STRUKTUR
PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH
Makalah
Ini Disusun Sebagai Tugas Kelompok
Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen
Pengampu:
Dr. Endang Koenmarjati,
M.Pd
Oleh:
Nurrahmah
Mida Sulfiana
Anis
PENDIDIKAN
BAHASA
PROGRAM
PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah dengan
metode ilmiah.[1]
Artinya, kegiatan meneliti adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilaksanakan
berdasarkan langkah-langkah tertentu, yang logis dan sistematis. Oleh karena
itu, hal yang penting yang harus diketahui oleh seorang peneliti adalah teknik
pelaksanaan penelitian tersebut. Selain itu, terdapat juga hal lain yang lebih
penting dalam sebuah penelitian yaitu memahami dasar pikiran yang melandasi
penelitian tersebut. oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas
tentang rambu-rambu pikiran yang merupakan tema pokok sebuah proses
penelitian.
Tema pokok merupakan
hal yang harus dikuasai oleh seorang peneliti. Penguasaan tema pokok dengan
baik akan mudah dalam mengembanngkan berbagai variasi dari tema pokok tersebut.
Oleh karena itu, pembahasan tema pokok tersebut akan dijabarkan secara
kronologis dari metode keilmuan. Dengan demikian, seorang peneliti akan
mengetahui sebuah struktur penelitian tersebut.
Dalam kegiatan keilmuan, khususnya penelitian ilmiah,
peneliti tidak hanya harus menguasai struktur dan teknik penelitian yang benar,
tetapi peneliti juga harus mampu mengomunikasikan penelitian tersebut secara
tertulis. Penulisan ini disebut dengan penulisan keilmuan atau penulisan
ilmiah. penulisan ilmiah tentunya harus mengikuti aturan-aturan ilmiah. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas dua hal, yaitu bagaimana struktur
penelitian ilmiah dan bagaimana penulisan ilmiah dari penelitian tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengajuan Masalah
Sebagaimana yang telah dikatakan di awal bahwa penelitian
dilakukan untuk memecahkan suatu masalah. Itu artinya, suatu penelitian
berangkat dari adanya sebuah masalah. Oleh karena itu, pengajuan masalah
melakukan langkah pertama yang terdapat dalam suatu penelitian ilmiah.[2]
Secara kronologis terdapat enam kegiatan yang harus dilakukan
oleh peneliti dalam langkah pengajuan masalah. Keenam kegiatan tersebut adalah latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan
penelitian. Berikut akan diuraikan mengenai kegiatan tersebut.
2.1.1 Latar Belakang Masalah
Suatu gejala baru dapat dikatakan sebuah masalah bila gejala
tersebut terdapat dalam situasi tertentu. Misalnya, sebuah mobil yang dengan
tenang parkir di sebuah garasi bukan masalah, tapi jika mobil itu berhenti di
tengah jalan karena mogok akan menimbulkan masalah. Hal itu dikarenakan bisa
mengganggu lalu lintas. Begitu pula dengan bahasa Syahrini, jika bahasa ini digunakan dalam bahasa sehari-hari tentu
tidak akan menjadi sebuah masalah. Hal itu dikarenakan bahasa tersebut masih
bersifat komunikatif. Akan tetapi, pengunaan bahasa tersebut tentu akan menjadi
sebuah masalah ketika kita menggunakannya dalam sebuah karya ilmiah.
Pada hakikatnya sebuah
masalah tidak pernah berdiri sendiri. Sebuah masalah terisolasi dari
faktor-faktor lain. Ia selalu terdapat konstelasi yang merupakan latar belakang
dari suatu masalah tersebut. oleh karena itu, dalam penulisan sebuah karya
ilmiah perlu diuraikan latar belakang masalah dilakukannya suatu penelitian.
2.1.2 Identifikasi Masalah
Suatu
hal yang kelihatannya paradoks, bila ditinjau sepintas lalu, pemecahan sebuah
masalah akan menimbulkan masalah baru pula. Misalnya, pengembangan sebuah metode baru dalam pengajaran bahasa akan
menimbulkan berbagai masalah lainnya juga,seperti tingkat efisiensi metode baru
tersebut dengan metode lama, bagaimana penerapan metode baru tersebut, apakah
diperlukan berbagai media tertentu, dan juga apakah pengembangan metode baru
tersebut akan menimbulkan manfaat dalam semua proses pengajaran bahasa.
Begitulah suatu faktor baru akan menjalin suatu hubungan sebab akibat dengan
berbagai faktor yang telah ada.
Dalam
konstelasi yang bersifat situasional ini, kita dapat mengidentifikasikan obyek
yang menjadi masalah. Identifikasi
masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah di mana
suatu obyek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai
suatu masalah.[3]
Seperti contoh mobil yang mogok, dengan mudah kita mengenalinya itu masalah. Demikian juga, dalam lingkup peningkatan
pemerataan kesempatan menikmati pendidikan, inovasi seperti pendidikan
nonformal merupakan sebuah masalah. Mampukah pendidikan nonformal berperan
sebagai bentuk alternative bagi pendidikan? Mungkinkah pendidikan nonformal
diterapkan dalam situasi sekarang? Apakah pendidikan nonformal tidak menurunkan
mutu pendidikan? Begitulah langkah mengidentifikasi masalah.
2.1.3 Pembatasan Masalah
Sebagaimana
yang terlihat pada identifikasi masalah, ternyata identifikasi masalah
memberikan kepada kita sejumlah pertanyaan yang begitu banyak. Padahal sebuah
penelitian yang baik, lebih baik menghasilkan dua atau tiga hipotesis yang
teruji daripada sejumlah penemuan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, langkah ketiga dalam
pengajuan masalah adalah membatasi masalah.
Permasalahan
yang akan diteliti harus dibatasi terlebih dahulu ruang lingkupnya. Pembatasan masalah merupakan upaya untuk
menetapkan batas-batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk
mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk dalam lingkup permasalahan.[4] Misalnya, kita memilih
studi perbandingan dilihat dari efektivitas prestasi belajar. Efektivitas
prestasi belajar harus dibatasi masalahnya, sebab kita tidak mungkin meneliti
efektivitas seluruh mata pelajaran atau membatasi pada beberapa mata pelajaran
saja. Dengan pembatasan masalah, kita akan mendapatkan fokus masalah yang
memungkinkan kita untuk merumuskan masalah dengan baik
2.1.4 Perumusan Masalah
Kegiatan
keempat dalam pengajuan masalah adalah merumuskan masalah. Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin kita carikan jawabannya.[5] Perumusan masalah
dijabarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah. Dengan kata lain,
perumusan masalah merupakan pernyataan lengkap dan terperinci mengenai ruang
lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan
masalah.
2.1.5 Tujuan Penelitian
Setelah
masalah dirumuskan dengan baik, maka seorang peneliti menyatakan tujuan
penelitiannya. Tujuan penelitian
adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan
berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.[6]
2.1.6 Kegunaan Penelitian
Setelah
dibahas tujuan penelitian, maka kegiatan terakhir dalam langkah pengajuan
masalah adalah kegunaan penelitian. Kegunaan
penelitian merupakan manfaat yang dapat dipetik dari pemecahan masalah yang
didapat dari penelitian.[7]
2.2 Penyusunan Kerangka Teoretis
Penyusunan kerangka teoretis dilakukan setelah pengajuan
masalah. Pada tahap ini, proses penelitian dilakukan dengan mencari
teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang
dapat dijadikan landasan teoretis. Selanjutnya, pengajuan hipotesis menjadi
landasan dalam penyusunan kerangka berpikir. Hipotesis yaitu dugaan sementara
terhadap permasalahan yang diajukan dalam sebuah penelitian. Dalam memecahkan
permasalahan, terdapat dua cara antara lain cara ilmiah dan non-ilmiah. Dalam
penelitian ilmiah tentu saja pemecahan masalah harus dilakukan dengan cara
ilmiah. Cara ilmiah ini dijadikan sebagai dasar argumentasi untuk menyelesaikan
permasalahan dalam penelitian. Sebagai contoh masalah dalam penelitian berikut
ini, peneliti ingin melihat perbandingan dalam prestasi belajar bahasa inggris
disekolah formal dan sekolah nonformal. Maka, untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mempergunakan pengetahuan ilmiah yang relevan tentang hakikat dari
pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pengajaran bahasa Inggris. Proses
analisis yang digunakan untuk permasalahan tersebut yaitu berupa pengkajian
teoretis.
