Kamis, 20 November 2014

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA



Daftar Isi
Daftar Isi ............................................................................................................  i
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA
A.    Definisi dan Prinsip Perkembangan ......................................................  1
B.     Perkembangan Otak ..............................................................................  3
C.     Teori Piaget Tentang Perkembangan Kognitif....................................... 3
D.    Pandangan Vygotsky Tentang Peran Sosio-cultural dalam Perkembangan Bahasa   8
E.     Perkembangan Bahasa.......................................................................... 11
F.      Implikasi Teori Piaget dan Vygotsky dalam Pembelajaran.................. 12
Daftar Pustaka .................................................................................................  14
Glossary ...........................................................................................................  15














PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA
A.    Definisi dan Prinsip Perkembangan
Perkembangan manusia secara psikologis merupakan suatu yang merujuk pada perubahan – perubahan tertentu yang terjadi dalam kehidupan manusia, sejak masa konsepsi sampai mati. Perubahan dalam perkembangan manusia terjadi secara berurutan dan setiap urutan perubahan mempunyai masa tertentu yang relatif panjang, seperti masa usia dini, masa kanak – kanak, masa remaja, masa dewasa dan masa lanjut usia.
Perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia mencakup perubahan secara kuantitatif seperti perubahan dalam tinggi badan, perubahan dalam penguasaan kosak kata dan lain - lain, serta perubahan yang bersifat kualitatif seperti perubahan struktur dan organisasi dalam berpikir, perubahan dalam kemampuan melakukan koordinasi gerakan motorik kasar dan motorik halis, perubahan dalam mengelola emosi dan lain – lain.[1]
Santrock (2008:40) medefinisikan perkembangan sebagai pola perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional yang dimulai sejak lahir dan terus berlanjut disepanjang hayat.  Pola perkembangan anak adalah pola yang kompleks karena merupakan hasil dari beberapa proses. Proses – proses itu adalah proses biologis, kognitif dan sosioemosional. Proses biologis adalah perubahan dalam tubuh anak.[2] Dalam proses ini warisan genetik memainkan peranan penting. Proses biologis melandasi perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan bergerak, dan perubahan hormon dimasa puber. Proses kognitif adalah perubahan dalam pemikiran, kecerdasan dan bahasa anak. Proses perkembangan kognitif menjadikan anak untuk dapat mengingat, membayangkan, menyusun strategi kreatif, atau menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan yang bermakna. Proses sosioemosional adalah perubahan dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan dalam emosi dan perubahan dalam kepribadian.
Perkembangan anak anak juga bisa dideskripsikan berdasarkan periodenya. Dalam sistem klasifikasi yang paling banyak dipakai, periode perkembangan meliputi periode infancy, early childhood, middle dan late childhood, adolescence, early adulthood, middle adulthood dan late adulthood. Ketiga proses perkembangan (proses biologis, kognitif dan sosioemosional) diatas saling barkaitan membentuk periode perkembangan.
B.     Perkembangan Otak
Otak memiliki tiga bagian utama, yaitu cerebrum atau otak besar, cerebellum atau otak kecil, dan brain stem atau batang otak. Otak terbagi dalam berbagai area yang mengontrol fungsi – fungsi tertentu yang berhubungan dengan kegiatan manusia.
Perkembangan otak manusia yang sangat pesat terjadi pada masa pranatal dan beberapa bulan setelah kelahiran. Pada masa sebelum kelahiran diperkirakan 250.000 sel – sel otak terbentuk dan setiap menit mengalami proses pembelahan sel yang disebut mitosis. Setelah lahir sebagian besar sel – sel otak yang berjumlah 100 milyar telah terbentuk sempurna.[3]
Beberapa penambahan ukuran otak disebabkan oleh nyelination, yaitu sebuah proses dimana banyak sel otak dan sistem saraf diselimuti oleh lapisan – lapisan sel lemak yang bersekat – sekat. Aspek penting lain dari perkembangan otak ditingkat sel adalah peningkatan dramatis dalam koneksi antara neuron atau biasa disebut synapse.[4]synapse adalah jarak tipis antar neuron tempat terbentuknya koneksi antar neuron. Koneksi yang dibentuk dalam proses synapse ini dua kali labih banyak dibandingkan dengan koneksi yang dipakai.
Dalam studi terbaru yang menggunakan teknik pemindaian otak yang canggih, otak anak – anak tampak mengalami perubahan anatomis yang substansial antara usia tiga sampai lima belas tahun.[5]

C.     Teori Piaget Tentang Perkembangan Kognitif
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan individu, yaitu kecenderungan pengorganisasian dan kecenderungan penyesuaian (adaptasi).[6]
Kecenderungan pengorganisasian dapat digambarkan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengintegrasikan proses-prosesnya sendiri menjadi sistem - sistem yang koheren.Sedangkan kecenderungan adaptasi dapat digambarkan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial di sekitarnya.
Piaget yakin bahwa individu dapat menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.[7]Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada.Sedangkan akomodasi terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yang mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologis & psikologis (perkembangan jiwa).Piaget menjelaskan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologis terhadap lingkungan.Contoh : manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindungi dirinya dari hawa dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk berlari menjauh dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian & kendaraan untuk alat transportasi.

