Kamis, 20 November 2014

populasi dan samplimg



MAKALAH METODOLOGY PENELITIAN
“POPULASI DAN SAMPLING”

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Zainal Rafli, M.Pd dan Dr. Aceng Rahmat, M.Pd


http://i182.photobucket.com/albums/x52/mardiono87/logounj.jpg





Dibuat Oleh:

Bayu Pirmansah
Desy





PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013

BAB I
PENDAHULUAN

Penelitian merupakan suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan untuk mengungkapkan rahasia ilmu secara objektif dan akurat dengan cara mengumpulkan bukti-bukti yang lengkap sehingga diperoleh suatu informasi, dimana informasi tersebut dapat menjawab masalah-masalah yang dipertanyakan sebelumnya dalam penelitian tersebut. Jadi hasil suatu penelitian didasarkan pada pengumpulan data-data atau bukti-bukti yang nyata dan relevan. Untuk memperoleh data yang nyata , akurat dan relevan, penelitian bisa menggunakan beberapa metode, teknik, prosedure dan alat alat yang digunakan dan dapat diandalkan.
Jadi untuk mendapatkan hasil yang baik akan sangat bergantung pada penggunaan instrumen penelitian. Ketidaktepatan dalam penggunaan instrumen penelitian tersebut dapat menyebabkan rendahnya kualitas penelitian. Dimana  Penelitian bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan melalui aplikasi prosedur ilmiah. Prosedur ini dikembangkan untuk meningkatkan taraf kemungkinan yang paling relevan dengan pertanyaan serta menghindari adanya bias.
Dalam penelitian, salah satu bagian dalam langkah-langkah penelitian adalah menentukan populasi dan sampel penelitian. Seorang peneliti dapat menganalisa data keseluruhan objek yang diteliti sebagai kumpulan atau komunitas tertentu. Seorang peneliti juga dapat mengidentifikasi sifat-sifat suatu kumpulan yang menjadi objek penelitian hanya dengan mengamati dan mempelajari sebagian dari kumpulan tersebut. Kemudian, peneliti akan mendapatkan metode atau langkah yang tepat untuk memperoleh keakuratan penelitian dan penganalisaan data terhadap objek.
BAB II
PEMBAHASAN

Hampir semua penelitian ilmiah dilakukan dengan menggunakan data sampel. Dan untuk memperoleh data yang nyata , akurat dan relevan, seorang peneliti haruslah bisa menggunakan beberapa metode, teknik, prosedure dan alat alat yang dapat diandalkan sehingga menghasilkan data sampel yang representatif (mewakili). Sependapat dengan itu L.R. Gay mengungkapkan bahwa sebuah sampel yang baik adalah dapat me-representasi-kan populasi dimana dia dipilih.[1]Generalisasi sampel ke populasi mengandung resiko kekeliruan yang tinggi, karena sampel yang tidak mencerminkan keadaan populasi secara tepat. Jadi makin tidak sama sampel tersebut dengan populasi, maka makin besar kekeliruan dalam generalisasi. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka teknik penentuan sampel menjadi sangat penting dalam suatu penelitian. Oleh karena itu di dalam makalah ini kami sebagai kelompok 3 akan menyajikan dan  membahas secara sederhana mengenai populasi dan sampling dalam suatu penelitian.

I.                   Pengertian Populasi dan Sampel.
1.      Populasi
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Online Populasi adalah (1) seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu daerah; (2) jumlah orang atau pribadi yg mempunyai ciri-ciri yg sama; (3) jumlah penghuni, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya pd suatu satuan ruang tertentu; (4) sekelompok orang, benda, atau hal yg menjadi sumber pengambilan sampel; suatu kumpulan yg memenuhi syarat tertentu yg berkaitan dengan masalah penelitian[2]
Sedangkan menurut L.R. Gay The population is the group of interest to the researcher, the group to which she or he would like the results of the study to be generalizable.[3] Sejalan dengan itu Paul S. Levy dan Stanley Lemeshow pun menyatakan: The population (or universe or target population) is the entire set of individuals to which findings of the survey are to be extrapolated. Sehingga dari pengertian beberapa ahli tersebut maka populasi dapat diartikan sebagai kelompok objek yang akan dikenai generalisai hasil penelitian. Atau juga dapat dikatakan sebagai keseluruhan objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di ekstrapolasi[4] dan kemudian ditarik kesimpulannya.