Upaya yang perlu dilakukan untuk pemecahan persoalan
tersebut dengan cara sebagai berikut:
Pertama,
peneliti mencoba mengkaji berdasarkan pengetahuan ilmiah mengenai karakteristik
pendidikan formal dan nonformal antara lain: (1) apakah yang disebut pendidikan
formal dan nonformal itu?, (2) bagaimana cara pendidikan dilakukan?, (3) apakah
prasarana dan sarana yang dipergunakan?, (4) bagaimana caranya mengembangkan
kurikulum?, (5) bagaimana caranya melakukan bimbingan?, (6) teknik evaluasi apa
yang digunakan?. Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersebut akan
memudahkan peneliti dalam men-segmentasikan masalah-masalah, sehingga
penjabarannya akan jelas.
Kedua,
dengan cara membandingkan antara pendidikan formal dan nonformal. Upaya yang
dapat dilakukan yakni membandingkan perbedaan karakteristik yang ada pada
masing-masing jenis pendidikan tersebut. Peneliti berusaha melihat, apakah
perbedaan yang bersifat karakteristik dalam proses belajar mengajar? Adakah
perbedaan dalam pemberian bimbingan? Adakah perbedaan dalam peranan guru?
Berbedakah aktivitas murid dalam proses belajar tersebut? Serta di mana letak
perbedaan dalam pelaksanaan penilaian?
Dari kedua upaya tersebut peneliti mencoba
mengidentifikasi perbedaan diantara keduanya. Jika terdapat perbedaan prestasi
belajar dari kedua bentuk pendidikan tersebut maka, terkait juga dengan
perbedaan karakteristik dari kedua bentuk sekolah. Setelah mengalami beberapa
proses di atas, maka dapat dibentuk kesimpulan yakni, bentuk pendidikan manakah
yang akan menghasilkan pretasi belajar bahasa Inggris yang lebih baik? Dan argumentasi manakah yang dapat
dikemukakan untuk menjelaskan hal itu?. Kesimpulan tersebut merupakan hipotesis
yang membutuhkan analisis yang dilakukan dengan tidak asal-asalan.
Pada dasarnya metode ilmiah dapat disimpulkan dengan dua
cara antara lain:
1. Pengajuan
hipotesis yang merupakan kerangka teoretis secara deduktif.
2. Pengumpulan
data secara empiris untuk menguji apakah kenyataan yang sebenarnya mendukung
atau menolak hipotesis.
Dalam bukunya, Jujun S.Sumantri mencantumkan
semboyan ilmiah yang pada hakikatnya harus dijunjung tinggi oleh peneliti.
“ Yakinkan secara logis dengan kerangka
teoretis ilmiah dan buktikan secara empiris dengan pengumpulan fakta yang
relevan”[8]
Kutipan tersebut mengandung maksud tentang hakikat
peneliti yang seharusnya dilakukan. Seorang ilmuwan boleh tidak menerima hasil
penelitian jika kerangka teoretis dalam pengajuan hipotesisnya belum
meyakinkan.
Adapun kerangka teoretis yang dapat menguatkan
argumentasi maka perlu memenuhi beberapa syarat yakni, teori-teori yang
digunakan haruslah merupakan teori
pilihan dari sejumlah teori yang telah dikuasai secara lengkap dengan mencakup
perkembangan-perkembangan yang mengikuti teori tersebut. Perlu disadari bahwa
ilmu terus berkembang dan teori yang dianggap efektif bisa jadi sudah tidak
dapat dipergunakan lagi. Hal ini tentu saja menjadi faktor penting bagi
peneliti sebelum meneliti lebih lanjut. Pada suatu disiplin kelimuan, hal
demikan biasa disebut “the state of the
art”.
Memiliki pengetahuan teori secara filsafati sangatlah
penting karena pikiran-pikaran dasar yang melandasi teori tersebut seperti
postulat dan asumsi sering kurang mendapat perhatian dalam proses belajar
mengajar. bagi peneliti yang akan menulis tesis atau disertasi seharusnya
mengetahui secara benar pikiran-pikiran dasar dari teori yang akan
dipakai. Hal inilah yang membedakan
pendidikan di pascasarjana dengan pendidikan strata satu.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
dalam menyusun kerangka pemikiran dibutuhkan teori-teori ilmiah yang menjadi
dasar argumentasi sehingga membuahkan hipotesis. Adapun kriteria utama agar
kerangka pemikiran dapat menguatkan para ilmuwan lain yaitu dengan alur-alur
pikiran yang logis. Alur pikiran logis disini yakni menggunakan teori yang
sudah di paparkan pada kerangka berpikir sebagi landasan dalam penelitian.
Tidak sedikit tesis atau disertasi dimana teori-teori yang termaktub di
dalamnya hanya sebagai pajangan belaka. Seharusnya teori-teori tersebut menjadi
landasan yang kuat dalam membangun kerangka berpikir.
2.3
Metodologi Penelitian
Setelah perumusan hipotesis selesai dilakukan maka, tahap
selanjutnya adalah menguji hipotesis tersebut secara empiris. Pada tahap inilah
penggunaan metodologi suatu penelitian dibutuhkan. Metodologi adalah
pengetahuan tentang berbagai metode, sedangkan metodologi penelitian merupakan
pengetahuan tentang metode-metode yang digunakan dalam suatu penelitian,
misalnya metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Setiap penelitian
memiliki metode penelitian masing-masing. Pada tahap ini, tujuan penelitian
harus dinyatakan secara lengkap, seperti variabel-variabel yang akan diteliti
serta karakteristik-karakteristik hubungan yang akan diuji. Berdasarkan tujuan
penelitian tersebut, peneliti dapat memilih metode penelitian yang tepat
beserta teknik yang ingin digunakan.
Metode adalah prosedur tertentu yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu sedangkan teknik adalah cara yang spesifik yang
digunakan dalam penelitian untuk memecahkan masalah dengan prosedur tertentu. Jadi, teknik-teknik tercakup dalam
metode penelitian seperti, teknik pengambilan contoh, teknik pengukuran, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
Hal yang perlu diingat adalah pada proses verifikasi data
dimana kesimpulan yang ditarik kemudian dibandingkan dengan hipotesis untuk
menentukan hipotesis ditolak atau diterima. Oleh karena itu, teknik yang
dipilih dalam metode penelitian harus sesuai dengan perumusan hipotesis.
Pada teknik pengumpulan data,
variabel-variabel dalam penelitian harus dinyatakan kemudian sumber data
mengenai keterangan variabel tersebut didapatkan. Dalam proses pengumpulan data
diperlukan instrumen. Instrumen perlu diuji keabsahan (validity) dan
keandalannya (reliability) sebelum digunakan. Instrumen harus memenuhi
persyaratan secara a priori. Maka,
instrument dicantumkan secara singkat dalam metode penelitian.
2.4
Hasil Penelitian
Setelah melakukan sejumlah tahap
penelitian yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, langkah
selanjutnya yakni pada hasil dari penelitian itu sendiri. Secara singkat hasil
penelitian dapat dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut:[9]
a.
Menyatakan variabel-variabel
yang diteliti.
b.
Menyatakan teknik analisis
data.
c.
Mendeskripsikan hasil
analisis data.
d.
Memberikan penafsiran
terhadap kesimpulan analisis data.
e.
Menyimpulkan pengujian
hipotesis apakah ditolak atau diterima.
2.5
Ringkasan dan
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian merupakan sintesis
dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka teoritis,
hipotesis, metodologi penelitian, dan penemuan penelitian. Sintesis ini
membuahkan kesimpulan yang ditopang oleh suatu kajian yang bersifat terpadu
dengan meletakkan berbagai aspek penelitian dalam perspektif yang menyeluruh.
Untuk itu bagian ini disebut ringkasan dan kesimpulan yang pada dasarnya
mencerminkan hakikat kesimpulan yang disingkapkan oleh penelitian.Berikut
langkah-langkah menyusun ringkasan dan kesimpulan:[10]
a.
Deskripsi singkat mengenai
masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian.
b.
Kesimpulan penelitian yang
merupakan sintesis berdasarkan keseluruhan aspek tersebut di atas.
c.
Pembahasan kesimpulan
penelitian dengan melakukan perbandingan terhadap penelitian lain dan
pengetahuan ilmiah yang releva.
d.
Mengkaji implikasi
penelitian.
e.
Mengajukan saran.
2.6
Abstrak
Seluruh laporan penelitian kemudian
disarikan dalam sebuah ringkasan yang disebut abstrak. Abstrak merupakan
ringkasan seluruh kegiatan penelitian yang dikemas dengan ringkas namun padat.