Skema Piaget
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama seiring dengan pertambahan usia:
·         Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
·         Periode pra-operasional (usia 2–7 tahun)
·         Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
·         Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Seorang bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya.Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. 
Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman  dalam enam sub-tahapan:
1.      Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
2.      Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3.      Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4.      Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5.      Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6.      Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
Periode pra operasional.Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan.Pemikiran pra-operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek.Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai.Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya.Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar.Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit.Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tahapan operasional formal.Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai.Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
2.      Universal (tidak terkait budaya)
3.      Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
4.      Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
5.      Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
6.      Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif

Proses perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia.Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada.Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung.Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit.Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.

D.    Pandangan Vygotsky Tentang Peran Sosio-cultural dalam Perkembangan Bahasa
Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekat pembelajaran sosiokultural.Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran.Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya.Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone of proximal development” mereka.[8] Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya.Pertama, menghendakisetting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masingzone of proximal development mereka.Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah
Vygotsky banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berpikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup dan  alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua  selama pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Bagi Vygotsky Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya.Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya.
Dalam dunia pendidikan, aplikasi dari teori belajar sosial dapat dirasakan dalam berbagai jenjang dan model pendidikan, entah dalam pendidikan informal, nonformal dan pendidikan formal.Secara khusus dalam pendidikan formal, pengaruh teori ini merambah semua komponen (stake holders) pendidikan.selain itu, komponen-komponen pembelajaran juga harus dikembangkan dengan mengedepankan prinsip-prinsip teori belajar sosio-kultural.
Teori belajar sosio-kultural ini tentu memiliki kelebihan tertentu bila dibandingkan dengan teori belajar yang lainnya. Beberapa di antaranya ialah Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang; Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya; Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental; Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah; Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan ko-konstruksi.
Namun selain kelebihan-kelebihan itu, tentu teori ini juga tak luput dari kelemahan-kelemahan.Seperti, Terbatas pada perilaku yang tampak; proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep; belajar dari berbagai sumber belajar, dan juga Pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung.

E.     Perkembangan Bahasa
Bahasa dapat diartikan sebagai suatu bentuk kode sosial yang memiliki sistem yang digunakan dalam berkomunikasi. Komponen bahasa dapat dibagi kedalam dua kategori  yaitu kemampuan berbicara yang mencakup artikulasi, suara dan kelancaran berbahasa serta sistem bahasa yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, sintak dan semantik yang perlu digunakan agar dapat mengekresikan dan mengkomunikasikan berbagai konsep dan pikiran manusia.[9]
Dalam kesempatan lain Santrock mendefinisikan bahasa sebagai bentuk komunikasi, entah itu lisan, tulisan atau tanda yang didasarkan pada sistem simbol.[10] Bahasa yang diucapkan terdiri dari fonem, morfologi, sintak, semantik dan pragmatik. Contoh fonem dalam bahasa inggris adalah /k/, suara yang direpresentasikan dari huruf k dalam kata ski, huruf c dalam kata cat, dan huruf ch dalam kata christmas. Fonologi adalah sistem suara bahasa. Aturan fonologi mengizinkan beberapa sekuensi suara seperti sp, ba, ar dan melarang yang lainnya seperti zx atau qp. Untuk mempelajari fonologi bahasa anak harus mempelajari kandungan suaranya dan urutan suara yang diperbolehkan.
Morfologi adalah aturan untuk mengombinasikan morfem yang merupakan rangkaian suara sebagai kesatuan bahasa terkecil. Sintak merupakan cara kata dikombinasikan untuk membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima. Sedangkan semantik adalah makna kata atau kalimat itu sendiri. Pragmatik adalah penggunaan percakapan yang tepat.
Lovitt dalam buku Martini Jamaris menjelaskan perkembangan bahasa dari sudut isi, bentuk dan penggunaan bahasa.[11] Isi bahasa adalah makna yang terkandung dalam bahasa berkaitan dengan objek dan peristiwa yang ada disekitar anak dan interaksi antara anak dengan objek. Bentuk bahasa berkaitan dengan kemampuan anak menerima dan memproduksi bunyi. Penggunaan bahasa berkaitan dengan kemampuan anak untuk berbicara menggunakan kalimat yang dapat dimengerti oleh pendengarnya.
Perkembangan bahasa dapat dibagi kedalam tiga bentuk perkembangan, yaitu perkembangan kosak kata, perkembangan semantik dan sintaksis dan perkembangan variasi dan kompleksitas bahasa. Perkembangan kosak kata dimulai sejak anak berusia satu tahun. Melalui interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya, anak secara perlahan mengembangkan kemampuan pemahaman terhadap kosak kata yang didengarnya. Perkembangan semantik dan struktur sintaksis menyangkut kemampuan anak dalam memahami  hubungan – hubungan objek dan peristiwa. Sedangkan variasi dan kompleksitas menyangkut dengan pemilihan kosak kata dan penggunaan kosak kata sesuaia dengan struktur tata bahasa.
Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor biologis dan faktor sosial. Faktor biologis adalah kemempuan yang dimiliki anak sejak lahir, faktor ini akan mempengaruhi perkembangan bahasa yang dimilikinya. Sedangkan faktor sosial adalah pengaruh interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya yang memungkinkan anak untuk mendapatkan variasi bahasa yang baru.

F.      Implikasi Teori Piaget dan Vygotsky dalam Pembelajaran
Dari penjelasan tentang teori Piaget dan Vygotsky sebelumnya guru dapat menerapkan teori teori tersebut dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Penerapan teori – teori tersebur diantaranya dengan cara:
1.      Gunakan zone of proximal development. Mengajar harus dimulai pada batas ats zona, dimana murid mampu untuk mencapai tujuan dengan kerja sama erat dengan guru.
2.      Gunakan teknik scaffolding. Cari kesempatan untuk menggunakan teknik ini ketika murid membutuhkan bantuan untuk aktivitas yang merupakan inisiatifnya sendiri.
3.      Gunakan kawan sesama murid yang lebih ahli sebagai guru.
4.      Dorong pembelajaran kolaboratif dan sadari bahwa pembelajaran melibatkan suatu komunitas orang yang belajar.
5.      Kontrol dan dorong anak – anak dalam menggunakan privat speech.
6.      Nilai potensi belajarnya bukan IQ. Baik Piaget maupun Vygotsky tidak percaya bahwa tes formal standar merupakan cara terbaik untuk menilai kemampuan belajar siswa.
7.      Ajukan sebuah persoalan dan ajak murid untuk membuat hipotesis tentang cara memecahkannya

























Daftar Pustaka
Diana Papalia dan Olds Sally.1995.Psikology. USA. McGrow Hills.
Jean Piaget. 2005. The Psychology of Intelligence. London: Routledge & Kegan Paul
Jhon W. Santrock. 2008. Educational Psycology. McGrow Hill.
Martini Jamaris. 2010.Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Yayasan Panamas Murni.
Ramey dan ramey. 2000. Early Childhood experience and developmental competence. New York.
Thompson dkk. Growth Pettern in the Developing Brain Detected by using continuum mechanical sensor map. 2000.



























Glossay


1.      Akomodasi           : Penyesuaian diri dengan informasi baru
2.      Asimilasi              : Mengombinasikan pengetahuan baru dan lama
3.      Diferensiasi          : kemampuan membedakan objek
4.      Equilibrium          : Perkembangan tahap pemikiran
5.      Fonologi               : Sistem suara bahasa
6.      Konservasi           : Ide bahwa beberapa beberapa karakteristik dari objek tetap sama
7.      Lateralisasi           : Spesialisasi fungsi dari suatu belahan otak
8.      Morfologi             : Aturan untuk mengombinasikan morfem
9.      Organisasi            : Konsep Piaget tentang pengelompokan pengetahuan
10.  Pra-oprasional      : Pemikiran oprasional belim ada
11.  Pubertas               : Perkembangan dari masa kanak - kanak
12.  Refleks                 : Gerak yang tidak dikendalikan otak
13.  Scaffolding          : Teknik untuk merubah level bantuan untuk belajar
14.  Sensorimotor        : Mengorganisasikan pengalaman indra dengan gerak motorik
15.  Sentrasi                : Pemusatan perhatian pada karakteristik tertentu
16.  Seriasi                   : Oprasi konkrit berdasarkan dimensi kuantitatif
17.  Sintaksis               : Cara menombinasikan kata menjadi frasa atau kalimat
18.  Skema                  : konsep yang ada dalam pikiran
19.  Transitivity           : Kemampuan menghubungkan hubungan – hubungan secara logis



[1]Martini Jamaris. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Yayasan Panamas Murni. 2010. Hlm. 21
[2]Jhon W. Santrock. Educational Psycology. McGrow Hill. 2008. Hlm. 40
[3]Diana Papalia dan Olds Sally. Psikology. USA. McGrow Hills. 1995. Hlm. 94
[4]Ramey dan ramey. Early Childhood experience and developmental competence. New York. 2000
[5]Thompson dkk. Growth Pettern in the Developing Brain Detected by using continuum mechanical sensor map. 2000.
[6]  Jean Piaget, The Psychology of Intelligence (London: Routledge & Kegan Paul, 2005) hlm. 2
[7]Ibid, hlm. 7
[8]Lev Vygotsky. The Collecting Work. New York.
[9]Martini Jamaris, op. Cit. Hlm. 360
[10]Santrock. Op. Cit. Hlm. 67
[11]Martini Jamaris, op. Cit. 51

Tidak ada komentar:

Posting Komentar