2.      Sample
Sample di definisikan sebagai bagian kecil dari populasi atau (1) sesuatu yg digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yg lebih besar; (2) bagian kecil yg mewakili kelompok atau keseluruhan yg lebih besar; percontoh.[5]  Dari pernyataan tersebut sample merupakan bagian dari populasi yang artinya tidak akan ada sample jika tidak ada populasi. Sedangkan di dalam bukunya Budi Hermawan (2007) mengartikan sampel sebagai sebagian kecil dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasi asalnya.[6] Jadi sampel merupakan bagian dari jumlah dan sifat yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Biasanya dalam penelitian dengan menggunakan sample lebih menguntungkan dari pada dengan menggunakan populasi ini dikarenakan lebih menghemat waktu,  biaya dan tenaga.
 Adapun beberapa alasan lain peneliti menggunakan sampel dalam penelitiannya, yaitu:
1.      Penggunaan sampel lebih praktis untuk sebuah penelitian.
2.      Kekawatiran adanya data yang terlewatkan dalam populasi yang sangat besar.
3.      Ada kalanya penelitian populasi berarti destruktif atau merusakkan.
4.      Populasi yang terlalu besar memakan waktu, biaya dan tenaga yang cukup banyak sehingga, biaya untuk penelitian jadi terlalu mahal.
5.      Adanya bahaya bias dari orang yang mengumpulkn data, karena factor kelelahan dan kejenuhan akibat subjeknya terlalu banyak.[7]

II.                Sampling Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
1.      Tehnik pengambilan Sample (Sampling)
Pengertian sampling yang dikemukakan para ahli sangat beragam, namun definisi tersebut mempunyai kesamaan antara satu dengan lainnya. L.R. Gay mengemukakan bahwa sampling is the process of selecting a number of individuals for a study in such a way that the individuals represent the large group from which they were selected.[8] Dengan kata lain, sampling merupakan sebuah proses atau prosedur atau cara untuk memilih bagian unit/individu yang ada di dalam suatu populasi.
Sependapat dengan itu Prof. Dr. Sugiono mengartikan Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sample.[9] Segala sesuatu yang oleh peneliti dijadikan kesatuan (unit) yang nantinya akan menjadi objek pemilihan disebut satuan sampling. Bentuk satuan sampling dapat berupa individu yang berdiri sendiri atau bisa juga berupa kumpulan individu.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa Sampling adalah proses untuk mendapatkan sample dari suatu populasi. Dimana sample tersebut harus mencerminkan populasi yang akan di teliti. Tipe sampling dapat dibedakan menjadi dua yaitu sampling berdasarkan proses pemilihannya dan sampling berdasarkan peluang pemilihannya.
a.       Tipe sampling berdasarakan proses pemilihan terbagi lagi menjadi dua macam yaitu:
  1. Sampling dengan pengembalian (sampling with replacement) dimana setiap sample yang diambil dikembalikan lagi ke populasi sehingga ada kemungkinan bahwa satuan sampling akan terpilih lebih dari satu kali.
  2. Sampling tanpa pengembalian (sampling without replacement) yang mana setiap anggota sample yang dipilih tidak dikembalikan kedalam populasi. Jadi sampling dengan pengembalian merupakan kebalikan dari sampling tanpa pengembalian.
b.      Tipe sampling berdasarkan peluang pemilihan menurut Prof. Dr. Sugiyono terdapat dua tipe/kelompok sampling di dalam teknik pengambilan sampel yakni Probability Sampling (Sampling acak) yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel dan Non-Probabiliy Sampling (sampling tidak acak) yaitu teknik pengambilan  sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.[10] Probability sampling meliputi, sampling acak sederhana (simple random sampling), sampling acak berstrata (stratified random sampling), sampling area (cluster random sampling) dan sampling sistematis,. Non-Probability Sampling meliputi, sampling quota, sampling aksidental, sampling pendapat pakar/sampling bertujuan (purposive sampling), sampling jenuh, dan snowball sampling.
Dari beberapa tehnik sampling yang dikemukan di atas. Pemakalah membatasi pembahasan dan fokus pada tehnik sampling yang biasa digunakan dalam peneliatian kuantitatif dan kualitatif saja.
Perbedaan yang mendasar dalam sampling qualitative dan quantitative adalah terdapat pada sampel yang akan digunakan oleh si peneliti. Hal ini di dukung oleh  L.R. Gay, G.E. Mills, and P. Airasian (2009:135) bahwa “Qualitative research samples are generally different, smaller, and less representative compare to samples selected for quantitative research because the two approaches have different aims and needs.”[11] Berdasarkan pendapat tersebut Sampel penelitian kualitatif umumnya berbeda, lebih kecil, dan kurang representatif[12] dibandingkan dengan sampel dipilih untuk penelitian kuantitatif karena kedua pendekatan memiliki tujuan dan kebutuhan yang berbeda.
Adapun kedua sampling penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
a.      Sampling Penelitian Kuantitative
Secara umum dalam penelitian kuantitatif seorang peneliti mengambil sample dengan tujuan menggeneralisasi hasil penelitian sehingga dapat mewakili populasi asalnya. Berdasarkan L.R. Gay, G.E. Mills dan P. Airasian,[13] Teknik sampling yang biasa digunakan dalam penellitian ini adalah:
1.      Sample acak sederhana (Simple Random sampling)
Sample acak sederhana adalah pengambilan anggota sample dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Pada sampling acak sederhana, setiap populasi anggota diberi nomor, kemudian dilakukan pengambilan sampel dengan cara undian ataupun table bilangan acak, sampai memenuhi ukuran sampel yang telah ditentukan.