Abstrak mencakup keseluruhan pokok pernyataan penelitian sesuai dengan
langkah-langkah kegiatan penelitian.
2.7 Daftar Pustaka
Pada hakikatnya daftar pustaka merupakan
inventarisasi dari seluruh publikasi ilmiah maupun nonilmiah yang dipergunakan
sebagai dasar bagi pengkajian yang dilakukan.
2.8 Riwayat Hidup
Riwayat hidup merupakan deskripsi dari
latar belakang pendidikan dan pekerjaan peneliti yang mempunyai hubungan dengan
penulisan karya ilmiah yang disampaikan. Semua hal yang bersifat penting
tentang latar belakang penulis diringkaskan dalam sebuah penjelasan yang cukup
padat.
2.9 Usulan Penelitian
Sebuah usulan penelitian mengandung
seluruh langkah-langkah penelitian tanpa hasil penelitian. Dengan demikian
usulan penelitian hanya mencakup langkah pengajuan masalah, penyusunan kerangka
teoritis, dan pengajuan hipotesis serta metodologi penelitian.
Mengkomunikasikan gagasan-gagasan dalam
cara-cara yang dapat diterima oleh bidang-bidang keilmuan itulah yang merupakan
jiwa dari sebuah karya ilmiah.Langkah-langkah dalam penelitian ilmiah yang
telah dijelaskan di atas dapat dijadikan sebagai kerangka pembahasan yang lebih
mendalam mengenai filsafat ilmu. Kegunaan yang diperoleh dari penelitian dapat
dikaitkan dengan aksiologi keilmuan yang membahas nilai kegunaan ilmu sekaligus
membahas berbagai aspek moral dan sosial. Pembahasan filsafat ilmu diharapkan
memungkinkan berkembangnya pengkajian filsafat yang berorientasi kepada ilmu
dengan menekankan kepda aspek-aspek filsafat yang penting sekaligus menyaring
yang kurang penting.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Berdasarkan uraian yang
telah dipaparkan pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal berikut.
1.
Struktur penelitian ilmiah harus dipahami
dengan baik oleh seorang peneliti agar peneliti tidak terhambat dalam melakukan
penelitian. Selain itu, penguasaan struktur penelitian dengan baik tidak akan
membuat peneliti bingung harus memulai penelitian dari mana dan melangkah
kemana.
2.
Penguasaan penulisan ilmiah juga hal penting
bagi seorang peneliti atau penulis ilmiah. Dengan menguasai cara penulisan
ilmiah, penulis tidak akan bermasalah dalam menempatkan semua unsur-unsur yang
terdapat dalam aturan ilmiah tersebut. misalnya, penulis tidak lagi bingung
harus menempatkan hipotesisnya dimana, apakah setelah perumusan atau setelah
hasil penelitian. Hal ini dikarenakan penulis sudah mengetahui hakikat dan
fungsi unsure-unsur tersebut dalam keseluruhan struktur peelitian ilmiah.
3. Struktur
penelitian ilmiah dimulai dari pengajuan
masalah, penyusunan kerangka teoritis, metodologi penelitian, hasil penelitian,
ringkasan dan simpulan.
DAFTAR
PUSTAKA
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: PT Grafindo.
Suriasumantri,
Jujun.1982. Filsafat Ilmu: Sebuah
Pengantar Populer. Jakarta: PT. Penebar Swadaya
[2] Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Pustaka Sinar
Harapan, 2009), h. 309.
[3] Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Pustaka Sinar
Harapan, 2009), h. 309.
[4] Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Pustaka Sinar
Harapan, 2009), h. 311.
[5] Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Pustaka Sinar
Harapan, 2009), h. 312.
[6] Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Pustaka Sinar
Harapan, 2009), h. 313.
[7] Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Pustaka Sinar
Harapan, 2009), h. 313.
[8] Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Pustaka Sinar
Harapan, 2009), h. 318.
[9]Jujun
S. Suriasumantri, FilsafatIlmu: SebuahPengantarPopuler, Jakarta 1995:
PustakaSinarHarapan. h.339
[10]Jujun
S. Suriasumantri, FilsafatIlmu: Sebuah Pengantar Populer,( Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan. 1995) h.341
Ijin copas ya , mksh
BalasHapusok. makasih
Hapus