Daftar Isi
Daftar Isi ............................................................................................................ i
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA
A.
Definisi
dan Prinsip Perkembangan ...................................................... 1
B.
Perkembangan
Otak .............................................................................. 3
C.
Teori
Piaget Tentang Perkembangan Kognitif.......................................
3
D.
Pandangan
Vygotsky Tentang Peran Sosio-cultural dalam Perkembangan Bahasa 8
E.
Perkembangan
Bahasa..........................................................................
11
F.
Implikasi
Teori Piaget dan Vygotsky dalam Pembelajaran..................
12
Daftar Pustaka ................................................................................................. 14
Glossary ........................................................................................................... 15
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA
A. Definisi dan Prinsip Perkembangan
Perkembangan manusia secara psikologis merupakan suatu
yang merujuk pada perubahan – perubahan tertentu yang terjadi dalam kehidupan
manusia, sejak masa konsepsi sampai mati. Perubahan dalam perkembangan manusia
terjadi secara berurutan dan setiap urutan perubahan mempunyai masa tertentu
yang relatif panjang, seperti masa usia dini, masa kanak – kanak, masa remaja,
masa dewasa dan masa lanjut usia.
Perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia mencakup
perubahan secara kuantitatif seperti perubahan dalam tinggi badan, perubahan
dalam penguasaan kosak kata dan lain - lain, serta perubahan yang bersifat
kualitatif seperti perubahan struktur dan organisasi dalam berpikir, perubahan
dalam kemampuan melakukan koordinasi gerakan motorik kasar dan motorik halis,
perubahan dalam mengelola emosi dan lain – lain.[1]
Santrock (2008:40) medefinisikan perkembangan sebagai
pola perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional yang dimulai sejak lahir
dan terus berlanjut disepanjang hayat.
Pola perkembangan anak adalah pola yang kompleks karena merupakan hasil
dari beberapa proses. Proses – proses itu adalah proses biologis, kognitif dan
sosioemosional. Proses biologis adalah perubahan dalam tubuh anak.[2]
Dalam proses ini warisan genetik memainkan peranan penting. Proses biologis
melandasi perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan
bergerak, dan perubahan hormon dimasa puber. Proses kognitif adalah perubahan
dalam pemikiran, kecerdasan dan bahasa anak. Proses perkembangan kognitif menjadikan
anak untuk dapat mengingat, membayangkan, menyusun strategi kreatif, atau
menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan yang bermakna. Proses sosioemosional
adalah perubahan dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan dalam emosi
dan perubahan dalam kepribadian.
Perkembangan anak anak juga bisa dideskripsikan
berdasarkan periodenya. Dalam sistem klasifikasi yang paling banyak dipakai,
periode perkembangan meliputi periode infancy, early childhood, middle dan late
childhood, adolescence, early adulthood, middle adulthood dan late adulthood.
Ketiga proses perkembangan (proses biologis, kognitif dan sosioemosional)
diatas saling barkaitan membentuk periode perkembangan.
B. Perkembangan Otak
Otak memiliki tiga bagian utama, yaitu cerebrum atau otak
besar, cerebellum atau otak kecil, dan brain stem atau batang otak. Otak
terbagi dalam berbagai area yang mengontrol fungsi – fungsi tertentu yang
berhubungan dengan kegiatan manusia.
Perkembangan otak manusia yang sangat pesat terjadi pada
masa pranatal dan beberapa bulan setelah kelahiran. Pada masa sebelum kelahiran
diperkirakan 250.000 sel – sel otak terbentuk dan setiap menit mengalami proses
pembelahan sel yang disebut mitosis. Setelah lahir sebagian besar sel – sel
otak yang berjumlah 100 milyar telah terbentuk sempurna.[3]
Beberapa penambahan ukuran otak disebabkan oleh
nyelination, yaitu sebuah proses dimana banyak sel otak dan sistem saraf
diselimuti oleh lapisan – lapisan sel lemak yang bersekat – sekat. Aspek
penting lain dari perkembangan otak ditingkat sel adalah peningkatan dramatis
dalam koneksi antara neuron atau biasa disebut synapse.[4]synapse
adalah jarak tipis antar neuron tempat terbentuknya koneksi antar neuron.
Koneksi yang dibentuk dalam proses synapse ini dua kali labih banyak
dibandingkan dengan koneksi yang dipakai.
Dalam studi terbaru yang menggunakan teknik pemindaian
otak yang canggih, otak anak – anak tampak mengalami perubahan anatomis yang
substansial antara usia tiga sampai lima belas tahun.[5]
C. Teori Piaget Tentang Perkembangan Kognitif
Jean
Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat
membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget,
terdapat dua proses yang mendasari perkembangan individu, yaitu kecenderungan
pengorganisasian dan kecenderungan penyesuaian (adaptasi).[6]
Kecenderungan
pengorganisasian dapat digambarkan sebagai kecenderungan bawaan setiap
organisme untuk mengintegrasikan proses-prosesnya sendiri menjadi sistem -
sistem yang koheren.Sedangkan kecenderungan adaptasi dapat digambarkan sebagai
kecenderungan bawaan setiap organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan keadaan sosial di sekitarnya.
Piaget
yakin bahwa individu dapat menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi
dan akomodasi.[7]Asimilasi
terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan
mereka yang sudah ada.Sedangkan akomodasi terjadi ketika individu menyesuaikan
diri dengan informasi baru.
Jean
Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yang mencerminkan adanya kekuatan antara
fungsi biologis & psikologis (perkembangan jiwa).Piaget menjelaskan
inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologis terhadap
lingkungan.Contoh : manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk
melindungi dirinya dari hawa dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk
berlari menjauh dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian
dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi
pakaian & kendaraan untuk alat transportasi.
Skema
Piaget
Piaget
membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya
melalui empat periode utama seiring dengan pertambahan usia:
·
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
·
Periode pra-operasional (usia 2–7 tahun)
·
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
·
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Seorang bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan
untuk mengeksplorasi dunianya.Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi
refleks bawaan tersebut.
Periode
sensorimotor adalah
periode pertama dari empat periode. Tahapan ini menandai perkembangan kemampuan
dan pemahaman dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks,
muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan
refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi
sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan
terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi
sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan
berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi
reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan,
saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen
walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi
sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan
dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
Periode pra operasional.Tahapan ini merupakan tahapan kedua
dari empat tahapan.Pemikiran pra-operasi dalam teori Piaget adalah
prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek.Ciri dari
tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak
memadai.Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan
semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Tahapan pra-operasional
mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun.
Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya.Mereka mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar.Bagaimanapun, mereka masih menggunakan
penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung
egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana
hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana
perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk
memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat
imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun
memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit.Tahapan ini adalah tahapan ketiga
dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai
ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses
penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek
menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.Contohnya, bila diberi benda berbeda
ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling
kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup
dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan
beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh
anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah
atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu,
anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama
dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang,
atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap
sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan
sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang
lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai
contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam
kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke
dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi
konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di
dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam
laci oleh Ujang.
Tahapan operasional formal.Tahap operasional formal adalah
periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai
dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.Dalam tahapan ini, seseorang
dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai.Ia tidak melihat
segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu"
di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas
(saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia
dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran
moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak
sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
Keempat tahapan ini memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Walau tahapan-tahapan itu bisa
dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada
tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
2. Universal (tidak terkait budaya)
3. Bisa digeneralisasi: representasi
dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua
konsep dan isi pengetahuan
4. Tahapan-tahapan tersebut berupa
keseluruhan yang terorganisasi secara logis
5. Urutan tahapan bersifat hirarkis
(setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih
terdiferensiasi dan terintegrasi)
6. Tahapan merepresentasikan perbedaan
secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Proses perkembangan
Seorang
individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan
berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema
berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami
dunia.Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang
terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan
Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan
pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan,
informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau
mengganti skema yang sebelumnya ada.Sebagai contoh, seorang anak mungkin
memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung.Bila pengalaman
awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa
semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit.Suatu saat, mungkin
anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema
yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang
baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan
informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif,
karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang
diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam
contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung"
adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain
yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru
yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula
terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat
burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label
"burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung
si anak.
Melalui
kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai
keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya
agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses
penyesuaian di atas.
Dengan
demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari
luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi
pengetahuannya.
D. Pandangan Vygotsky Tentang Peran Sosio-cultural dalam
Perkembangan Bahasa
Sumbangan penting teori Vygotsky adalah
penekanan pada hakekat pembelajaran sosiokultural.Inti teori Vygotsky adalah
menekankan interaksi antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pembelajaran
dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran.Menurut teori Vygotsky,
fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam
konsep budaya.Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam
“zone of proximal development” mereka.[8] Zone
of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan
sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri
dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih
mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah
memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar
segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat
berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke dalam
bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama
teori pembelajarannya.Pertama, menghendakisetting kelas kooperatif,
sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masingzone of
proximal development mereka.Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran
menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah
satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial
yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam
usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah
Vygotsky banyak menekankan peranan orang
dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut
Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti
kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak
tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berpikir
dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap
sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup dan alat-alat itu berasal
dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota
kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman pembelajaran yang dipandu.
Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan
membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak
dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Bagi Vygotsky Jalan pikiran seseorang
dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari
interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah
hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu
sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya.Kondisi sosial
sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
sosial budaya.
Dalam dunia pendidikan, aplikasi dari
teori belajar sosial dapat dirasakan dalam berbagai jenjang dan model
pendidikan, entah dalam pendidikan informal, nonformal dan pendidikan
formal.Secara khusus dalam pendidikan formal, pengaruh teori ini merambah semua
komponen (stake holders) pendidikan.selain itu, komponen-komponen pembelajaran
juga harus dikembangkan dengan mengedepankan prinsip-prinsip teori belajar
sosio-kultural.
Teori belajar sosio-kultural ini tentu
memiliki kelebihan tertentu bila dibandingkan dengan teori belajar yang
lainnya. Beberapa di antaranya ialah Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk
mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan
berkembang; Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan
potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya; Pembelajaran lebih
diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya
daripada kemampuan intramental; Anak diberi kesempatan yang luas untuk
mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan
pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan
masalah; Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih
merupakan ko-konstruksi.
Namun selain kelebihan-kelebihan itu,
tentu teori ini juga tak luput dari kelemahan-kelemahan.Seperti, Terbatas pada
perilaku yang tampak; proses-proses belajar yang kurang tampak seperti
pembentukan konsep; belajar dari berbagai sumber belajar, dan juga Pemecahan
masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung.
E. Perkembangan Bahasa
Bahasa dapat diartikan sebagai suatu bentuk kode sosial
yang memiliki sistem yang digunakan dalam berkomunikasi. Komponen bahasa dapat
dibagi kedalam dua kategori yaitu
kemampuan berbicara yang mencakup artikulasi, suara dan kelancaran berbahasa
serta sistem bahasa yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, sintak dan
semantik yang perlu digunakan agar dapat mengekresikan dan mengkomunikasikan
berbagai konsep dan pikiran manusia.[9]
Dalam kesempatan lain Santrock mendefinisikan bahasa
sebagai bentuk komunikasi, entah itu lisan, tulisan atau tanda yang didasarkan
pada sistem simbol.[10]
Bahasa yang diucapkan terdiri dari fonem, morfologi, sintak, semantik dan
pragmatik. Contoh fonem dalam bahasa inggris adalah /k/, suara yang
direpresentasikan dari huruf k dalam kata ski,
huruf c dalam kata cat, dan huruf
ch dalam kata christmas. Fonologi
adalah sistem suara bahasa. Aturan fonologi mengizinkan beberapa sekuensi suara
seperti sp, ba, ar dan melarang yang
lainnya seperti zx atau qp. Untuk mempelajari fonologi bahasa
anak harus mempelajari kandungan suaranya dan urutan suara yang diperbolehkan.
Morfologi adalah aturan untuk mengombinasikan morfem yang
merupakan rangkaian suara sebagai kesatuan bahasa terkecil. Sintak merupakan
cara kata dikombinasikan untuk membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima.
Sedangkan semantik adalah makna kata atau kalimat itu sendiri. Pragmatik adalah
penggunaan percakapan yang tepat.
Lovitt dalam buku Martini Jamaris menjelaskan
perkembangan bahasa dari sudut isi, bentuk dan penggunaan bahasa.[11]
Isi bahasa adalah makna yang terkandung dalam bahasa berkaitan dengan objek dan
peristiwa yang ada disekitar anak dan interaksi antara anak dengan objek.
Bentuk bahasa berkaitan dengan kemampuan anak menerima dan memproduksi bunyi.
Penggunaan bahasa berkaitan dengan kemampuan anak untuk berbicara menggunakan
kalimat yang dapat dimengerti oleh pendengarnya.
Perkembangan bahasa dapat dibagi kedalam tiga bentuk
perkembangan, yaitu perkembangan kosak kata, perkembangan semantik dan
sintaksis dan perkembangan variasi dan kompleksitas bahasa. Perkembangan kosak
kata dimulai sejak anak berusia satu tahun. Melalui interaksi anak dengan
lingkungan sekitarnya, anak secara perlahan mengembangkan kemampuan pemahaman
terhadap kosak kata yang didengarnya. Perkembangan semantik dan struktur
sintaksis menyangkut kemampuan anak dalam memahami hubungan – hubungan objek dan peristiwa.
Sedangkan variasi dan kompleksitas menyangkut dengan pemilihan kosak kata dan
penggunaan kosak kata sesuaia dengan struktur tata bahasa.
Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya faktor biologis dan faktor sosial. Faktor biologis adalah
kemempuan yang dimiliki anak sejak lahir, faktor ini akan mempengaruhi
perkembangan bahasa yang dimilikinya. Sedangkan faktor sosial adalah pengaruh
interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya yang memungkinkan anak untuk
mendapatkan variasi bahasa yang baru.
F. Implikasi Teori Piaget dan Vygotsky dalam Pembelajaran
Dari penjelasan tentang teori Piaget dan Vygotsky
sebelumnya guru dapat menerapkan teori teori tersebut dalam kegiatan belajar
mengajar dikelas. Penerapan teori – teori tersebur diantaranya dengan cara:
1.
Gunakan
zone of proximal development. Mengajar
harus dimulai pada batas ats zona, dimana murid mampu untuk mencapai tujuan
dengan kerja sama erat dengan guru.
2.
Gunakan
teknik scaffolding. Cari kesempatan
untuk menggunakan teknik ini ketika murid membutuhkan bantuan untuk aktivitas
yang merupakan inisiatifnya sendiri.
3.
Gunakan
kawan sesama murid yang lebih ahli sebagai guru.
4.
Dorong
pembelajaran kolaboratif dan sadari bahwa pembelajaran melibatkan suatu
komunitas orang yang belajar.
5.
Kontrol
dan dorong anak – anak dalam menggunakan privat speech.
6.
Nilai
potensi belajarnya bukan IQ. Baik Piaget maupun Vygotsky tidak percaya bahwa
tes formal standar merupakan cara terbaik untuk menilai kemampuan belajar
siswa.
7.
Ajukan
sebuah persoalan dan ajak murid untuk membuat hipotesis tentang cara
memecahkannya
Daftar Pustaka
Diana Papalia dan Olds Sally.1995.Psikology. USA. McGrow Hills.
Jean
Piaget. 2005. The
Psychology of Intelligence. London:
Routledge & Kegan Paul
Jhon W. Santrock. 2008. Educational Psycology. McGrow Hill.
Martini Jamaris. 2010.Orientasi
Baru dalam Psikologi Pendidikan. Yayasan Panamas Murni.
Ramey dan ramey. 2000. Early Childhood experience and developmental competence. New York.
Thompson dkk. Growth
Pettern in the Developing Brain Detected by using continuum mechanical sensor map.
2000.
Glossay
1.
Akomodasi : Penyesuaian diri dengan
informasi baru
2.
Asimilasi : Mengombinasikan
pengetahuan baru dan lama
3.
Diferensiasi : kemampuan membedakan
objek
4.
Equilibrium : Perkembangan tahap
pemikiran
5.
Fonologi : Sistem suara bahasa
6.
Konservasi : Ide bahwa beberapa
beberapa karakteristik dari objek tetap sama
7.
Lateralisasi : Spesialisasi fungsi dari suatu
belahan otak
8.
Morfologi : Aturan untuk mengombinasikan
morfem
9.
Organisasi : Konsep Piaget tentang pengelompokan
pengetahuan
10. Pra-oprasional : Pemikiran
oprasional belim ada
11. Pubertas :
Perkembangan dari masa kanak - kanak
13. Scaffolding : Teknik untuk
merubah level bantuan untuk belajar
14. Sensorimotor :
Mengorganisasikan pengalaman indra dengan gerak motorik
15. Sentrasi : Pemusatan
perhatian pada karakteristik tertentu
16. Seriasi : Oprasi
konkrit berdasarkan dimensi kuantitatif
17. Sintaksis : Cara
menombinasikan kata menjadi frasa atau kalimat
18. Skema : konsep yang
ada dalam pikiran
19. Transitivity : Kemampuan
menghubungkan hubungan – hubungan secara logis
[1]Martini Jamaris. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Yayasan Panamas Murni.
2010. Hlm. 21
[2]Jhon W. Santrock. Educational Psycology. McGrow Hill. 2008. Hlm. 40
[3]Diana Papalia dan Olds Sally. Psikology. USA. McGrow Hills. 1995. Hlm.
94
[4]Ramey dan ramey. Early Childhood experience and developmental competence. New York.
2000
[5]Thompson dkk. Growth Pettern in the Developing Brain Detected by using continuum
mechanical sensor map. 2000.
[6] Jean Piaget, The
Psychology of Intelligence (London: Routledge & Kegan Paul, 2005) hlm.
2
[7]Ibid, hlm. 7
[8]Lev Vygotsky. The Collecting Work. New York.
[9]Martini Jamaris, op. Cit. Hlm. 360
[10]Santrock. Op. Cit. Hlm. 67
[11]Martini Jamaris, op. Cit. 51
Tidak ada komentar:
Posting Komentar