MAKALAH
PRESENTASI FILSAFAT ILMU
PENALARAN
Kelompok 2 oleh:
Mida Sulfiana (7316130271)
Syihaabul Huda (7316130287)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar
belakang
Secara fisik
manusia memiliki banyak kelemahan dibandingkan dengan makhluk lain seperti
binatang. Gajah yang bertubuh besar mampu untuk mengangkat benda yang sangat
berat, macan tutul yang mampu berlari sangat kencang dibandingkan manusia, dan
bahkan manusia bisa sakit hanya dengan gigitan seekor nyamuk kecil. Akan
tetapi, manusia memiliki akal. Akal inilah yang merupakan keunggulan manusia
untuk digunakan dalam berpikir. Dengan kekuatan pikiran, manusia mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sehingga manusia mampu untuk
menaklukan kekuatan yang dimiliki binatang-binatang tersebut. Dengan demikian,
keunggulan manusia dibandingkan makhluk lainnya terletak pada daya berpikirnya.
b.
Rumusan
Masalah
1. Apa
hakikat penalaran?
2. Apa
definisi dari penalaran?
3. Apa
sajakah unsur-unsur penalaran?
4. Apa
sajakah ciri-ciri penalaran?
5. Apa
sajakah jenis-jenis penalaran?
c.
Tujuan
penulisan makalah
1. Mengetahui
hakikat penalaran
2. Mengetahui
dan memahami definisi dari penalaran
3. Mengetahui
unsur-unsur penalaran
4. Mengetahui
ciri-ciri penalaran
5. Mengetahui
jenis-jenis dari penalaran
BAB
II
PEMBAHASAN
a.
Hakikat
penalaran
Pada hakikatnya
manusia mempunyai kemampuan dalam hal menalar guna mengembangkan ilmu
pengetahuannya. Ada dua sebab mengapa manusia mampu mengembangkan pengetahuan;
pertama, manusia mampu meng-komunikasikan informasi dan jalannya pikiran
informasi tersebut karena keunggulan kebahasaan yang dimiliki oleh manusia.
Sebab kedua yakni kemampuan berpikir menurut alur kerangka berpikir tertentu.
Berbeda dengan binatang yang mampu berpikir tapi tidak dengan nalar.[1]
Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang
dapat mengembangkan pengetahuannya secara sungguh-sungguh, lain hal dengan
binatang. Kemampuan menalar inilah yang juga menyebabkan manusia mampu untuk
mengembangkan pengetahuan lain yang belum terungkap oleh diri manusia itu
sendiri. Sehingga manusia dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah,
mana yang baik dan buruk, serta membedakan yang jelek dan yang indah. Binatang
juga memiliki pengetahuan namun terbatas dikarenakan pengetahuan mereka hanya
digunakan untuk bertahan hidup (survival). Seperti contoh, seekor kera tahu
mana buah jambu yang enak serta anak tikus dapat mengetahui mana kucing yang
jahat. Tentu saja binatang-binatang ini telah diajari oleh induknya sehingga
mereka tahu.[2]
MANUSIA
(MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN)
|
BINATANG
(SURVIVAL)
|
MANUSIA
(MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN)
|
PENALARAN
|
Insting alamiah
|
Berpikir
Logis
|
Pada hakikatnya,
manusia merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sifat
dan tindakan manusia bersumber dari kegiatan merasa dan berpikir. Begitu pula
dengan penalaran yang dikaitkan dengan proses berpikir bukan dengan perasaan.
Penalaran akan menghasilkan pengetahuan yang bermutu jika dilandasi dengan alur
kerangka berpikir yang benar. [3]
Setiap manusia
memiliki penalaran yang berbeda, ada yang menggunakannya secara optimal ada
juga yang menalar seperlunya saja. Hal ini yang membedakan antara penalaran
manusia dengan penalaran pada binatang. Penalaran pada manusia dapat bersifat
positif dan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Kemampuan penalaran
secara turun-temurun diturunkan dari
zaman nabi Adam terdahulu, sehingga manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk.[4]
Kemampuan
penalaran membawa manusia untuk selalu melakukan pembaruan dalam bidang
keilmuan. Misalnya saja manusia zaman sekarang mampu membuat pesawat terbang,
yang pada zaman dahulu belum ada. Kreativitas di dalam diri manusia sebagai
makhluk yang memiliki sifat ingin tahu, serta selalu fleksibel mengikuti
perkembangan zaman, mendorong adanya perubahan dalam pola pikir setiap manusia.
Hal ini tentu sangatlah berbeda, kehidupan binatang, walaupun sama-sama
memiliki kebutuhan dalam hidup, akan tetapi binatang lebih cenderung
menggunakan insting bukan menggunakan logika.
b.
Definisi
penalaran
Penalaran
merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menarik suatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Meskipun demikian, perasaan juga mampu menghasilkan
logikanya terendiri. Jadi, tidak semua proses kegiatan berpikir mengandalkan
penalaran. Oleh karena itu, penalaran memiliki karakteristik tertentu dalam
menemukan kebenaran.[5]
Penalaran juga
dapat dikatakan sebagai proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk
dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap terhadap suatu pernyataan valid
(benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut. Struktur
penalaran terdiri ata masukan, proses, dan keluaran.[6]
Sehingga dapat
simpulkan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir mansusia secara logis
dan sistematis dengan menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga
pada suatu kesimpulan.
c.
Unsur
penalaran
Penalaran
dibangun berdasarkan tiga unsur penting antara lain: asersi, keyakinan, dan
argumen. Asersi merupakan suatu penegasan yang diungkapkan dalam bentuk
pernyataan atau kalimat mengenai kebenaran suatu hal. Ada tiga jenis asersi
jika berkaitan dengan kakta pendukung yaitu, asumsi, hipotesis, dan pernyataan
fakta. Keyakinan merupakan suatu tingkat ketersediaan untuk menerima
bahwa suatu pernyataan atau penjelasan mengenai suatu hal adalah benar. Argumen
merupakan suatu rangkaian asersi beserta keterkaitan dan infersi atau
penyimpulan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan karena rangkaian
asersi dari asersi yang satu harus dapat mendukung asersi yang lain sehingga
menjadi suatu kesimpulan. Dari ketiga unsur penalaran terserbut akan membentuk
suatu struktur yang menghasilkan bukti rasional terhadap suatu keyakinan
mengenai suatu pernyataan.[7]
d.
Ciri-ciri
penalaran
Setelah
penjelasan sebelumnya, penalaran merupakan proses berpikir manusia dengan alur
kerangka berpikir yang benar sehingga dapat mencapai suatu kesimpulan yang
benar berupa pengetahuan. Penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu antara lain;
Pertama,
pada penalaran terdapat suatu pola berpikir yang luas atau disebut logika. Setiap bentuk penalaran
mempunyai bentuk logikanya tersendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa penalaran
merupakan proses berpikir logis. Dalam hal ini, logis berarti mengikuti aturan
pola tertentu yang benar. Bisa saja hasil penalaran berupa hal yang tidak logis
jika ditinjau dari sudut logika yang lain. Tentunya hal ini sering menimbulkan
kekacauan penalaran dikarenakan tidak digunakannya alur berpikir yang
komnsisten.[8]
Kedua,
ciri penalaran yang proses berpikirnya bersifat analitik. Berpikir secara analitik berarti mengacu pada suatu
analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut.
Biasanya penalaran secara analitik diterapkan dalam penalaran ilmiah. Dalam
penalaran ilmiah, proses analisis menggunakan logika ilmiah. Sifat analitik
seseorang terjadi karena adanya pola pikir tertentu sebab jika tidak
menggunakan pola pikir yang tertentu maka tidak ada kegiatan analisis. Pada
hakikatnya, analisis merupakan kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah
tertentu.[9]
e.
Jenis-jenis
penalaran
Penalaran
dibagi menjadi dua yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
a.) Penalaran
induktif merupakan penalaran yang berawal dari suatu pernyataan khusus dan
berakhir pada pernyataan umun yang merupakan generalisasi dari keadaan khusus
tersebut, contohnya: argumen sebab-akibat.[10]
Jenis penalaran ini berkaitan dengan empirisme,
dimana fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber
kebenaran.[11]
b.) Penalaran
deduktif merupakan penalaran yang berawal dari suatu pernyataan umum ke
pernyataan khusus sebagai kesimpulan. Penalaran deduktif sering juga disebut
penalaran logis. Ada tiga tahap dalam penalaran logis, yaitu: penentuan
pernyataan umum, penerapan konsep umum ke konsep khusus, dan penarikan simpulan
yang logis. Penalaran ini berkaitan dengan rasionalisme.
[12]
DAFTAR
PUSTAKA
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu: sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar