Jumat, 21 November 2014

mengajar dan belajar



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

       Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Guru yang menciptakan lingkungan  kegiatan belajar dan juga mengajar. Perpaduan dari kedua unsur edukasi ini lahirlah interaksi dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Disana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan. 
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ketujuan. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran.
 Agar efektif dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebagai pengelola harus mempunyai beberapa pendekatan seperti pembelajaran efektif, perencanaan pembelajaran, strategi pembelajaran, guru yang efektif, kompetensi esensial guru,  teacher-directed instruction, student centered teaching. Ketujuh aspek ini dibahas dalam pembahasan selanjutnya sebagai seorang pendidik wajib mengetahui, memahami dan menerapkannya guna menunjang kegiatan belajar dan mengajar.
B.    Rumusan Masalah
Sesuai dengan apa yang kita sampaikan sebelumnya bahwa makalah ini akan membahas tentang Prinsip Belajar dan Pembelajaran, maka rumusan masalahnya adalah:
1.      Apa Pengertian Pembelajaran Efektif ?
2.      Apa Pengertian Perencanaan Pembelajaran?
3.      Apa Pengertian Strategi Pembelajaran?
4.      Apa dan bagaimana Guru yang Efektif?
5.      Apa saja Kompetensi Esensial Guru?
6.      Apa dan bagaimana Teacher Directed Instruction?
7.      Apa dan bagaimana Student Centered Teaching?

C.    Tujuan
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam makalah ini adalah pertama, agar para pendidik mampu dan mengerti tugasnya sebagai seorang pendidik yang baik dalam menyampaikan materi yang disampaikan kepada siswanya. Kedua, guru mampu memperhatikan beberapa prinsip yang membantu dalam proses belajar mengajar. Terakhir, bagaimana seorang guru mampu menciptakan suasana kelas yang di inginkan oleh siswa agar dalam prosesnya dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan target yang akan dicapai.

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Definisi Mengajar dan Belajar

1.    Definisi Mengajar

Pengertian umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Dengan demikian tujuannya  hanya berada disekitar pencapaian penguasaan siswa atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan. Dari pengertian semacam ini timbul gambaran bahwa peranan dalam proses pengajaran hanya dipegang guru, sedangkan peserta didik dibiarkan pasif.
Menurut Tardif (1989: 20) mendefinisikan mengajar adalah any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.
Mengajar menurut kamus (Oxford dictionaries 2014, diakses 8 Februari 2014) 1) impart knowledge to or instruct (someone) as to how to do something.2) cause (someone) to learn or understand something by example or experience.
Sedangkan kata the teacher (guru) dan the learner (orang yang belajar) dalam definisi Tardif itu semata-mata hanya sebagai contoh yang mewakili dua individu yang sedang berinteraksi dalam proses pengajaran. Dari definisi tadi juga ada interaksi antar individu seperti antara orangtua dengan anak.

2.     Definisi Belajar
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan,  kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya Teaching & Media–A Systematic Approach (1971) dalam Arsyad (2011:3) mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati”. Kemudian menurut Ahli Psikologi Kimble (1961) dalam dalam Long (2003:10) “have defined learning in general as an experience which produces a relatively permanent change in behaviour, or potential Behaviour”.
       Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
       Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
B.   Pembelajaran Efektif
1.     Hakikat Pembelajaran Efektif
Dari defenisi belajar dan pembelajaran serta efektif, maka hakikat pembelajaran yang efektif menurut Djiwandoni (2002:226-227) adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi siswa. pembelajaran efektif juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas siswa untuk mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri. Di dalam menempuh dan mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif maka perlu dilakukan sebuah cara agar proses pembelajaran yang diinginkan tercapai yaitu dengan cara belajar efektif. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif menurut Slamento (1995:76) perlu adanya bimbingan dari guru.
 Muara dari berfungsinya manajemen pembelajaran yang baik dan efektif menurut (Charles, 2002; Evertson, Emmer, & Worsham, 2003)  dalam Santrock (2008:553) adalah akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid. Para pakar dalam bidang manajemen kelas melaporkan bahwa ada perubahan dalam pemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas.
2.     Penerapan Pembelajaran Efektif
Menyelenggarakan pembelajaran efektif merupakan impian setiap guru dan sekolah. Pembelajaran efektif adalah kegiatan pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Mewujudkan pembelajaran efektif bukan hal mudah bagi kebanyakan guru, bahkan yang pernah mengajar berpuluh tahun sekalipun. Hal ini dikarenakan efektivitas pembelajaran merupakan proses yang kompleks, baik dipengaruhi oleh kondisi siswa, lingkungan maupun
kompetensi pengajarnya.
 Supaya pembelajaran efektif maka guru perlu menerapkan lima hal:
1.    Pengendalian Kelas
Pembelajaran efektif pertama-tama membutuhkan kemampuan pengajar untuk mengendalikan kelas, yaitu mengkondisikan siswa agar dengan antusias bersedia mendengarkan, memperhatikan dan mengikuti instruksi pengajar. Pengendalian kelas merupakan kunci pertama keberhasilan pembelajaran. Kegagalan ataupun pengendalian kelas yang kurang maksimal akan berakibat kegagalan atau minimal keberhasilan pembelajaran kurang optimal. Intinya, pengendalian kelas merupakan upaya membuat siswa secara mental siap untuk dibelajarkan. 
2.    Membangkitkan minat eksplorasi.
Setelah siswa secara mental siap belajar, tugas guru adalah meyakinkan siswa-siswinya betapa materi pembelajaran yang tengah mereka pelajari penting dan mudah dipelajari, sehingga menggugah minat mereka untuk mempelajarinya. Ibarat makan, setelah anak mandi, berganti pakaian dan duduk di meja makan, sajian yang akan mereka santap memang membangkitkan selera. Anak tahu makanan itu enak, bermanfaat dan tak sabar untuk segera melahapnya.
3.   Penguasaan konsep dan prosedur mempelajarinya
Seenak apapun makanan, pasti ada cara paling tepat untuk menikmatinya. Kesalahan cara menikmati tak jarang membuat anak kehilangan selera, misalnya makan satu ayam tetapi dari sambalnya lebih dulu. Itu sebabnya, hal pertama yang harus dilakukan adalah memperkenalkan hakekat makanan yang akan mereka santap, serta dari bagian mana atau dengan cara seperti apa menikmatinya. 
Tugas inti seorang guru secara profesional adalah memperkenalkan konsep dasar dari materi pelajaran yang tengah dipelajari, dimulai dari sisi termudah dan paling menarik. Guru yang benar-benar menguasai materi pelajaran pasti menemukan banyak cara untuk membuat anak didiknya memahami materi pelajaran, dan bila perlu membuat kiasan, terutama untuk materi pelajaran yang bersifat abstrak,  
4.    Latihan
Pemahaman dalam sekali proses akan sangat mudah menguap oleh berbagai aktivitas lain siswa. Memberikan latihan demi latihan baik berupa latihan di kelas, PR atau pemberian tugas-tugas tertentu merupakan wahana untuk memperkuat penguasaan materi yang telah dipelajari. Pemberian tugas dan latihan mutlak diberikan agar siswa berlatih secara terstruktur, sekalipun secara mandiri mereka mungkin saja mempelajarinya.
Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian latihan meliputi ketercakupan materi pelajaran. Itu sebabnya kisi-kisi materi pelajaran harus disusun sejelas mungkin, sehingga dalam pemberian latihan dan penugasan benar-benar meluas dan mendalam.  


5.   Kendali Keberhasilan
Tugas guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi lebih dari itu guru harus memastikan seluruh siswa menguasainya. Penjajagan terhadap penguasaan materi pelajaran oleh siswa harus dilakukan baik selama proses pembelajaran, latihan maupun penugasan.
Selama kegiatan pembelajaran guru perlu mulai menjajagi penguasaan materi pelajaran semisal melalui kuis, snap shot, atau pertanyaan acak lainnya. Hal yang harus diperhatikan saat memberikan kuis atau pertanyaan penjajagan adalah jawaban siswa yang selama ini dikenal paling lemah daya tangkapnya. Meminta siswa yang dikenal paling lemah dan sedang daya tangkapnya menjadi indikator awal keberhasilan pembelajaran, sebab secara otomatis dapat diperkirakan penguasaan materi oleh siswa yang daya tangkapnya kuat.  
C.    Perencanaan Pembelajaran
1.     Hakekat Perencanaan Pembelajaran
       Perencanaan pembelajaran adalah catatan-catatan hasil pemikiran awal seorang guru sebelum mengelola proses pembelajaran. Masih dalam sumber yang sama, perencanaan pembelajaran adalah persiapan mengajar yang berisi hal-hal yang perlu atau harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembeajaran yang antara lain meliputi unsur-unsur: pemilihan materi, metode, media, dan alat evaluasi.
       Sedangkan menurut Santrock (2011:399) perencanaan pembelajaran terbagi menjadi dua Instructional Planning dan Time Frames and Planning
1.    Instructional Planning (Perencanaan Instruksional)
       Perencanaan adalah aspek penting untuk menjadi guru yang kompeteten. Perencanaan instruksional adalah pengembangan atau penyusunan startegi sistematik dan tertata untuk merencanakan pelajaran. Guru perlu menentukan seperti apa dan bagaimana mereka akan mengajar.
            Isi dari perencanaan instruksional menurut Linda Darling-Hammond et al. (2005, pp. 185–186) (dalam Santrock 2011:400) harus menampilkan beberapa aspek penting sebagai berikut;
Guru harus memutuskan apa saja yang penting untuk dimasukkan, diberikan, dan tahu bagaimana membuatnya serta dapat diterima oleh sekelompok siswa. Hal ini memerlukan berpikir tentang bagaimana untuk memberikan siswa sebuah skema atau domain peta konseptual yang akan dipelajari (National Research Council, 2000) serta perencanaan kegiatan yang khusus demi  kesiapan siswa dalam berbagai jenis pengalaman belajar. Selain itu guru perlu mempertimbangkan jenis informasi, demonstrasi, model, peluang penyelidikan, diskusi, dan praktek siswa yang membutuhkan waktu dalam memahami konsep-konsep tertentu untuk mengembangkan keterampilan tertentu. . . .

Secara garis besar guru terhadap siswa perlu memberikan, menjelaskan kapan, apa perintahnya dan bagaimana cara mengerjakannya yang tertuang didalam kurikulum.

2.     Time Frames and Planning (Kerangka Waktu)
Menyusun kerangka waktu yang sistematis membutuhkan pengetahuan tentang apa-apa yang perlu dilakukan dan kapan melakukannya, atau perlu focus pada “tugas” dan waktu.”
Berikut ini salah satu contoh rencana dan tugas (Douglass &Douglass,1993) dalam Santrock (2004:464).
   Apa yang perlu dilakukan
1.    Menentukan tujuan instruksional (Apa yang harus saya lakukan?)
2.    Merencanakan kegiatan (Apa yang harus saya lakukan untuk mencapai tujuan?)
3.    Menentukan prioritas (Tugas mana yang lebih penting?)

Waktu Melakukannya
4.    Membuat estimasi waktu (Berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap kegiatan?)
5.    Membuat jadwal (Kapan kegiatan akan dilakukan?)
6.    Fleksibel (Bagaimana saya akan menangani situasi yang tak terduga?)

Kerangka waktu berkaitan dengan kapan perencanaan kurikulum tersebut diimplementasikan: perencanaan tahunan, perencanaan term, perencanaan unit,  perencanaan mingguan dan perencanaan harian.
Contoh gambar  lima rentang waktu (dalam Santrock 2011:401)
FIVE TIME SPANS OF TEACHER PLANNING
AND THEIR OCCURRENCE OVER THE SCHOOL YEAR
From R. J. Yinger, “A Study of Teacher Planning,” The
Elementary School Journal, Vol. 80, No. 3 (Jan. 1980),
D.    Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Menurut Santrock (2004:558) menyebutkan bahwa Manajemen kelas yang efektif mempunyai dua tujuan: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktifitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional. 
Menyiapkan dan Mengorganisasi aktifitas pembelajaran mempunyai beberapa tahapan menurut Eggen & Kauchak (2004:468):
This proses involves four steps:
1.    Identify the components of the topic-the concepts, principles, and relationships among them that students should understand.
2.    Sequence the components of the topic.
3.    Prepare examples that student can use to construct their understanding of each component of each the topic.
4.    Order the examples with the most salient and obvious presented first.
            Sedangkan penerapan strategi pembelajaran dalam Pendidikan di Indonesia diimplementasikan dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada kurikulum 2013 (liputanpendidikan, diakses 8 Februari 2014) dibawah ini:




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan        : SMP
Kelas/Semester              : VII/1
Mata Pelajaran               : Bahasa Inggris
Topik                                   : Greeting and Introduction
Pertemuan Ke-               : 1
Alokasi Waktu                 : 2 x 40 menit
A.   Kompetensi Dasar
2.1     Menunjukkan perilaku jujur dan percaya diri dalam berkomunikasi dengan lingkungan sosial sekitar rumah dan sekolah
3.1. Mengenal berbagai cara berbeda dalam membuka percakapan (menyapa, memperkenalkan diri, menginisiasi topik percakapan)
1.1.   Membuka dan menutup percakapan interpersonal dengan ungkapan bervariasi melalui kegiatan menyimak dan berbicara
B.    Indikator Pencapaian Kompetensi
1.    Menunjukkan motivasi untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris.
2.    Mengidentifikasi ungkapan yang digunakan untuk menyapa dalam bahasa Inggris(Greeting)
3.    Melakukan tindak tutur menyapa dalam bahasa Inggris dengan percaya diri
4.    Mengidentifikasi ungkapan yang digunakan untuk memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris (Introduction)
5.    Melakukan tindak tutur memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris
6.    Melakukan percakapan interpersonal dengan menggunakan ungkapan sapaan melalui kegiatan terintegrasi menyimak dan berbicara bahasa Inggris.
7.    Melakukan percakapan interpersonal dengan menggunakan ungkapan perkenalan diri melalui kegiatan terintegrasi menyimak-berbicara bahasa Inggris dengan percaya diri.
C.    Tujuan Pembelajaran
1.    Melalui contoh, peserta didik dapat menggunakan ungkapan sapaan ke dalam praktik berbicara bahasa Inggris.
2.    Melalui contoh, peserta didik dapat menggunakan ungkapan perkenalan diri ke dalam praktik berbicara bahasa Inggris.
D.   Materi Pembelajaran
1.     Ungkapan sapaan:Hello/Hi,  How are you?, How’s life?, Good morning/afternoon/evening/night.
       Nice to meet you.
2.     Ungkapan perkenalan diri: my name is _____, you can call me ____,
3.     Kosakata yang berhubungan dengan aktivitas sapaan dan perkenalan diri: thank you, I am fine, thanks, nice to meet you too.
E.    Model/Metode Pembelajaran
1.    Pendekatan: scientific
2.    Strategi: observe – practice.
3.    Metode: Inquiry/Experiencial learning.

Rancangan pembelajaran diatas merupakan kesatuan dari wadah yang menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

E.GURU YANG EFEKTIF
Secara singkat guru yang baik adalah seorang individu yang peduli dengan siswa, mendedikasikan waktu dan energinya untuk mengelola kelas, serta menguasai materi pelajaran di kelas. Berikut ini adalah sebuah bagan komponen-komponen yang membentuk seorang guru yang baik yang dibuat oleh Slavin (2009 : 6).