2.       Sample acak berstrata (Stratified random sampling)
Sample acak berstrata adalah pengambilan sample dari populasi dengan cara membagi bagi sample menjadi beberapa subgroup (strata). Misalnya pegawai dalam suatu perusahaan berjumlah 1000 orang, yg terdiri dari 450 org lulusan SMA, 300 org lulusan S1 dan 250 org lulusan S2. jika sampel yg akan di ambil sebanyak 150 org. Maka yang harus dilakukan adalah membagi populasi menjadi ub-sub populasi berdasarkan criteria ke dalam beberapa strata (missal SMA, S1 dan S2), kemuadian buat kerangka samling pada tiap strata tersebut dengan mendaftar satuan sampling lalu ukuran sampel tersebut kemudian di alokasikan ke seluruh strata, selanjutnya dipilih satuan sampling dari tiap strata dengan menggunakan teknik pengambilan sampling acak sederhana atau sampling acak sistematis.

3.      Sample acak berkelas (Cluster random sampling)
Sample berkelas adalah pengambilan sample dari populasi dengan cara menyeleksi anggota sample dalam kelompok (kelas) dan bukan menyeleksi individu individu secara terpisah.

4.      Sample sistematis (Systematic sampling)
Sample sistematis adalah teknik pengambilan sample berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.



5.      Sample kemudahan (Convenience Sampling)
Sample kemudahan adalah teknik pengambilan sample dari populasi berdasarkan factor spontanitas, artinya siapapun yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya, maka orang tersebut dapat dijadikan sample.

6.      Sample purposive (Purposive sampling)
Sample purposive adalah teknik pengambilan sample dengan pertimbangan tertentu.

7.      Sample Quota/ Jumlah (Quota sampling)
Sample quota adalah teknik pengambilan sample dari populasi berdasarakan jumlah tertentu secara berurutan yang sudah ditentukan oleh peneliti.

b.      Sampling Penelitian Kualitatif
Dalam bukunya L.R Gay, Geoffrey E. Mills, dan Peter Airasian yang berjudul Educational Research Competencies for Analysis and Applications mengatakan bahwa: “Qualitative Sampling is the process of selecting a small number of individuals for a study in such a way that the individuals chosen will be a good key informants (i.e., collaborators, co- researches) who will contribute to the researche’s understanding of given phenomenon.[14] Dengan kata lain tehnik sampling penelitian kualitatif adalah proses pemilihan individu-individu yang akan diteliti dimana individu tersebut akan dijadikan sumber informasi yang baik yang akan memberikan konstribusi atau sumbangan pemahaman pada peneliti.
Berdasarakan pendapat diatas maka dalam penelitian kualitatif, penentuan sample lebih tepat tidak didasarakan pada teknik penarikan sample peluang (probability sampling) karena hal ini disebabkan penelitian kualitatif melihat proses sampling sebagai parameter populasi yang dinamis (McMillan dan Schumacher, 2001:404) dengan kata lain kekuatan dari penelitian kualitatif terletak pada kekayaan informasi yang dimiliki sample. Sehingga penentuan sample dalam penelitian kualitatif disesuaikan dengan tujuan penelitian, masalah penelitian, tehnik pengumpulan data, dan keberadaan kasus yang kaya akan informasi. Alasan lain kenapa sampling nonprobability lebih tepat dalam penelitian kualitatif karena adanya ukuran populasi yang tidak dapat dihitung maksudnya dikarenakan populasi sudah sedemikian besarnya sehingga tidak bisa diketahui kondisi karakteristiknya tidak dapat diidentifikasikan dengan jelas.
Adapun beberapa tehnik pendekatan dalam pengambilan sample penelitian kualitatif yang sering digunakan adalah:
1)      Purposive sampling or Judgment sampling
Purposive sampling juga dikenal dengan nama Judgment sampling. Purposive sampling adalah teknik penarikan sample berdasarkan pertimbangan tertentu atau tujuan dari peneliti dan dapat mewakili populasi. Pendapat ini didukung oleh L.R. Gay, G. E. Mills dan P. Airasian yang mengatakan bahwa “ purposive sampling also referred to as judgment sampling, is the process of selecting a sample that is believed to be representative of a given population.”[15]
Adapun contoh dalam purposive sampling adalah jika ingin meneliti perkembangan pendidikan di Indonesia maka sample sumber datanya adalah orang yang ahli dalam bidang pendidikan di Indonesia (Mentri Pendidikan, Kritisi Pendidikan)

2)      Snowball sampling
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama kelamaan menjadi besar dikarenakan jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap sehingga diperlukan sumber data lain yang dapat digunakan sebagai sumber data pelengkap.
      Contoh dalam pengambialn sample dari snowball sampling adalah dalam kasus Perkelahian antar pelajar SMP, si peneliti mengambil data penyebab terjadinya perkelahian tersebut kemudian dari sumber pertama datanya belum memuaskan sehingga peneliti mencari sumber yang lain berdasarkan rujuan dari sample pertama dan seterusnya, sehingga data yang diperoleh menjadi lengkap.

III.             Ukuran Sampel (Sample Size)
Pertanyaan yang sering kali muncul adalah seberapa besar sampel yang harus digunakan untuk sebuah penelitian agar memperoleh data yang representative? Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang di kehendaki. Yakni semakin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya semakin kecil tingkat kesalahan maka akan semakin besar jumlah sampel yang diperlukan. [16]
Ada berbagai macam cara untuk menentukan ukuran bagi sampel suatu penelitian. Peneliti dapat menyesuaikan ukuran sampel yang akan digunakan dengan jenis penelitian yang dilakukan. Seperti pendapat L.R. Gay yang menawarkan beberapa ukuran minimum dalam menentukan ukuran sampel berdasarkan jenis/tipe penelitian: untuk penelitian deskriptif minimum 10% dari populasi. Untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimum 20% ; untuk penelitian korelasi setidaknya sebanyak 30 subjek; untuk penelitian kausal kompratif atau penelitian ex post facto minimum 30 subjek per kelompok; dan untuk penelitian eksperimen minimum 15 subjek per kelompok. Namun beberapahli meyakini bahwa 30 subjek per kelompok dapat diprtimbangkan sebagai ukuran minimum.[17]

IV.             Kekeliruan Sampling (Sampling Bias)
Dalam tahap pengumpulan data sampel kadang kala kekeliruan sampling dapat terjadi. Kekeliruan ini terjadi karena kesalahan pribadi peneliti dalam mengumpulkan data sampel baik itu dalam menentukan ukuran sampel ataupun penggunaan instrument yang tidak tepat. Hal serupa di kemukakan oleh L. R. Gay (1987) “Selecting sample using the very best technique does not that they will be representative of the population. Sampling error, beyond of the researcher, can exist.”[18]
Dalam proses penelitian harus terbebas atau paling tidak hanya memiliki sedikit kesalahan baik pada saat pengumpulan data sampai pada penyajian informasi sebagai hasil penelitian. Begitupun halnya dalam proses sampling. Oleh sebab itu, kekeliruan sampling harus di antisipasi sedini mungkin. Adapun beberapa kekeliruan dalam sampling misalnya dalam menentukan jumlah sampel yang harus di ambil, populasi yang tidak jelas, pertanyaan-pertanyaan yang tidak tepat dan objek yang di teliti ternyata seluruhnya tidk didapat.











KESIMPULAN DAN SARAN

1.      Kesimpulan
a.      Dalam setiap penelian memerlukan sumber data dimana data tersebut diambil dari suatu sample
b.      Dalam pengambilan sampel memerlukan teknik pengambilan sample, yang tediri dari dua tipe yaitu berdasarkan proses pemilihan dan peluang.pemilihan
c.       Teknik sampling yang biasa digunakan dalam penelitian kuantitative yakni: random sampling, cluster sampling, stratified sampling, sistematis sampling, convience sampling, purposive sampling dan quota sampling.
d.      Teknik sampling yang biasa digunakan dalam penelitian kualitative adalah purposive dan snowball sampling
e.       Dalam menentukan ukuran sample ada beberapa macam salah satunya dengan menggunakan pendapat Gay ataupun menggunakan table Isaac dan Michael (lihat tabel: Sugiyono. (2007). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfbeta: Bandung. H.87.)








DAFTAR PUSTAKA

Hermawan. Budi.,  2007. Metodologi Penellitian. Cianjur-Jawa Barat,. LPPM-YPPI Universitas Putra Indonesia.
James H. McMillan & Sally schumacher.2001. Research in Education a Conceptual Introduction. 5th Edition. New York: Addison Wesley Longmen Inc.
Gay. L.R., 1987. Educational Research Competencies for Analysis and Application. Ohio. Merrill Publishing Company.
Gay. L. R., Mills. G.E., and Airasian. P., 2009. Educational Research Competencies for Analysis and Applications. Colombus, Ohio.Pearson.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif KUalitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.



[1] L.R. Gay. 1987. Educational Research Competencies for Analysis and Application. Ohio. Merrill Publishing Company. Page. 103
[3] L.R. Gay, op.cit. p.102
[4] [n] perluasan data di luar data yg tersedia, tetapi tetap mengikuti pola kecenderungan data yg tersedia itu. Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/ekstrapolasi#ixzz2equBgEm8
[6] Budi Hermawan. 2007. Metodologi Penellitian. Cianjur-Jawa Barat,. LPPM-YPPI Universitas Putra Indonesia. h.54.
[7] Budi Hermawan. Op.cit, hh. 54-55
[8] L.R Gay. Op. cit., h.101
[9] Prof. Dr. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif KUalitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. h. 81

[10] Ibit., h.82
[11] L.R. Gay, G. E. mills, and P. Airasian. 2009. Educational Research Competencies for Analysis and Applications. Colombus, Ohio.Pearson. p.135
[12]  re.pre.sen.ta.tif
[a] dapat (cakap, tepat) mewakili; sesuai dng fungsinya sbg wakil: data itu kurang -- untuk dijadikan dasar penelitianReferensi: http://kamusbahasaindonesia.org/representatif#ixzz2fGNzV94b
[13] L.R. Gay, G. E. mills, and P. Airasian. loc.cit. pp. 125-135
[14] Ibit. h. 135
[15]  L.R. Gay, G. E. mills, and P. Airasian. 2009. Educational Research Competencies for Analysis and Applications. Colombus, Ohio.Pearson. p. 134
[16] Prof. Dr. Sugiyono, op.cit., h. 86
[17] L.R. Gay, op.cit, hh.114-115.
[18] Ibid. h.115.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar