai enam orang.
§ Telephone Interviews,
pengumpulan data jenis wawancara ini dengan media telepon. Hal yang dibutuhkan
dalam jenis interview ini aalah
telepon yang disambungkan dengan media perekam guna mendapatkan rekaman yang
jelas
Menurut Emzir, tidak ada satu cara pun yang
dianggap paling baik dalam melakukan wawancara.[23]
Berikut beberapa hal penting yang perlu diperhatikanketika melakukan wawancara:
§ Dengarkan
dengan penuh perhatian dan jawab dengan sewajarnya. “Listening is the most important part of interviewing”.
§ Jangan
memotong pembicaraan, belajar bagaimana menunggu giliran.
§ Pelihara
kontrol bicara (bersikap sabar) ketika narasumber sedang berpikir. Hindari
pertanyaan yang mengarah, gunakan open-ended
pertanyaan.
§ Pahami
betul apa yang narasumber utarakan dan betanya ketika ada hal yang tidak
dimengerti.
§ Jangan
bersikap menghakimi pandagan maupun kepercayaan narasumber. Tetap bersikap
netra, ingat bahwa tujuan dari wawancara adalah mengumpulkan dan memahami
beberpa perspektif bukan setuju atau tidak setuju terhadap penapat narasumber.
Hindari perdebatan dengan narasumber
dikarenakan pendapat yang diutarakan. Peneliti hanya merekam bukan berdebat.[24]
Setelah kita memahami hal tersebut,
berikut ini merupakan proses-proses yang perlu dilakukan sebelum melakukan
wawancara.
1) Mengidentifikasi
calon narasumber.
2) Tentukan
jenis interview yang ingin digunakan.
3) Selama
proses wawancara, rekam pertanyaan dan respon yang didapat. Hal ini akan
memberikan hasil percakapan yang akurat. Gunakan lapel microphone sejenis microphone kecil yang di temple dikerah
baju.
4) Buatlah
catatan ringkas selama proses wawancara.
5) Carilah
tempat yang cocok untuk pelaksanaan wawancara untuk menghindari
gangguan-gangguan dari lingkungan sekitar.
6) Memperoleh
surat persetujuan dari narasumber untuk berpartisipasi dalam wawancara.
7) Bersikap
fleksibel. Selama wawancara haruslah terpusat pada pertanyaan yang sudah
dirancang tetapi tetap fleksibel dengan mengikuti alur pembicaraan.
8) Gunakan
probes untuk mendapatkan informasi
tambahan. Probes adalah sejenis
pertanyaan tambahan yang diajuka pewawancara guna memeroleh informasi lebih.
9) Bersikap
sopan dan professional ketika proses wawancara selesai. Ucapkan terima kasih
kepada pihakpihak yang telah terlibat dalam wawancara.[25]
1.
Rekaman
Dalam
penelitian kualitatif rekaman dapat berarti catatan lapangan yang dapat berupa
catatan langsung menggunkan tangan ataupun menggunakan media “tape recorder”
ataupun media-media lainnya dalam mengambil informasi dari peserta yang
diteliti.
Terdapatsetidaknya dua informasi
dasar yang harus didapat ketika melakukan proses rekaman yaitu :
a. Informasi
deskriptif terhadap informasi yang dilakukan lansgung oleh peneliti terhadap
yang diteiliti pada saat berada di lapangan.
b. Refleksi
dari peneliti terhadap hasil observasi yang dilakukan.
Hasil rekaman
sebaiknya secepat mungkin untuk dianalisa mengingat rekaman kemungkinan untuk
data diubah akan ikut meningkat. Menurut Gay “ As the interval between
observing and witing field notes becomes longer, the likelihood of distortion
from the original observation also increases”.[26]
2.
Dokumen
Para
peneliti kualitatif dapat juga menggunakan dokumen-dokumen yang dapat berupa
arsip yang dapat digunakan untuk menambah informasi terhadap objek yang
diteliti.
Jika peneliti melakukan penelitiannya
di sekolah maka biasanya terdapat dokumen-dokumen dalam sekolah tersebut yang
dapat digunakan untuk membantu lebih mengenal objek yang diteliti yang tentunya
dalam hal ini para siswa dalam sekola tersebut.
Menurut Gay “School are repositories for all of sorts of records-student records,
standardized test scores, retention rates, minutes of meeting ( e.g.,faculty,
PTA, school board), newspaper clippings about significant events in the
community, and so on”.[27]
Menggunakan dokumen sebagai salah
satu sumber pengumpulan data terdapat beberapa prosedur yang sebaiknya
dilakukan demi menjamin pengumpulan data yang baik dan benar antara lain :
a.
Tentukan jenis dokumen yang dapat dapat
digunakan untuk penelitian yang akan dilakukan.
b.
Pertimbangkan penggunaan dokumen-dokumen yang
bersifat umum maupun pribadi.
c.
Ketika telah menemukan lokasi dokumen yang
diinginkan segera meminta ijin untuk mengakses loasi tersebut kepada pihak yang
terkait
d.
Jika kita meminta peserta penelitian untuk
membuat jurnal maka berikanlah instruksi yang jelas dalam pelaksanaannya.
e.
Ketika telah mendapatkan ijin untuk mengakses
dokumen yang diinginkan periksalah data tersebut dengan akurat, kompeten, dan
menjamin terdapat informasi yang dibutuhkan dari dokumen tersebut.
f.
Salin informasi yang diapatkan dari dokumen
tersebut.
3. Validitas dan realibilitas
a. Validitas
Validitas merupakan acuan yang
digunakan untuk mengukur sesuatu berdasarkan apa yang harus diukur. Menurut Gay
“ Validity is the degree to which qualitative data accurately gauge what we are
trying to measure”.
Dalam penelitian kualitatif yang
menjadi dasar valid atau tidaknya suatu penelitian sangat bergantung kepada
instrumen penelitian itu sendiri serta teknik pengambilannya.
Menurut Maxwell dalam Gay terdapat
beberapa kriteria yang dapat berkontribusi dalam validitas sebuah penelitian
kualitatif antara lain :
i.
Validitas
Deskriptif
Validitas deskriptif mengacu kepada
keakuratan fakta dilapangan. Peneliti tidak boleh memanipulasi data yang telah
diambil sehingga menghasilkan kesimpulan yang tidak benar.
ii.
Validitas
Interpretif
Validitas interpretif menekan kepada
kemampuan peneliti membaca atau menafsirkan maksud dari peserta yang diteliti.
Peneliti harus mampu memahami setiap kata yang dimaksud oleh peserta dan
perilakunya secara tepat
iii.
Validitas
Teoritis
Teori
validitas teoritis mengacu pada seberapa baik penelitian yang dilakukan bisa
berkaitan dengan fenomena yang ada ke aspek teoritis yang lebih besar.
iv.
Validitas
Evaluatif
Validitas Evaluatif mengacu kepada
apakah peneliti cukup objektif untuk melaorkan data yang diperoleh tanpa
membuat koreksi yang bersifat personal terhadap data tersebut.
Dalam menjamin validitas dari sebuah
temuan tentunya terdapat beberapa strategi yang telah dirancang oleh para ahli
untuk membantu para peneliti kualitatif.
Menurut Walcoot dalam Gay terdaapat
beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memastikan validitas dari sebuah
penelitian kualitatif.antara lain :
i.
Banyak mendengarkan
ii.
Merekam secara akurat
iii.
Memulai mencatat seawal mungkin
iv.
Ijinkan para “pembaca” hasil observasi kita
secara langsung
v.
Laporkan data secara keseluruhan
vi.
Jujur
vii.
Meminta saran dari teman atau rekan
viii.
Menulis laporan dengan bahasa yang baku dan
baik.
b. Reliabilitas
Realibilitas adalah satuan yang
mengukur data secara konsisten terhadap apapun yang diukur dalam penelitian.
Menurt Gay “Realiability is the study to which study data consistently measure
whatever they measure “.[28]
Terdapat lima jenis realibilitas
yaitu :
i.
Stabilitas
Setiap test harus memilki tingkat
penilaian yang sama ketika dibeirikan untuk kedua kalinya
ii.
Kesamaan
Jenis tes, bentuk kata, jumlah tes,
dsb harus memiliki kesaman dengan yang sebelumnya.
iii.
Stabilitas
dan Kesamaan
Menggabungkan konsep antara
stabilitas dan kesamaan
iv.
Konsistensi
Internal
Isi dari tes berkaitan satu dengan
yang lain. (Jenis Reliabilitas ini sering dipake pada penelitian Quantitative)
v.
Penilaian
Setiap hasil penilaian harus memilki
kriteria penilain yang sama dengan yang lain terhadap data.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dalam
pengumpulan data kualitatif terdapat berbagai teknik yang dapat dilakukan
seperti observasi, wawancara, maupun rekaman. Proses pengolahan data dari
setiap teknik yang dilakukan sangat bergantung terhadap prosedur maupun teknik
yang dilakukan dalam proses pengumpulannya.
Peneliti
sebagai “key instrument” merupakan hal utama dalam penelitian kualitatif.
Proses wawancara, observasi, dan pengumpulan dokumen-dokumen lainnya baik
melalui arsip, rekaman, dsb sangat dipengaruhi oleh kompetensi peneliti dalam
mengumpulkan data.
Selama
penelitian dilakukan sesuai dengan prosedur yang tepat serta pemeberian jenis
instrument yang tepat dan konsisten akan menjamin validitas dan realibilitas
terhadap hasil penelitian kualitatif.
REFERENSI
Craswell,J.W. (2012). Educational Research fourth
Edition.Boston, Pearson education Inc.
Emzir, (2013), Metodologi Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif, Jakarta: Rajawali Press,
Gay,L.R.dkk.(2009). Educatioanal research ninth edition.
London. Pearson education.Ltd
Indrawati, dkk,
http://file.upi.edu/.../PD2-Teori_Observasi.pdf, diakses pada tanggal 26 Oktober
2013, jam 21.25 WIB.
Rastowo, andi. (2011). Metode penelitian kulaitatif dalam
perspektif rancangan penelitian. Jogjakarta. Ar.Ruzz media
Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif
dan r&.,Bandung:Alfabeta.
[1]
Prastowo,andi. (2011). Metode penelitian kulaitatif dalam
perspektif rancangan penelitian. Jogjakarta. Ar.Ruzz media.hal.22
[2]
Prastowo,andi. (2011). Metode penelitian kulaitatif dalam
perspektif rancangan penelitian. Jogjakarta. Ar.Ruzz media.hal.22
[3]Prastowo,andi.
(2011). Metode penelitian kulaitatif dalam perspektif rancangan penelitian.
Jogjakarta. Ar.Ruzz media.hal24
[4]Ibid.h.43
[5]Sugiyono, 2011. Metode Penelitian
Kualitatif, Kuantitati dan r&d, Bandung:Alfabeta,hlm.145
[6] John W. Cresswell,2008, Educational research, hlm.213
[7]Ibid
[8] Sugiyono, Op.cit, hlm.145
[9]
ibid
[10]John W. Cresswell,Op.cit, hlm.215
[11]Indrawati, dkk,
http://file.upi.edu/.../PD2-Teori_Observasi.pdf, diakses pada tanggal 26
Oktober 2013, jam 21.25 WIB.
[12]John W. Cresswell, Op.cit, hlm.
215-216
[14]Sugiyono, Op,cit, hlm.
[15] Gay, L.R & Airasian,
Peter, ,Educational research, Competencies for analysis and application,
London:Prentice Hall International
[16]John W. Cresswell, Op.cit, hlm.217
[19] Sugiyono, Op.cit,hlm.138.
[20] Sugiyono, Op.cit, hlm.140
[22]John W. Cresswell, Op.cit, hlm.218-219.
[23] Emzir,2013, Metodologi Penelitian :Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta:
Rajawali Press, hlm 167
[24]Gay, L.R & Airasian, Peter, Op.cit, hlm.371.
[25] John W. Cresswell, Op.cit, hlm.220-221.
[26]Gay,L.R.dkk.(2009).
Educatioanal research ninth edition.
London. Pearson education.Ltd.Hal.367
[27]
Gay,L.R.dkk.(2009). Educatioanal research
ninth edition. London. Pearson education.Ltd.Hal.372
[28]Gay,L.R.dkk.(2009).
Educatioanal research ninth edition.
London. Pearson education.Ltd.Hal.379
Tidak ada komentar:
Posting Komentar