                                                          Decision making


Knowledge of subject                                                                              Critical thinking
and teaching resources                                                                   and problem solving skills


Self-knowledge                              GOOD                                   Reflexions
and Self-regulation                     TEACHER                                 
                                                                                                            


Knowledge of students                                                                            Teaching and
and their learning                                                                               communication skills
                                                       
                                              Application of
                                                education research


                                                                    Bagan
                                           Komponen dari Guru yang Baik

Bagan di atas menggambarkan empat komponen utama dari seorang guru yang baik yaitu pengetahuan tentang mata pelajaran yang diajarkan, kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah, pengetahuan akan siswa dan cara pembelajarannya, serta ketrampilan mengajar dan komunikasi.  komponen di atas disatukan oleh empat komponen lainnya yaitu kemampuan memecahkan masalah, kemampuan untuk memahami dan mengaturan diri sendiri, kemampuan untuk melakukan refleksi, serta kemampuan untuk menerapkan hasil-hasil penelitian tentang pendidikan.
Jika kita perhatikan, komponen yang membentuk figur seorang guru yang baik tidak hanya ditentukan oleh banyaknya pengetahuan yang dimiliki berkaitan dengan materi yang diajarkan di kelas. Dibutuhkan atribut-atribut lain yang akan mendukung tercapainya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Karakteristik Guru yang Efektif
Mengutip pemikiran Davis dan Margareth A. Thomas  dalam bukunya Effective Schools and Effective Teachers, Suyanto dan Djihad Hisyam (2000:29) mengemukakan  tentang beberapa kemampuan guru yang mencerminkan guru yang efektif :
1.    Kemampuan yang terkait dengan iklim kelas, terdiri dari:
-       Memiliki kemampuan interpersonal, khususnya kemampuan menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, ketulusan.
-       Memiliki hubungan baik dengan siswa.
-       secara tulus menerima dan memperhatikan siswa
-       menunjukkan minat dan antusiasme yang tinggi dalam mengajar
-       mampu menciptakan atmosfer untuk bekerja sama dan kohesivitas dalam kelompok;
-       melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran;
-       mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi; dan
-       meminimalkan friksi-friksi di kelas jika ada.
2.    Kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen, terdiri dari:
-       memiliki kemampuan secara rutin untuk mengahadapi siswa yang tidak memperhatikan, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi dalam mengajar; serta
-       mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berfikir yang berbeda.
3.    Kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik dan penguatan (reinforcement), terdiri dari:
-       mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa;
-       mampu memberikan respon yang membantu kepada siswa yang lamban belajar;
-       mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban yang kurang memuaskan; dan
-       mampu memberikan bantuan kepada siswa yang diperlukan.
4.    Kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari:
-       mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif;
-       mampu memperluas dan menambah pengetahuan metode-metode pengajaran; dan
-       mampu memanfaatkan perencanaan kelompok guru untuk menciptakan metode pengajaran. 

F. Kompetensi Esensial Guru
Menurut PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam konteks itu, maka kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan beserta subkom- petensi dan indikator esensialnya diuraikan  dalam buku Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru sebagai berikut.
1.    Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi sub kompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:
a.  Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan memeliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
b.  Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik.
c. Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d.  Memiliki kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
e.  Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
2.    Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:
a.  Memahami peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memamahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidenti- fikasi bekal-ajar awal peserta didik.
b.  Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidik-an untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c.  Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Subkompe-tensi ini memiliki indikator esensial: melaksanakan evaluasi (assess-ment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengem-bangkan berbagai potensi nonakademik.
3.    Kompetensi Profesional
Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum matapelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.
Secara rinci masing-masing elemen kompe-tensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:
a.  Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau kohe-ren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
b.  Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk me-nambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
4.    Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi ini memiliki sub kompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut :
a.  Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
b.  Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
c.  Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar
Itulah kompetensi-kompetensi yang wajib dimiliki oleh para pendidik, agar benar-benar mampu mentransfer ilmu secara maksimal kepada para peserta didik. Namun, dalam makalah ini hanya akan membahas tuntas salah satu dari empat kompetensi tersebut, yaitu kompetensi profesional.

G. Teacher Direct Instruction (Model Pembelajaran Langsung/Model Pengajaran Langsung)

Direct instruction secara bahasa (arti kata) berarti model pengajaran langsung. Akan tetapi banyak orang lebih suka mengganti kata pengajaran dengan pembelajaran, sehingga lebih lazim disebut model pembelajaran langsung. Penggunaan kata ‘pembelajaran’ lebih disukai karena terkesan bahwa dalam kegiatan belajar, siswa aktif terlibat. Beberapa orang menganggap kata ‘pengajaran’ lebih berkesan hanya guru yang aktif dalam kegiatan belajar, sementara siswa pasif.
             Direct instruction adalah sebuah pendekatan mengajar di mana pembelajaran berorientasi pada tujuan (pembelajaran) dan distrukturisasi oleh guru. (Slavin : 231) Direct instruction is an approach to teaching in which lessons are goal-oriented and structed by teacher.
Jadi model pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa.
H. STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)
Student centered learning [SCI] is an instructional approach in which students influence the content, activities, materials, and pace of learning. This learning model places the student (learner) in the center of the learning process. The instructor provides students with opportunities to learn independently and from one another and coaches them in the skills they need to do so effectively. The SCI approach includes such techniques as substituting active learning  experiences for lectures, assigning open ended problems and problems requiring critical or creative thinking that cannot be solved by following text examples, involving students in simulations and role plays, and using self paced and/or cooperative (team-based) learning. Properly implemented SCI can lead to increased motivation to learn, greater retention of knowledge, deeper understanding, and more positive attitudes towards the subject being taught
(Collins & O'Brien, 2003)
.
 Student Center Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang memberdayakan peserta didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang bersifat kaku instruksi dari pendidik dirubah menjadi pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik menyesuaikan dengan kemampuannya dan berperilaku langsung dalam menerima pengalaman belajarnya.Landasan pemikiran dari SCL adalah teory belajar konstruktivis (Weswood Peter, 2008:26). Prinsip teori konstruktivis berasal dari tori belajar yang dikembangkan oleh Jean Piaget (1983), Jerome Breuner (1961), dan John Dewey(1933), yaitu memusatkan proses pembelajaran pada perubahan perilaku peserta didik itu sendiri dan dialami langsung untuk membentuk konsep belajar dan memahami. Selanjutnya konsep pengalaman belajar dari segitiga Dale membuktikan bahwa belajar mengalami sendiri pada kondisi nyata atau sebenarnya dan mengendalikan proses belajarnya merupakan pemenuhan pengalaman belajar yang lebih baik dibanding belajar dengan mengamati.


MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DALAM SCL
Student-Centered Learning memiliki potensi untuk mendorong peserta didik belajar lebih aktif, mandiri, sesuai dengan irama belajarnya masing-masing, sesuai dengan perkembangan usia peserta didik, irama belajar siswa tersebut perlu dipandu agar terus dinamis dan mempunyai tingkat kompetensi yang tinggi. Beberapa model pembelajaran SCL adalah sebagai berikut:
Small Group Discussion (SGD)
Metode diskusi merupakan model pembelajaran yang melibatkan antara kelompok  siswa atau kelompok siswa dan pengajar untuk menganalisa, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) membuat rancangan bahan diskusi dan aturan diskusi. (2) Menjadi moderator dan sekaligus mengulas pada setiap akhir sesi diskusi. Sedangkan peserta didik (1) membentuk kelompok (5 -10) siswa, (2) memilih bahan diskusi, (3) mempresentasikan paper dan mendiskusikannya di kelas.
Role-Play and Simulation
Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih peserta didik tentang suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang sebenarnya. Jadi dengan model ini siswa mempelajari sesuatu (sistem) dengan menggunakan model.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) merancang situasi atau kegiatan yang mirip dengan sesungguhnya, bisa berupa; bermain peran, model, dan komputer, (2) Membahas kinerja siswa. Sedangkan siswa (1) mempelajari dan menjalankan suatu peran yang ditugaskan, (2) memperaktekan atau mencoba berbagai model yang telah disiapkan.
Discovery Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian kepada peserta didik dengan tujuan supaya siswa dapat mencari sendiri jawabannya tanpa bantuan pengajar.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) menyediakan data atau metode untuk menelusuri pengetahuan yang akan dipelajari siswa, (2) memeriksa dan memberikan ulasan terhadap hasil belajar siswa. Sedangkan siswa (1) mencari, mengumpulkan, dan menyusun informasi yang ada untuk mendeskripsikan suatu pengetahuan yang baru, (2) Mempresentasikan secara verbal dan non verbal.
Self-Directed Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada siswa, seperti tugas membaca dan membuat ringkasan.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) memotivasi dan memfasilitasi siswa, (2) memberikan arahan, bimbingan dan umpan balik kemajuan belajar siswa. Sedangkan siswa (1) merencanakan kegiatan belajar, melaksanakan, dan menilai pengalaman belajar sendiri, (2) inisiatif belajar dari siswa sendiri.
Cooperative Learning
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) merancang dan memonitor proses belajar siswa, (2) menyiapkan kasus atau masalah untuk diselesaikan siswa secara berkelompok. Sedangkan siswa (1) membahas dan menyimpulkan masalah atau tugas yang diberikan secara berkelompok (2) melakukan koordinasi dalam kelompok.
Contextual Learning (CL)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha mahasiswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
Dengan metode ini pengajar harus, (1) menyusun tugas untuk studi siswa terjun di lapangan, (2) menjelaskan bahan kajian yang bersifat teori dan mengkaitkan dengan situasi nyata atau kerja profesional. Sedangkan siswa (1) Melakukan studi lapangan atau terjun di dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori (2) membahas konsep atau teori yang berkaitan dengan situasi nyata.
Problem Based Learning (PBL)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
IDengan metode ini pengajar harus, (1) Merangsang tugas belajar dengan berbagai alternatif metode penyelesaian masalah (2) Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan siswa (1) Belajar dengan menggali atau mencari informasi (inquiry), serta memamfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah faktual yang sedang dihadapi, (2) Menganalisis strategi pemecahan masalah.
Collaborative Learning (CbL)
Metode ini memungkinkan  siswa untuk mencari dan menemukan jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk menggali semua kemungkinan yang ada.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) Merancang tugas yang bersifat open ended, (2) Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan siswa (1) Membuat rancangan proses dan bentuk penilaian berdasarkan konsensus kelompok sendiri (2) Bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan tugas.
Project Based Learning (PjBL)
Metode pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas project yang harus diselesaikan oleh siswa dengan mencari sumber pustaka sendiri. Dengan metode ini pengajar harus, (1) merumuskan tugas dan melakukan proses pembimbingan dan asesmen, (2) Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan siswa (1) Mengerjakan tugas (berupa proyek) yang telah dirancang secara sistematis (2) menun-jukkan kinerja dan mempertanggungjawabkan hasil kerja di forum.

BAB III

A.     KESIMPULAN
         Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan, Sedangkan mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
        Agar proses belajar mengajar ini dapat terlaksana dengan baik dan maksimal diperlukan tidak hanya strategi pengajaran yang baik namun juga dibutuhkan guru yang efektif dengan mengedepankan metode belajar student centered learning. Ide dasar dari student centeredness adalah “student might not only choose what to study, but how and why that topic might be an interesting one to study.” SCL  merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subyek/peserta didik yang aktif dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai adult learner, bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the classroom. Dengan prinsip-prinsip ini maka para peserta didikdiharapkan memiliki dan menghayati jiwa life-long learner serta menguasai hard skills dan soft skills yang saling mendukung. Di sisi lain, para guru/dosen beralih fungsi menjadi fasilitator, termasuk sebagai mitra pembelajaran, tidak lagi sebagai sumber pengetahuan utama.

B.    SARAN
Dengan penyajian makalah tentang belajar dan mengajar ini, diharapkan agar para rekan mahasiswa dapat memperoleh gambaran yang menyeluruh  mengenai proses belajar mengajar yang efektif dan dapat mengaplikasikannya di dunia pendidikan. Kekurangan dalam penyajian makalah ini diharapkan menumbuhkan kritik-kritik dan saran dari teman-teman maupun dosen pengampu.

















DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, S.B. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 2000.

Henson, K.T. & Eller, B.E.  Educational Psychology for Effective Teaching. Belmont: Wadsworth Publishing Company. 1999.


Kunandar. Guru Profesional, Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2007

Oxford Dictionaries http://www.oxforddictionaries.com                                    (diakses 8 Februari 2014).
Prawiradilaga & Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media, 2004.
Peter Westwood. What Teachers Need to Know about Teaching Methods:   Victoria, Acer Press Australia. 2008.

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan.                                       Jakarta: PT Grasindo, 2002.

Santrock, John. Educational Psychology, terjemahan Tri Wibowo. Jakarta:             Kencana Prenada, 2008.
Slavin, R.E. Educational Psychology: Theory and Practices. 9th edition. New Jersey: Pearson. 2009.

Suyanto & Hisyam, D. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta: Adicita. 2000
Long, Martyn.,  The Psychology of Education, London: RoutledgeFalmer, 2003

_____________. Educational Psychology. 5th ed. Dallas:                  Mcgraw Hill, 2011.


DAFTAR KATA

Guru yang Efektif:
Guru efektif adalah guru yang bisa memotivasi peserta didik untuk belajar dan meningkatkan semangat belajar yang tumbuh dari kesadaran diri peserta didik, bukan karena takut pada gurunya.
Pembelajaran Efektif:
Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Kompetensi Esensial Guru:
Guru professional dituntut untuk memiliki  kopetensi sebagai berikut :
a.      Guru mempunyai komitmen pada siswa dalam memproses belajarnya.
Ini berarti komitmen tertinggi guru adalah pada kepentingan siswa
b.     Guru menguasai secara mendalam bahan atau materi pelajaran yang di
ajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para peserta didik. Bagi
guru hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat di pisahkan.
c.      Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar sisiwa melalui
berbagai teknik efaluasi mulai pengamatan sampai teshasil belajar
d.     Guru mampu berpikir yang sistematis tentang apa yang dilakukannya
dan belajar dari pengalamannya
e.      Guru seyokyanya adalah bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya

Teaching & Media–A Systematic Approach :
Pendekatan pengajaran dengan alat –alat multimedia
Potential Behaviour:
Sikap atau tingkah laku yang berpotensi menghasilkan keadaan atau situasi yang akan datang.
Time Frames:
Runtunan waktu dalam rencana kegiatan belajar.
Reinforcement:
Tindakan untuk memperkuat suatu aktifitas yang diinginkan.
Student Centred Learning:
Pembelajaran yang terpusat pada siswa.
Cooperative Learning:
Pembelajaran dengan cara bekerjasama antar siswa.
Contextual Learning:
Pembelajaran secara kontekstual sesuai dengan situasi materi bahan ajar.
Problem Based Learning :
Pembelajaran yang timbul dalam masalah pembelajaran.
Collaborative Learning:
Situasi dimana antar siswa saling bekerjasama atau saling tukar pikiran untuk menyeselesaikan suatu pembelajaran.
Project Based Learning:
Pendekatan yang dinamis dalam pengajaran dimana siswa diperhadapkan atau ditantang dalam kenyataan permasalahan yang nyata dalam kehidupan.


1 komentar:

  1. As claimed by Stanford Medical, It's in fact the SINGLE reason this country's women get to live 10 years more and weigh on average 42 pounds lighter than us.

    (And realistically, it really has NOTHING to do with genetics or some hard exercise and absolutely EVERYTHING to around "how" they are eating.)

    BTW, What I said is "HOW", not "what"...

    Click this link to uncover if this easy quiz can help you release your true weight loss potential

    BalasHapus